Rabu, 24 Februari 2010


PELATIHAN JURNALISTIK KOMUNITAS KAMPUNG MEDIA SE NTB

Banyak cara yang dilakukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan terutama di bidang teknik informatika. Ini pula yang dilakukan oleh komunitas kampung media melalui Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi yang melakukan pelatihan tentang Web News, Jurnalistik, Tata letak media cetak dan Dasar Fotografi yang bertempat di Hotel Lombok Raya.
Pelatihan berlangsung selama 2 hari dari tanggal 22 februari sampai 23 februari 2010. Di buka senin (22/2) oleh Kepala BPIP (Balai Pelayanan Informasi dan Publik), Drs. Husni Tamrin, MM. Saat membuka pelatihan Drs Husni Tamrin mengatakan tujuan dari pelatihan ini adalah untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dan menambah pengetahuan tentang Web. selain itu juga yang lebih penting lagi untuk menyongsong terbitnya koran kampung di setiap komunitas kampung media yang ada di NTB.
Ditambahkan lagi oleh Drs Ahmad Baharudin selaku Kepala Dinas Dishubkominfo yang mengatakan pelatihan ini diadakan untuk merespon dan mengoreksi program pemerintah, tentunya dengan cara yang baik dan sopan. Pelatihan ini juga merupakan tindak lanjut dari program kampung media pada tahun 2009 yang lalu. ini adalah kesempatan untuk belajar, karena kesempatan yang kita punya sekarang ini tidak datang dua kali," Ungkap Drs Baharudin.
Pelatihan ini diikuti oleh 20 peserta dari 10 komunitas Kampung media yang ada di NTB. Pada pelatihan ini juga diadakan kunjungan ke Telkom Flexi pada hari senin (22/2) dan kunjungan ke Lombok Post pada hari selasa (23/2). Kunjungan ke Telkom Flexi, para peserta diberikan pengetahuan tentang pengenalan internet dan jaringan-jaringan yang ada di dalamnya. Sedangkan di Lombok Post peserta diberitahukan tentang sistematika penertiban koran dari awal pembuatan sampai koran siap untuk di terbitkan. pengetahuan inilah yang akan menjadi pemikiran para peserta untuk mempersiapkan pembentukan koran kampung di daerah masing-masing.
Pelatihan di tutup pada hari selasa (23/2) oleh Drs Husni Tamrin MM. Dalam penutupan, dia berharap mudah-mudahan ilmu yang diampaikan oleh para instruktur dan kunjungan-kunjungan yang sudah dilakukan menambah wawasan kita semua dengan harapan informasi yang di peroleh dapat tersebar diseluruh wilayah yang ada di NTB dan apa yang disampaikan narasumber dapat diserap 20 sampai 30 % untuk bisa digunakan dengan baik.
Rencana kedepan yang dharapkan dari seluruh kegiatan yang dilakukan komunitas kampung media adalah menambah jumlah komunitas Kampung Media yang tersebar di seluruh NTB, meningkatkan kualitas pemahaman anggota Komunitas Kampung Media dibidang Teknologi Informasi dan strategi penyebarluasan Informasii dan mempersiapkan pengelola Komunitas Kampung Media untuk meningkatkan kualitas penyerapan dan penyebarluasan informasi, sehingga pada tahun 2013 di NTB akan terwujud kampung Belajar.
Hal penting yang disampaikan dalam penutupan pelatihan ini oleh Drs Husni Tamrin adalah menyadari akan pentingnya akses media ke masyarakat dan adanya anggaran dana dari pemerintah kepada seluruh aktivis pengelola Kampung media di NTB untuk lebih memperlancar kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi lancarnya infpormasi yang disampaikan ke seluruh masyarakat.

KANGKUNG PESONGORAN CUMA BISA SAMPAI BERTAIS


Beberapa pengusaha sudah belasan tahun lalu mengirim kangkung lombok ke luar daerah. Ada yang ke Bali, Lamongan, Jigjakarta, sampai ke Jakarta. Tapi tak ada kangkung Pesongoran yang ikut melanglang buana. Meski salah seorang pengusaha itu berasal dari lingkungan pesengoran, Pagutan Barat, tapi kangkung Pesongoran paling jauh di jual Cuma sampai pasar Bertais. Kenapa?

Winardi nama pengusaha yang warga Pesongoran itu bilang, pernah mengajak petani kangkung disekitar tempat tinggalnya untuk ikut mengirim ke luar daerah. Dia jadi pengepul, selain mengirim kangkung yang di petik dari ladangnya sendiri. Tapi para petani lebih suka membidik pasar lokal. “Mungkin mereka sudah puas menjual di pasar saja,” kata Wulandari yang kini sudah punya sebuah suzuki Carry dari hasil menjual kangkung.

Ladang kangkung Winardi sendiri juga bukan di kawasan Pesongoran. Melainkan di Bengkel, Lombok Barat. Dia memilih bertani disana karena harga sewa lahan jauh lebih murah. Di Pesongoran harga sewa perhektar pertahun mencapai Rp. 20 juta pertahun untuk 1 hektar ladang.

Jadilah yang terkirim ke luar itu kangkung Bengkel, meski pengusahanya berasal dari Pesongoran. Ada juga pengusaha lain di Narmada, Lombok Barat yang mengirim ke Bali. Kangkung yang di kirim kesana tentulah kangkung Narmada pula.

Perkara mengirim kangkung, kata Winardi, tak terlalu rumit. Namun mendatangkan uang berlipat. Dia saja bisa menghasilkan Rp. 4 juta sampai 5 juta perbulan dari pengiriman ke Bali. Ke daerah ini Winardi mengirim kangkung 4 kali dalam seminggu. “Perminggu sebanyak 12 sampai 15 bal,” jelasnya sembari menerangkan 1 bal adalah satuan yang banyaknya hampir satu karung.

Ke Jigia, Lamongan, dan Jakarta, dia mengirim sekali seminggu sebanyak 3 hingga 4 bal per kota. Nah, pengiriman ketiga kota ini yang mendatangkan hasil yang banyak pula. Sebaba Winardi mengemas dahulu kangkungnya sebelum dikirim. Kalau ke Bali cukup dengan kemasan kardus, tapi ke Kota-kota di Pulau Jawa ini Winardi mengemas secara khusus. Dengan begitu,, kangkung Lombok yang dipasarkan ke Pulau Jawa ini jadi bisa naik kelas. Mereka bisa nyanggong di coolstorage (kulkas super jumbo) supermarket besar.

Kemasannya juga cantik dan higienis. Berada di dalam plastik kedap udara dengan sampul plastik ber-trademark. Ada merk dagang yang tak ubahnya kemasan industri. Namun, urusan mengemas ini masih diserahkan kepada pengusaha lain di Rembiga Mataram, karena Winardi belum memiliki alat pengemas produknya. Dia membayar Rp 1.000 perkemasan, tapi harga jual kangkungnya juga tinggi. Winardi memasarkan perkemasan seharga Rp 15 ribu.

Winardi juga ingin memperluas pasar. Dia sedang membidik pasar di Pulau Batam dan sedang mencari cara pemasaran lewat internet. “Saya mendengar Batam laku. Tapi kalau memperluas pasar, saya masih harus cari lagi tukang mengemas disini. Saya dibantu 5 orang, dulu ada 8 orang yang kerja,” ceritanya.

Kemana pekerja yang lain? “Berhenti. Saya ndak tahu kenapa berhenti padahal saya gaji 50 ribu sehari. Katanya sih pingin cari kerjaan lain, mungkin maunya kerja kantoran. Anak-anak muda juga kurang mau kerja,” keluh Winardi.

Sayang sekali, potensi besar kangkung Pesongoran tak dikelola secara massal oleh warga. Padahal lebih dari 5 hektar lahan di areal itu adalah lahan kangkung. Setiap pagi dan petang, petani kangkung selalu terlihat memanen hasil mereka.

Kangkung di panen tiap 3 bulan. Sekali menanam bibit, bisa dinikmati hasilnya selama satu tahun dalam 4 kali panen. Ada dua jenis kangkung yang dihasilkan lahan kangkung di Lombok. Pertama kangkung kriting yang juga disebut petani dengan nama kangkung cross. “Yang ini berdaun lebih kecil dengan warna batang lebih muda,” jelas Winardi.

Jenis lainnya adalah kangkung super yang berdaun lebar. Kangkung jenis inilah yang banyak dijual ke luar daerah. Sedangkan kangkung cross di pasarkan di pasar lokal.

Selasa, 23 Februari 2010

HUJAN EMAS DI NEGERI ORANG......

Hujan emas dinegeri orang, hujan batu di negeri sendiri. Ungkapan itu sangat tepat bagi PRT yang bekerja di negeri sendiri, ditengah banyaknya perempuan yang menjadi TKW (TKW) di luar negeri. Di Pagutan, dua kompleks perumahan disini menjadi tujuan para PRT. Mereka berasal dari kampung-kampung sekitar kompleks. Seberapa banyak warga Pagutan yang bekerja di dua kompleks perumahan itu? Lebih dari 100 orang.


Cobalah datang di sekitar pasar Pagutan. Amati para pejalan kaki yang pagi-pagi sekali sudah keluar rumah mereka. Kebanyakan perempuan muda yang melangkah beriringan dibahu jalan beraspal basah sisa embun semalam. Merekalah para PRT yang siap-siap mulai kerja hari itu di dua kompleks perumahan Pagutan Barat, Griya Pagutan Indah dan Pagutan Permai.

Darimana saja para perempuan muda itu datang? Ada yang berasal dari lingkungan presak timur dan presak barat di kelurahan Pagutan. Dari lingkungan kebon daya di Pagutan Barat, lingkungan karang buaya di pagutan Timur. Ada lagi yang tinggal di lingkungan Jempong, kelurahan Jempong dan bahkan ada pula yang datang dari kampung-kampung luar kota mataram. Seperti desa Bajur di Lombok Barat yang bersebelahan dengan Kota Mataram.

Yulidal, salah seorang PRT warga kelurahan Pagutan, adalah salah seorang diantara mereka. Dia sudah 12 tahun bekerja untuk majikannya di Pagutan Permai. Perempuan 32 tahun itu mengatakan bekerja untuk sebuah keluarga sejak majikannya itu belum menikah. “Saya ndak pernah bekerja di lainan (berganti-ganti majikan),” tuturnya sewaktu di temui Koran Kampung.

Yulidal cukup beruntung. Betah bekerja lakukan untuk satu majikan. Itu karena dia merasa senang dan klop dengan majikannya. Namun tak semua PRT mendapat pengalaman sama dengan Yulidal.

PRT lain bernama Baiah sudah 15 kali berganti majikan. Baru sekarang merasa nyaman dan sudah 8 tahun bekerja untuk majikannya yang terakhir sekarang ini di kompleks Griya Pagutan Indah. “Saya bekerja disini sudah 8 tahun dan menjadi pemantu ibu yang terakhir setelah 15 kali berganti,” cerita Baiah sambil membasuh beras yang dimasak.

Ah, Baiah yang polos menunjukkan dia tak punya kesempatan bersekolah lebih tinggi selain Cuma menamatkan sekolah dasar. Kata dia, sebagian besar PRT tak sampai mngenyam sekolah lanjutan. Sebab setamat sekolah dasar banyak yang mulai bekerja. Itu yang membuat banyak PRT yang masih berusia 14 tahun, setara dengan pelajar sekolah lanjutan pertama.

“Banyak yang berusia 14-15 tahun. Tapi ada juga yang berusia 50 tahun menjadi pembantu,” cerita Baiah yang sehari-hari disapa Ba’i.

Bagaimana dengan upah? Menurut Baiah gaji dan jam kerja PRT biasanya tergantung ketentuan majikan. Rata-rata gaji PRT pada 8 dan 10 tahun yang lalu berkisar antara Rp 60 ribu hingga Rp 150 ribu rbu perbulan.

Baiah sendiri berangkat bekerja jam 06.30 pagi dan pulang ketika magrib. Jika banyak pekerjaan. Jika banyak pekerjaan dia pulang sampai jam 9 malam. Delapan tahun yang lalu, Ba’i hanya di gaji Rp 100 ribu dan baru mendapat kenaikan gaji 2008 menjadi 300 ribu. Namun ada juga yang bekerja seperti Ba’i dan belum genap satu tahun bekerja sudah memperoleh upah Rp 500 ribu perbulan.

Tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa PRT yang bekerja hanya setengah hari, Koran Kampung mendapat nformasi gaji yang di peroleh berkisar antara Rp 150 sampai Rp 400 ribu. “Pokoknya gaji kita tergantung majikan,” jelas Bai’ah.

Suka duka menjadi PRT di dua konpleks di dua perumahan Pagutan Barat itu, dijawab dengan santai oleh PRT. Sebagian besar mengatakan sangat menikmati pekerjaan mereka, dan tidak pernah diperlakukan kasar secara fisik oleh majikan, seperti yang terjadi di luar negeri.

Tetapi, ada juga yang mengeluh sering jengkel karena majikannya memiliki anak yang nakal atau merasa rugi karena harus mengeluarkan kocek sendiri dulu untuk membeli keperluan dapur. Namun, segala kesulitan itu membuat mereka justru semakin bertahan demi memenuhi kebutuhan hidup. “Kalau saya tidak bekerja sebagai pembantu, mau bagaimana lagi,” ungkap salah seorang pembantu lainnya yang enggan menyebutkan nama.

Kebanyakan diantara mereka sebenarnya punya cita-cita sendiri. Namun karena keterbatasan pendidikan yang mereka punya tidak dapat menjangkau pekerjaan lain. Lebih lagi, pada masa sekarang ini sangat sulit mencari pekerjaan. Bagi mereka, menjadi PRT dan bisa dipercaya majikan sudah merasa syukur karena bisa menghidupi keluarga. Status janda, gadis, bahkan masih bersuami tak menyurutkan langkah mereka untuk tetap bekerja demi menyambung hidup.

SAMPAH PEMBAW BERKAH



Orang menutup hidung sewaktu melintas di tempat pembuangan akhir ( TPA ) sampah. Bau tak sedap yang menyergap membuat orang menjauh dengan langkah dengan langkah tegap. Tapi sampah yang ini justru membawa berkah. Masa sih....?

Adalah zaenal Abidin, salah seorang tokoh pemuda lingkungan karang buaya, kelurahan pagutan Timur. Bisa jadi dia salah seorang yang tau benar bau tak sedap gunungan sampah. Namun Zaenal tak mau harus selalu menutup hidung. Lantas apa caranya ?

Bersama beberapa kawan pemuda di lingkungan itu, Zaenal membentuk kelompok pemuda sadar lingkungan. Mereka terdiri dari 20 pemuda yang sama dengan Zaenal, tak mau menutup hidung manakala melintas di tumpukan sampah.

Kelompok ini kemudian mengajak warga setempat utuk mengolah sampah rumah tanggamenjad sesuatu yang berguna. Yakni kompos. tentu saja usaha para pemuda ini tak begitu di sambutan warga. Agar usah mereka berhasil, kelompok yang terdiri dari tiga pengurus ini, menjemput sampah rimah tangga ke rumah warga.

Sampah kemudian di kumpulkan di satu tempat. Di lahan sekitar rumah Zaenal Abidin. Sampah berbagai jenis itu kemudian di pisahkan antara sampah organik dan non organik. Ada sanal bekas, pembungkus makanan dari plastik, botol kemasan air mineral, dan banyak lagi. Semua termasuk jenis sampah nonorganik. Sedangkan yang organik seperti sisa makanan, dan lain-lain, dikelompokkn kedalam asmpah organik.

Nah, sampah yang termasuk sampah organik inilah, kata zaenal Abidin yang kemudian di cacah dengan alat manual seperti parang. Setelah itu di campur dengan dextro dan diberi air secukupnya. Adonan itu kemudian ditutup rapat dan disimpan selama dua hari. Maka, simsalabim, jadilah pupuk.

Pada tahap pertama, kelompok ini sudah menghasilkan pupuk organik sekitar 1 ton yang kemudian dimanfaatkan warga sekitar.

Selain mengajak mengolah sampah. Kelompok ini juga melakukan kampanye sadar lingkungan. “Salah satu tugas kami adalah menyediakan kampanye kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik,” kata Zenal yang waktu ditemui koran kampung di temani Bustan halil dan Nurhasanah. Keduanya masing-masng sekretaris dan bendahara kelompok itu.

Kampanye itu rupanya cukup serius dikelola. Kelompok bahkan menyelenggarakan lokakarya mengubah sampah organik menjadi kompos. “Misi kami juga mendukung pembuatan kebun dapur dan obat-obatan, untuk kelompok wanita bagaimana menanam sayur menggunakan pupuk kompos produksi sendiri,” kata Zaenal.

Kegiatan lain kelompok ini, melakukan kampanye menanam pohon pelindung dlingkungan warga.

Aktivitas Zaenal Abidin dan kawan-kawannya itu, berbuah hasil. Mereka kini dihadiahi sebuah mesin pencacah sampah dan sejumlah uang pembinaan kelompok. Diberikan oleh Dinas Kebersihan Kota Mataram, Dinas Kesehatan Mataram, dan Unicef sebuah badan di perserikatan bangsa-bangsa (PBB).


Jumat, 19 Februari 2010

BESARKAN ALLAH, KECILKAN MASALAH

BESARKAN ALLAH, KECILKAN MASALAH

Berbagai musibah dan bencana yang yang bertubi-tubi menimpa bangsa ini, tampaknya bukan hanya memporak-porandakan harta dan jiwa saudara-saudara kita, tapi juga berpeluang menghancurkan mental dan motivasi kita. Bukan tidak mungkin ,jika masalah ini terus berlarut-larut, kita bisa merasa lemah dan tidak punya semangat untuk bangkit .

Padahal sebenarnya kitalah yang menciptakan masalah melalui persepsi negative terhadap segala kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita. Masalah yang besar bisa dikecilkan, jika kita mau mengecilkannya. Masalah yang kecil bisa menjadi besar jika kita menghendakinya menjadi besar.

Jika kita terbiasa membesar-besarkan masalah kecil, maka semua masalah menjadi besar. Jika terbiasa mengecilkan masalah dan membesarkan nama Allah Subhaanahu wa Ta’aala, maka kecillah semua masalah di dunia ini.

Jika kita memandang bangsa Indonesia adalah bangsa yang lemah, tidak memiliki potensi, tidak kredibel, dan tidak memiliki kemampuan untuk bangkit, maka percayalah, setiap hari kita akan menjadi bahan ejekan. Kita akan menjadi bangsa yang rapuh, mudah menyerah dan cepat merasa kalah.

Jika kita berpandangan bahwa bangsa ini memang pantas diberi azab oleh Allah, maka Allah juga akan terus mengazab kita. Kita memang layak diazab karena kita sendiri yang berprasangka buruk kepada Allah. Jika kita beranggapan bahwa musibah dan bencana yang datang silih berganti akhir-akhir ini sebagai isyarat akan hancurnya bangsa ini, maka Allah pun akan mendatangkan kehancuran pada bangsa ini. Allah telah berfirman di dalam hadits qudsi :

“Aku berada dalam persangkaan hamba-Ku kepada-Ku (HR Bukhori Muslim).

Jika masalah bangsa ini kita bawa sedih, maka kitapun akan sedih. Jika dibawa susah maka kitapun menjadi susah. Dan jika dibawa gembira, menjadi gembiralah kita, semua tergantung dari cara pandang kita.

Oleh karena itu cara pandang yang yang paling sesuai dengan nilai-nilai positif kita sebagai manusia dan nilai-nilai kebenaran syariah, adalah pandangan yang salah satu unsurnya adalah meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini kecil. Dan hanya Allah yang paling besar.

Dan cara pandang yang dibangun di atas keyakinan bahwasanya hanya Allah yang paling besar, adalah cara pandang orang-orang yang bertaqwa. Dimana ia bisa membesarkan Allah di dalam hati, pikiran dan seluruh prilaku hidupnya. Dan ini dibangun dari interaksi yang mendalam dengan aktifitas ibadah yang sudah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebabnya, mengapa di dalam shalat Iedul Fitri dan shalat Iedul Adha kita diperintahkan untuk bertakbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.

Begitu pula setiap hari, kita di-setting untuk bertakbir ketika melaksanaan shalat wajib maupun sunnah. Selama menunaikan shalat lima waktu, setidaknya kita mengucapkan “Allaahu Akbar” tidak kurang dari 102 kali. Seharusnya kalimat itu sudah cukup untuk selalu menyalakan kesadaran akan kebesaran Allah Subhaanahu wa Taala.

Kalimat “Allahu Akbar” yang kita ucapkan setiap kali pindah dari rukun yang satu ke rukun berikutnya adalah isyarat bahwa dalam keseharian kitapun, hendaknya dalam setiap pergantian kegiatan dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain agar diawali dengan keyakinan bahwa Allah Maha Besar, Maha Berkuasa dan kita hanyalah mahluk biasa yang tidak punya kekuatan apapun. Dengan demikian apapun yang kita kerjakan agar disandarkan kepada Allah. Kita hanya melaksanakan ikhtiar pada akhirnya Allah jua yang menentukan.

Dan ketika kita tidak memiliki kesadaran akan kebesaran Allah maka kitapun akan menyandarkan urusan kita kepada selain Allah. Betapa banyak diantara kita yang menyandarkan urusannya kepada harta, mereka merasa tidak mampu melaksanakan kegiatannya jika mereka tidak mempunyai harta. Maka orang–orang seperti ini secara perlahan kemudian menjadikan harta sebagai tuhannya. Dia tidak akan melakukan sebuah pekerjaan yang tidak mendatangkan harta. Ketika mereka kehilangan harta , maka mereka panik dan seakan-akan dunia telah berakhir baginya.

Sementara yang lainnya ada yang menyandarkan urusannya kepada kekuasaan. Ia merasa tidak mampu berbuat jika mereka tidak punya kekuasaan. Maka orang-orang seperti ini berusaha mengejar kekuasaan dengan segala cara. Dan pada akhirnya menjadikan kekuasan sebagai tujuan akhirnya. Ketika kekuasannya dicabut, iapun merasa seakan-akan dunia telah kiamat.

Dilain pihak ada yang menyandarkan urusannya kepada makhluk. Mereka berpikir bahwa mereka bisa memenuhi keinginannnya jika dekat dengan seseorang yang mempunyai kekuasaan. Secara perlahan orang-orang seperti itu pada akhirnya akan terjebak pada sikap menghambakan diri kepada makhluk. dan pada akhirnya diapun akan kehilangan ‘izzah dan haibah .

Demikianlah, orang-orang yang menyandarkan urusannya kepada selain Allah, tidak akan pernah mencapai apa yang diinginkan dan akan mudah terjebak dalam keputus-asaan.

Berbeda dengan orang yang menyandarkan urusannya kepada Allah, yaitu Zat yang Maha Kaya, Maha berkuasa dan Maha Mencipta, ia akan senantiasa diliputi oleh sikap optimis ,penuh percaya diri dan bersikap positif terhadap segala sesuatu, bahkan terhadap kegagalan sekalipun. Kegagalan bagi dia bukan berarti kematian, kehancuran atau akhir dari segalanya. Kegagalan justru akan dijadikan pelajaran berharga untuk kehidupan di masa datang.

Demikianlah, ketika mengucapkan takbir, saat itu juga seharusnya kita bisa menghayati kebesaran Allah. Saat itu pula kita melepaskan segala hal yang kecil, yaitu belenggu prasangka buruk yang menghinggapi pikiran kita. Lepaskan dan buang jauh-jauh pikiran negative. Persepsi buruk dan pikiran negative yang seringkali muncul yang tidak didasarkan atas ilmu, sebenarnya merupakan sesuatu yang yang lebih sering membuat kita larut dalam masalah. Dan ketika masalah itu mendominasi kita, maka kita sebenarnya telah menganggapnya besar.

. Jika kita berpikir positif, kita akan mampu menghargai diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan hanya akan menimbulkan kelelahan mental dan rasa frustasi yang dalam. Sungguh sikaf ini merupaka kezaliman terhadap diri sendiri.

Allah Subhaanahu wa Taala berfirman :

“Dan tidaklah mereka menganiaya Kami (Allah), akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” ( Al Baqarah : 57)

Kamis, 18 Februari 2010

PLN Janji Pemadaman Berkurang

Rini berteriak uring-uringan, buku pelajaran Fisika yang tengah asyik dibacanya tiba-tiba menghitam tak kelihatan. Lampu dikamarnya padam. Rupanya, malam itu rumahnya kebagian pemadaman listrik bergilir.


Dia pun mengomel tak jelas. Maklum saja, siswa SMA 1 mataram ini sedang giat-giatnya belajar untuk persiapan Ujian Nasional yang akan digelar bulan April mendatang. "Gimana bisa lulus kalau mati lampu terus," ujarnya dengan nada geram.
Waktu belajar dirumahnya tersisa di malam hari. Sebab, kalau pagi sampai sore waktunya tercurah untuk belajar di sekolah dan les. "Saya terganggu sekali kalau malam hari mati lampu. Padahal cuma malam saja kita belajar dirumah," ujar Rini kepada Koran Kampung, kamis (11/2).
Lain Rini lain pula Adi, seorang pengusaha Fotocopy di jalan langko Mataram. Dia harus rela penghasilannya merosot hampir setengahnya gara-gara seringnya mati lampu. Biasanya, mahasiswa yang ngekos di sekitar tempat usahanya itu rajin fotocopy justru saat malam hari. "Penghasilan saya jadi berkurang biasanya kalau tidak mati lampu bisa sampai Rp 200 ribu perhari. Tapi kalau mati lampu yah, hanya setengahnya saja," tutur Adi.
Cerita Rini dan Adi belum seberapa dibandingkan cerita pilu H jufri dan H Samaun. Rumah keduanya terbakar disebabkan lilin yang diletakkan disembarang tempat saat pemadaman lampu bergilir.
Pertengahan Desember tahun 2009, H jufri di jalan Karawang B No. 80 Komplek Perumahan BTN Taman Indah Taman Baru terbakar. Penyebabnya, lilin yang diletakkan di atas TV terjatuh dan melahap kabel yang ada kemudian menyebabkan ledakan pada TV dan barang elektronik lainnya. Api menghanguskan sebagian ruang tengah, dan beruntung isi rumah tak habis terbakar.
Dalam setahun kemarin, puluhan kasus kebakaran terjadi yang disebabkan lilin saat listrik padam.
Namun kini, warga Mataram boleh berlega hati. Mulai bulan April mendatang, pemadaman listrik bergilir akan berkurang. Kepala Cabang PLN Mataram, H Ahyar kepada Koran Kampung jumat (12/2) mengemukakan, menurut jadwal pada bulan April PLTD Tanjung Karang sudah mulai menyuplai daya. Ahyar menyebutkan, ada 20 mega watt (MW) daya yang bisa di suplay oleh PLTD yang disewa tersebut. Hal itu diungkapkan Ahyar di ruang kerjanya usai menerima kunjungan anggota Komisi II DPRD Kota Mataram, yakni H M Nur (Fraksi Golkar), Abdul Malik (F. PKS) dan lurah Suryadi (F. PAN).
Kedatangan 3 anggota komisi dua DPRD Kota Mataram jumat itu juga untuk meminta PLN mentolerir pemadaman menjelang ujian nasional. Lalu Suryadi mengatakan, saat-saat sekarang ini siswa peserta UN sedang giat-giatnya belajar untuk persiapan UN. Lalu Suryadi membandingkan dengan saat pelaksanaan pemilihan Pilkadasama sekali. Dengan demikian, pemadaman yang bergilir selama ini terjadi setiap empat hari sekali bisa berkurang.
Ahyar yang ditemani sejumlah stafnya itu menyebutkan kebutuhan daya sepulau Lombok adalah 110 mega, tetapi yang baru tersedia adalah 85 mega. Kehadiran dayatambahan dari PLTD Tanjung Karang diharapkan mampu memenuhi kekurangan daya.
Kabar ini juga diperkuat dari General Manager (GM) PT PLN Wilayah NTB, Purwanto panambang. Ketika perayaan kegiatan peringatan hari Keselamatan Kerja Karyawan (K3) yang dipusatkan di PLT Tanjung Karang, Jumat (12/2), Purwanto mengatakan tambang mesin 20 mega waat itu sudah rampung. Rencananya akan dipasang pada pertengahan april mendatang.
Dia menyebutkan, mesin itu masing-masing akan ditempatkan di PLTD Paokmotong, Lombok Timur 12 MW, dan sisanya, 8 MW ditempatkan di PLTD Ampenan.

Sepakbola Di Pagutan


SUDAH EKSIS SEJAK 1965

Klub Sepakbola Pakargen di Kelurahan Pagutan, sudah sejak 45 tahun silam. Berganti-ganti nama dan tentu saja berganti-ganti pemain. Selain di Karang Genteng, ada lagi klub sepakbola di Kebon daya Pagutan Barat dan Karang Buaya Pagutan Timur. Yang pertama dinamakan Pakeda Sakti, kemudian yang diKarang Buaya bernama Baya Putra. masih ada lagi, Persatuan Sepak Bola Pagutan yang disingkat PSP dan PS Sinar Surya di Presak Timur Pagutan. Mereka eksis latihan setiap pekan.

Sepakbola, olahraga yang paling digandrungi saat ini. Ini juga yang terjadi di Keluraha Pagutan tepatnya di Lingkungan Karang genteng, banyak warganya yang gemar sepak bola. Apalagi disana, ada lapangan bola yang selalu digunakan latihan setiap sorenya.
Selain ada lapangan bola, disana juga ada klub bola. Namanya Pakargen. Berdiri tahun 1965. Diawal dibentuk, klub sepak bolaini bernama PORPA dan kemudian berganti nama lagi menjadi Semanggi sekitar tahun 70an.
Dari semua klub sepakbola di tiga kelurahan di Pagutan, Pakargen yang paling aktif berlatih maupun mengikuti kompetisi-kompetisi. Dalam sepekan mereka rutin latihan selama 4 kali.
Dikatakan manajer klub sekaligus pelatih pakargen, H Hamzan, pemain tak hanya berlatih teknik permainan saja. Melainkan juga menambah wawasan dan pengetahuan mereka soal dunia sepakbola. "Latihan ini tidak sekedar latihan menggiring bola tetapi latihan rutin ini juga diikuti dengan bimbingan teknis tentang sepak bola itu sendiri," ungkapnya.
klub ini banyak mengikuti pertandingan atau turnamen sepakbola. Tahun 2009 lalu saja Pakargen mengikuti dua tempat berbeda, dan meraih peringkat di turnamen. Yaitu dapat juara 2 se Pulau Lombok yang diadakan di praya dan juara 3 untuk merebutkan piala dalam turnamen Wirayuda Cup yang diselenggarakan di Gerung.
Pakaegen beranggotakan 24 pemain yang berusia sekitar 20 tahun sampai 30 tahun. klub ini juga memiliki pemain dari luar lingkungan Karang Genteng. Pemain yang paling menonjol saat ini adalah Irwan Fitriawan yang baru berumur 20 tahun yang merupakan pemain termuda dalam klub sepak bola ini. "Saya melihat Irwan adalah pemain terbaik dan berbakat dan paling muda dalam klub ini," terang Hamzan.
Sekitar tahun 2003 Pakargen pernah ikut dalam penjaringan bibit U20 dan berhasil mendapat juara 1 yang pada penjaringan bibit ini mewakili PS Mataram.
Dalam kegiatan latihan yang dilakukan, sehari sevbelum bertanding, para pemain dikumpulkan untuk memberikan pengarahan dan bimbingan tentang pertandingan yang akan dilakukan nantinya. "Ini dilakukan untuk memberikan pengarahan yang lebih baik kepada pemain sebelum pertandingan dilakukan," ungkap Hamzan lagi.
H Hamzan yang menjadi pelatih merupakan pemainlama yang sudah lama berkecimpung di dunia sepak bola. Hamzan yang sekarang menjadi pelatih tetap Pakargen adalah mantan pemain PSAD yabg jyga mantan pelatih PS Mataram. Pelatih klub ini tidak hanya H Hamzan, tetapi dia dibantu oleh Saepudin.
Dalam hal pembiayaan klub, tutur Hamzan, berasal dariswadaya pemain dan sumbangan dari beberapa simpatisan. Eksistensi klub ini mendapar sambutan yang besar dsri warga. Ini terbukti ketika Pakargen akan bertanding, antusias warga untuk menonton sangatlah besar. "Semua ikut menonton tidak hanya dari kalangan pemuda saja, tetapi anak-anak, orang tua bahkan kaum wanita pun berbondong-bondong untuk menyaksikan klub ini bermain" kata Hamzan.
Begitulah, sepakbola membuat banyak orang bergairah dan bersemangat. Seperti kata H hamzan, meski secara material tak ada yang diperoleh dari kegiatan olah raga ini, namun mereka bangga menyumbangkan prestasi bagi banyak orang. "Kita tidak dapat apa-apa dari sepakbola, melainkan mengharapkan prestasi yang lebih baik dari permainan sepakbola ini," ujarnya.
Soal kebanggan meraih prestasi juga dikatakan manager klub sepak bola PS Sinar Surya, Ahmad hanafi. "Kalau menang senangnya bukan main. kalau kalah, ya mesti bersabar dan lebih rajin latihan," ujar Hanafi.
PS Sinar Surya pernah mewakili Pagutan di kejuaraan sepakbola tingkat kelurahan. Waktu itu diselenggarakan di Malomba Ampenan tahun 1998. Klub Sinar Surya termasuk dalam grup Divisi 1 dan pernah juga duduk sebagai komisi di PS Mataram. "Kami masuk grup Divisi 1 karena mendapat peringkat 4 di kejuaraan PS Mataram pada tahun 2004," ungkap Hahafi lagi.
Soal latihan, klub yang terbentuk tanggal 17 Juli 1990 ini eksis latihan sampai sekarang ini. Dalam kiprahnya selama 20 tahun Sinar Surya pernah menjadi pengurus PS Mataram, dan dalam seminggu melakukan latihan dua kali, setiap selasa dan jumat di lapangan Petemon.
Kegiatan yang sering dilakukan setiap akhir tahun mengadakan tur ke lombok Barat dan Lombok Timur untuk pertandingan persahabatan. Ini dilakukan sebagai sarana latihan untuk mengikuti kejuaraan sepakbola yang lain. Klub ini juga sering mengikuti open turnamen yang diadakan di Lombok Barat maupun yang oleh PS Mataram. Tidak hanya di kenal Presak Timur, klub ini juga dikenal di luar Kota Mataram. Pemainnya pun pernah direkrut PS Mataram untuk mengikuti piala Suratin di Kalimantan Timur.
Sedangkan klub Pakeda Sakti di Kebon Daya Pagutan barat, meski eksis namun kurang mendapat dukungan warga. Manajer Pakeda Sakti, Murdin pernah bilang, kalaui menang mereka dielu-elukan, tapi kalau kalah pemainnya disoraki.
Ya, itulah permainan Pak Murdin.
Habis Begadang, curi Kompor

Begadang jangan begadang, begitu kata Bang Roma. Bisa jadi itu benar adanya. Gara-gara begadang, Ve (21), warga pesongoran pagutan nekad mencuri kompor. Itu di lakukan Ve usai begadang di sebuah warung di Pagutan. Akibatnya, dia harus berurusan dengan polisi. Dia ditangkap anggota Polsek Mataram, kamis (11/2).
Ditemui di sel tahanan, Ve bercerita bagaimana ide mencuri kompor itu muncul. Sepekan lalu, sekitar pukul 24.00 wita, dia diajak pamannya Rus ngopi disebuah warung di lingkungan Pagutan hingga begadang sampai jam 2 pagi. Dalam perjalan pulang, muncul niat mencuri kompor di rumah milik aminah, warga Pagutan.
Keduanya masuk ke rumahnya Aminah lewat pintu belakang. 3 buah kompor Hock yang ada di dapur langsung diangkat. "Saya tunggu diluar, paman yang masuk," aku Ve.
Kompor itu kemudian dijual esok harimnya dengan harga Rp 200 ribu. Uang hasil jual kompor dibagi rata, masing-masing mendapat Rp 100 ribu. Ve kemudian menghabiskan uang itu buat nongkrong di jalan Udayana.
Kapolsek Mataram, AKP Arif Yuswanto, mengatakan kasus pencurian barang rumah tangga ini sering terjadi di Kota Mataram. Bukan hanya kompor saja yang dicuri, tapi pernah juga ada pengaduan kehilangan wajan, panci, beras dan sejumlah perlengkapan dapur lainnya.
Ditengarai komplotan ini punya jaringan cukup luas. Barang curian tersebut di jual lagi ke pasar setelah di kemas seperti barang baru di produksi.
Selain menahan tersangka Ve polisi juga mengejar pelaku lain, Bustamil Arifin yang masih menjadi paman tersangka. "Anggota buser sedang mengejar pelaku lain yang jadi otak pencurian," ujarnya. Keduanya dijerat pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman minimal 4 tahun penjara.

Selasa, 16 Februari 2010

PENJAHIT PAGUTAN JADI PUSAT PRAKERIN SISWA SMK


PENJAHIT PAGUTAN JADI PUSAT PRAKERIN SISWA SMK

Sudah lama usaha penjahit pakaian di peresak timur pagutan jadi pusat praktejk kerja industri ( prakerin) siswa SMK. UD Anugrah Tailor, salah satu usaha milik penjahit pagutan menerima siswa pakerin seajak 12 tahun yang lalau. Para penjahit ini tak cuma jadi tulang punggung sektor ekonomi, tapi juga bagian bagian dari peningkatan mutu pendidikan.

Sejak tahun 1998, H Nazhan pemilik UD Anugrah Tailor menerima siswa prakerin yang juga di kenal dengan PSG (Pendidikan Sistem Ganda) di perusahaannya. Para siswa itu berasal dari SMK 4 Mataram, SMK 5 Mataram, SMK 7 Mataram, SMK Gerung dan SMK Praya. Sekolah-sekolah itu adalah SMK dengan jurusan Tata Busana. "Dulu PSG di sini kelas 3, tetapi sekarang sudah mulai PSG kelas 2 SMK," jelasnya saat ditemui di rumahnya jumat pekan lalu.
Sebagaimana diketahui, banyak industri yang kurang terbuka terhadap kepentingan pelaksanaan Prakerin. Sebagaian pengelola usaha beranggapan keberadaan siswa PSG membebani perusahaan. Apalagi rentang waktu pelaksanaan PSG mencapai tiga bulan hingga enam bulan. Namun H Nazhan melihat bahwa perusahaan harus ikut mengambil peranan dibidang itu. "Kami disini selain untuk berusaha, tetapi kami juga ingin membantu pemerintah dalam memberikan pelajaran di dunia kerja bagi siswa kejuruan," ungkap Bapak Nazhan.
Di tempat usahanya, dia mengajari siswa mengetahui seluk beluk dunia kerja sesungguhnya. Termasuk pula peningkatan ketrampilan mereka dibidang tata busana. "Siswa-siswa PSG ini memiliki kemampuan yang bervariasi, semua bisa terserap. Dan kami arahkan mereka sesuai kemampuan yang mereka miliki. Disini kami tidak hanya membimbing ketrampilan menjahit pakaian. Tapi juga memperkenalkan dunia garmen. Taylor and Garmen," jelasnya.
UD Anugerah juga menetapkan standar penilaian agar ketrampilan siswa yang prakerin bisa terukur. Disana ada ujian akhir praktek yang dia terapkan dengan koordinasi pihak sekolah. "Untuk penilaian, kami mendapat blanko penilaian dari pihak sekolah yang harus diisi. Juga penilaian dari DUDI (Dunia USaha Dunia Industri) yang kemudian akan kami berikan kepada pihak sekolah sebagai nilai ujian praktek dari siswa," jelas H Nazhan.
Selain di UD Anugerah, siswa prakerin juga berlangsung di penjahit Al-Azhar, yakni sebanyak empat siswa. Di Pagutan saat ini ada 17 siswa prakerin jurusan tata busana, dengan 13 siswa lainnya di Usaha milik H Nazhan.
Kesemua siswa itu adalah pelajar SMK di Kota Praya, Lombok Tengah. Mereka menetap di Pagutan selama tiga bulan Prakerin. Salah seorang siswa PSG bernama Nisa, mengungkapkan pengalamannya selama 1,5 bulan ini. "Disini kami banyak belajar tentang memotong kain, membuat pola dan menjahit celana, membuat baju imtaq, memasang kancing pada topi wisuda, dan masih banyak lagi," ungkap dara kelahiran praya 2 September 1993 ini.
Siswa-siswa yang berasal dari luar Kota Mataram itu, harus mengeluarkan biaya ekstra selama prakerin. Biaya tersebut adalah uang kos dan biaya hidup lainnya selama PSG. Selain biaya hidup, mereka juga membeli bahan baju dan celana untuk praktek. Aktivitas mereka selama PSG tercatat dengan rapi melalui jurnal yang telah disiapkan oleh pihak sekolah. "jadi ada jurnal yang harus kami isi selama tiga bulan PSG disini tentang kegiatan apa saja yang kami lakukan," ungkap salah seorang siswa lainnya.

BERITA PAGUTAN TIMUR


Puluhan KK hidup tanpa listrik selama 22 Tahun

sektar 60 kepala keluarga (KK) di areal yamng berdekatan dengan lingkungan petemon, pagutan Timur, terisolir selama 22 Tahun, mereka yang semula menjadi bagian dari lingkungan petemon, di gusur untuk kepentingan pembangunan jalan lingkar selatan ( jln R Sujono ) dua dasa warsa silam. di lokasi persawahan itu, selama lebih dari 20 tahun, warga tinggal tanpa penerangan listrik dan akses jalan. kini, muncul pula masalah baru; areal itu tak masukdalam peta wilayah kota mataram.

Kisah mereka dimulai saat pembangunan jalan lingkar selatan (jln R Sujono ) sekitar tahun 90'an. jalan bakal kawasan lingkar selatan itu persis melintas di tengah tengah lingkungan petemon yang penduduknya cukup padat. sekitar 40 rumah dan satu musolla terpaksa di gusur dan di relokasi ke lopkasi lain yang saat ini menjadi Rt 10 lingkungan Petemon. Berjarak sekitar 50 m arah selatan dri lingkungan induk ( lingkungan petemon ) lokasi relokasi berada di tengah areal perswahan tanpa prasarana akses jalan, jembatan,dan listrik. Satu satunya akses menuju Rt10 adalah pemtang sawah dengan lebar kurang lebih 40 cm dan berjarak sekitar 300 m.
Saat ini di Rt10 itu terdapat 68 KK dan baru pada tahun 2009 lalu mereka bisa leluasa keluar masuk lingkungan setelah pematang yang jadi stu stunya akses tersebut di lebarkan. Pekerjan melalui program NUSSP, selain memperlebar, jalan juga di pasang paving Block selebar kurang lebih 1m. akses jalan itubaru bisa di gunakan warga setelah 5 tahun menunggu.
''Untung ada proyek NUSSP tahun 2009 ini, sehingga warga lebih mudah untuk melewati akses jalan yang sudah jauh lebih baik" tutur kepala lingkungan petemon, Samidah kepada koran kampung.
Sementara itu, terkait listrik, sampai hari ini belum ada jaringan listik yang menuju ke sana. hanya stu dua warga yang menggunakan listrik dengan cara mengalirjkan dari rumah warga lain yang berjarak ratusan meter.
Belum surut kesulitan warga di sana, muncul lagio masalah baru. yaitu terkait masalah batas wilayah antara pemkot Mataram dan kabupaten lombok barat. Rt10 lingkungan petemon ternyata tak masuk perta wilayah kota, melainkan bergabung dengan kecamattan labuapi, lombok Barat.
"Selam ini masdalah batas wilayah itu kurang menjadi perhatian masyarakat, di mana ternyata lokasi Rt10 tidak masuk ke dalam peta kota Mataram, melainkan masuk ke wilayah lombok Barat.. Sementara penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan administrasi seperi KTP, pembayaran PBB, dan administrasi lain tetap ke kelurahan pagutan timur yang merupakan wilayah kota mataram karena lingkungan petemon adalah salah satu lingkungan dari lima lingkungan yang da di kelurahan pagutan timur kecamatan mataram," terang Mulhan, salah seorng tokoh pemuda di petemon.
Di katakannya pula, batas wilayah itu kian terasa ketika ada rencana pembangunan lingkungan khususnya sarana fisik. "Kami usulkan di RT 10 (perencana Pembangunan fisik) tapi tidak pernah terealisasi. dan baru kami tahu alasannya, pemerintah tidak mau merealisasikannya karena bukan wilayak Kota Mataram," kata Mulhan.
Warga Petemon, Jelasnya lagi, merasa telah kehilangan hak-hak sebagai warga untuk mendapatkan fasilitas yang layak. Sebab Pemko Mataram tidak mengakui warga petemon sebagai warga kota karena secara teritoriakl berada di wilayah Kabupaten Lombok Barat. "Pada saat penetapan batas wilayah, warga juga tidak pernah dilibatkan dan diajak bicara. Warga Petemon tidak mungkin masuk menjadi bagian dari desa Labuapi karena secara sosiologis, warga Petemon adalah bagian dari lingkungan petemon yang memiliki karakter dan budaya yang sangat berbeda, ada istiadat, bahasa," ujar Mulhan.

Sebagai sebuah komunitas budaya, warga tidk ingin di pisahkan dari lingkungan Petemon. Menurut Mulhan, semestinya Pemerintah dalam menentukan batas wilayah harus melibatkan masyarakat setempat dengan mempertimbangkan kondisi sosiologis. Bukan hanya berpatokan pada batas geografis.

"Kami tidak mungkin membuat masjid sendiri, tempat pemakaman sendiri yang terpisah dari lingkungan Petemon. Oleh karena itu kami mohon Pemerintah Daerah untuk melihat kembali batas wilayah antara kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat dengan tidak mengorbankan masyarakatnya," kata Mulhan lagi.

Apa langkahyang akan di tempuh pemerintah kelurahan? pertanyaan itu di jawab kepala lingkungan Samidah. "Tindak lanjut yang akan dilakukan Lurah Pagutan Timur untuk masalah yang dihadapi warga adalah warga RT 10 yang ada di Petemon akan diusahakan untuk masuk dalam Kota," Ungkap Samidah.

Penghasil Krupuk Yang Sukses Di Pagutan


Penghasil Krupuk Yang Sukses Di Pagutan

Perusahaan penghasil krupuk Hafiz Putra berdiri pada tahun 2000 ini menjalankan usahanya dengan memproduksi krupuk dari bahan mentah menjadi barang yang siap di produksi atau di konsumsi oleh masyarakat. Imam Basirin nama sang pemilik perusahaan ini, telah jatuh bangun membangun usahanya bersama istrinya bu wiwik hingga berhasil sampai sekarang. Kerupuk yang dibuatnya diminati banyak pelanggan. Krupuk ini sudah di jual ke seluruh wilayah mataram bahkan dinikmati oleh seluruh warga lombok.

Bapak asli jawa ini sebelum ke Lombok memulai usahanya di Sumbawa sekitar enam tahun, tetapi usaha yang dijalankan tidak begitu lancar. Barulah pada tahun 2000 Pak Basirin pindah ke lombok dan memulai usaha berjualan krupuk. Lokasi pertama yang dijadikan tempat pembuatan krupuk adalah di Presak barat Pagutan, tapi karena daerahnya tidak memungkinkan akhirnya pindah ke Petemon, dan disinilah keberhasilan penjualan krupuk dapat di lihat.

Menurut pengakuan Pak Imam pemilik Perusahaan krupuk ini, dia menyediakan lapangan pekerjaan untuk warga di daerah sekitar tetapi kebanyakan warga petemon tidak mau bekerja jadi karyawan, yang bekerja kebanyakan berasal dari jawa juga seperti dirinya. Ditambahkannya lagi keuntungan yang di peroleh tidak di hitung perhari, karena penghasilan yang di peroleh perhari di putar lagi untuk membeli bahan baku untuk memproduksi lagi krupuknya. Untung yang kami peroleh kami hitung pertahunnya karena lebih kelihatan hasil yang kami dapatkan,” kata pak Imam.

Keberhasilannya membuat krupuk ini membawa dirinya mewakili NTB dalam hal Home Industri dan mendapat penghargaan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yaitu piagam pada tahun 2009. Karyawan yang bekerja untuknya sekarang sebanyak 30 orang, 17 yang berjualan dan sisanya lagi yang memproduksi. Krupuk dibuat menggunakan 3 mesin pembuat krupuk dengan jumlah produksi sebanyak 1 ton perharinya itupun bisa kurang dikarenakan kendala cuaca karena bahan mentah yang sudah setengah jadi di jemur menggunakan sinar matahari sebelum di goreng. Gaji yang diberikan ke karyawan sesuai dengan Upah Minimum Regional yaitu diatas 850 ribu perbulannya, tapi Pak Imam enggan menyebutkan gaji pasti yang di peroleh karyawannya.

Saya senang membuka usaha disini, selain saya bisa menciptakan peluang kerja untuk warga sekitar, krupuk saya pun diminati dan mendapat respon yang cukup baik dari warga seluruh lombok, “ungkap Pak Imam.

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers