Jumat, 28 Mei 2010

MENYIKAPI PENDIDIKAN

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, setiap orang wajib meningkatkan kualitas keberimanannya, kualitas kemanusiaan sebagai amanah kehambaan yang dianugrahkan Allah dan kualitas hidup sebagai wahana untuk menunjukkan kehambaan kepada Allah Swt. Peningkatan itu semua harus dilakukan melalui pendidikan yang secara sadar ditanamkan dan diniatkan. Sikap beriman yang benar tidak akan kita pahami tanpa ilmu, menjadi manusia yang berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa ilmu demikian pula kualitas hidup yang baik sebagai sarana ibadah juga tidak akan terjangkau tanpa ilmu.

Dalam konteks ini jelas sekali Allah Swt menjanjikan kedudukan yang mulia dan kehidupan yang baik bagi orang berilmu sebagaimana firmannya dalam surat Al Mujadilah ayat 11 :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini secara sosial sangat jelas bisa dibuktikan. Orang yang berilmu dan ilmunya memberi manfaat kepada orang lain, ia akan dihormati, disegani dan diberikan kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat. Apalagi dihadapan Allah. Insya Allah. Ilmu yang dimiliki seseorang akan memudahkan hidupnya. Ilmu agama akan memperbaiki ibadah dan amal shaleh, ilmu dunia akan memudahkan untuk menyesuaikan diri dengan tantangan zaman yang dihadapi dan sekaligus menyebar manfaat untuk orang banyak yang berarti kita telah merengkuh dua hasil sekaligus yaitu kesejahteraan diri dan masyarakat dan pahala berlimpah dari Allah Swt. Sungguh betapa nikmatnya orang berilmu dan mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan bersama. Rasulullah Saw menggambarkan kenikmatan itu dengan sabdanya :

"Barangsiapa yang menjalani perjalanan menuntut ilmu, maka dimudahkan baginya jalan menuju sorga".

Kemudahan yang dijanjikan seperti itu dapat dipahami bahwa menuntut ilmu itu merupakan amal shaleh yang mendapatkan ganjaran pahala dari Allah Swt dan hasil belajar atau ilmu yang diperoleh akan menjadi bekal hidup yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan sehingga dapat melaksanakan ibadah dengan nyaman. Inilah yang merupakan gambaran yang dikemukakan oleh Rasulullah, memudahkan jalan ke sorga.

Permasalahan yang menggejala saat ini adalah sebagian diantara kita yang tidak memahami pendidikan dengan benar, sehingga salah dalam melaksanakan tugas memberi bekal pendidikan yang baik kepada anak – anak maupun untuk diri sendiri. Sebagian kita mempersempit arti pendidikan dengan menyekolahkan anak atau memasukkan anak ke sekolah. Bahkan ada orang yang sangat khawatir ketika anaknya tidak diterima di sekolah tertentu atau tidak lulus ujian, tetapi tidak terlalu khawatir dengan kondisi iman dan akhlaknya. Pola hidup yang demikian menunjukkan betapa kita telah terlalu jauh menggantungkan masa depan anak-anak kita pada ijazah yang dimiliki dan mengabaikan kekuasaan dan takdir Allah Swt.

Pendidikan merupakan tugas dan kewajiban hakiki manusia, sehingga dapat meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam menghambakan diri kepada Allah Swt. Hal ini berarti kewajiban mendidik itu berada di tangan orang tua dengan tujuan :

Pertama, mempertahankan kefitrahan anak.

Kefitrahan adalah amanat Allah yang harus dijaga untuk dikembalikan sebagaimana aslinya. Fitrah dasar adalah keberimanan dalam Islam dengan sempurna. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Ar-Rum ayat 30

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],

fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Menjaga agama diri dan anak-anak kita harus dalam iklim keluarga beragama yang mencerminkan perilaku yang berlandaskan iman dengan amalan syariat yang istiqamah. Dengan demikian seluruh keluarga akan terpayungi dari bahaya kekufuran dan kemusyrikan

Kedua, memelihara akhlakul karimah

Akhlaqul karimah adalah citra dan potret seorang muslim yang memelihara kefitrahan. Salah satu tugas Rasulullah saw disamping untuk menegakkan iman Islam adalah untuk menegakkan akhlak yang mulia, sebagaimana sabdanya : “Innama buistu liutammima makarimal akhlaq” – sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (HR. Tabrani)

Akhlaq mulia ini tidak bisa dipelajari sebagai ilmu pengetahuan, tetapi harus diajarkan dengan perilaku dan contoh yang penuh hikmah sehingga anak-anak dapat meneladaninya dengan ikhlas. Demikianlah Rasulullah Saw memperbaiki akhlaq ummat pada masanya dengan keteladanan yang sempurna.

Ketiga, memberikan kecakapan hidup

Kecakapan hidup adalah kemampuan untuk menjalani kehidupan dengan tepat dan dilandasi oleh kebenaran. Cakap memandang masalah dengan berbaik sangka. Cakap menerima segala kebahagiaan dan kesusahan sebagai takdir Allah yang harus diterima dengan ikhlas. Cakap memahami hidup sebagai hamba Allah yang hidup dalam lingkungan sosial. Cakap saling berbagi dengan sesama. Akhirnya cakap memperjuangkan kualitas hidupnya dengan modal akal, rasa dan keimanan yang dimilikinya.

Keempat, memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keharusan dalam mengarungi hidup yang terus berkembang. Dalam peradaban yang semakin maju seperti yang sedang kita jalani saat ini, kecenderungan penistaan terhadap kemanusiaan sangat kuat. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, dan jika tidak dilandasi dengan iman akan mewujud menjadi perlaku-perilaku fasad – pengerusakan. Sebaliknya manusia yang beriman, yang shaleh tetapi tidak mengikuti perkembangan peradaban akan sulit menyesuaikan diri dan gagap dalam menghadapi kehidupan. Kegagapan ini akan menyebabkan kita akan semakin terpinggirkan dalam kehidupan, kalah bersaing dan akhirnya gagal melaksanakan tugas dan fungsi sebagai abd lillah dan sebagai khalifah fil ardh.

Pandangan kita tentang kemajuan dan tuntutan kemampuan manusia untuk memberikan jawaban kemaslahatan terhadap kemajuan tersebut mengukuhkan keberadaan pendidikan sebagai sunnatullah. Keduanya, perubahan dan pendidikan sebagai sunnatullah merupakan jawaban terhadap perkembangan kehidupan manusia yang akan semakin sulit. Hal ini telah ditunjukan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an bagaimana ilmu yang diajarkan kepada Adam menyebabkan manusia memiliki kelebihan dari malaikat. Dengan ibadah yang didasari ilmu yang benar , manusia menduduki tempat terhormat baik di hadapan dunia maupun dihadapan Allah swt.,

Keempat tujuan tersebut harus dibangun dari keluarga, sehingga benteng pertama dan terakhir pendidikan bagi ummat Islam adalah keluarga. Seseorang yang telah memiliki landasan kefitrahan, landasan akhlaqul karimah ia akan mampu menjalani hidup dengan sempurna. Ia akan dimuliakan oleh Allah karena iman dan taqwanya, akan dihargai oleh sesama manusia karena akhlaqnya dan menjaga kehormatan diri yang kuat menyebabkan seseorang tidak melakukan hal-hal yang akan menurunkan derajat kemanusiaannya seperti malas, berbuat yang tidak terpuji dan sejenisnya.

Dalam kaitannya dengan kehidupan kekinian, kadang masyarakat tidak mampu mendidik anaknya karena berbagai keterbatasan, maka hendaklah kita menyerahkan pendidikan kepada lembaga yang dapat dipertanggungjawabkan dapat memelihara iman, membina akhlak, memberi kecakapan hidup dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang menunjang.

Semoga kita tergolong orang yang diberikan taufiq untuk bertanggungjawab terhadap pendidikan anak sejak dini dan semoga anak cucu kita tergolong generasi rabbi radhiya sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Maryam ayat 15 :

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

Selasa, 25 Mei 2010

Ketika Siswa MA Gemar Jurnalistik


Banyak manfaat yang bisa di ambil dari terbitnya koran kampung di Pagutan beberapa bulan lalu. Tidak hanya banyaknya berita kampung yang mulai di ketahui warga. Banyak masalah warga yang bisa di salurkan lewat koran kampung pun menjadi kemudahan bagi warga untuk bisa menyampaikan dan menyalurkan aspirasi yang sebelumnya tak pernah bisa semua warga lakukan. Tidak hanya itu, siswa yang bersekolah di sekitar lingkungan pagutan pun mulai berminat akan jurnalistik.
Inipun yang terjadi pada beberapa siswa yang ada di MA Nurul Iman Pagutan. Adanya Koran Kampung menumbuhkan minat mereka untuk belajar dan mengetahui lebih banyak mengenai dunia jurnalistik. Madingpun di jadikan media awal untuk belajar. Menurut beberapa siswa yang di temui mengatakan Koran Kampunglah awal mulainya kami meminati dunia jurnalistik. adanya koran kampung sangat menarik perhatian kami. Tidak hanya beritanya yang seputar Pagutan, tetapi bahasa yang menarikpun sangat membantu kami memahami berita yang disampaikan kepada pembacanya," ujar salah satu siswa.
Untuk menyalurkan bakat beberapa siswa dalam hal tulis menulis dan sebagai langkah awal siswa untuk lebih mengenal dunia jurnalistik, Mading sekolahpun mulai di aktifkan kembali yang tadinya vakum beberapa lama. Pihak sekolah mulai membimbing mereka dalam hal-hal yang berhubungan dengan tulis menulis. Hal yang dilakukan sekolah adalah mengajak siswa-siswinya untuk berkunjung ke Lombok Post agar semua siswa lebih mengetahui dan lebih mengenal media jurnalistik yang ada.
Kegiatan kunjungan ini pun di sambut gembira semua siswa selain sebagai sarana belajar, kunjungan ini pun dapat melepaskan penat siswa setelah belajar selama satu tahun penuh karena kunjungan ini di lakukan di akhir tahun ajaran sekolah.

Sabtu, 22 Mei 2010

TENTANG SUARA TERBANYAK

Salah satu nilai di dalam dunia modern dewasa ini yang sering menyesatkan seorang muslim ialah anggapan bahwa suatu kebaikan ditentukan oleh ramai atau sedikitnya orang yang mendukung nilai tersebut. Jika nilai tersebut sudah populer di tengah masyarakat, maka orang mengatakan bahwa nilai tersebut bersifat positif. Nilai tersebut akan didukung dan disebarluaskan.

Akibatnya semakin cepatlah tersebarnya nilai-nilai kemungkaran di tengah masyarakat sebagaimana juga semakin cepat tersebarnya nila-nilai ma’ruf. Masalahnya ialah dewasa ini nilai-nilai kemungkaran jauh lebih mudah ditemukan daripada nilai-nilai ma’ruf. Artinya, banyak sekali nilai-nilai mungkar menurut Islam yang sudah menyebar di tengah masyarakat. Sebaliknya, sedikit sekali nilai-nilai ma’ruf menurut Islam yang sudah difahami dan diterima masyarakat.

Misalnya, soal hubungan antara pria-wanita bukan muhrim. Di tengah masyarakat telah umum diterima bahwa tidak ada masalah jika dua orang pria-wanita bukan muhrim bepergian berduaan alias berpacaran. Karena hal ini telah dianggap biasa, akhirnya banyak orangtua muslim yang memandang biasa jika anak gadisnya bepergian berduaan dengan lelaki bukan muhrimnya. Yang penting jangan sampai berzina. Berzinapun diartikan sebagai melakukan hubungan sebadan layaknya suami-istri. Jika berpacaran itu baru ”sebatas” berpegangan tangan, maka tidak mengapa. Bahkan jika sampai berciuman dan berpelukanpun tidak mengapa. Asal yang penting jangan sampai bersetubuh. Bahkan belakangan ini nilainya menjadi lebih liberal. Baiklah, jika memang harus terjadi juga hubungan sebadan, yang penting jangan sampai hamil di luar pernikahan. Sehingga sebagian orangtua muslim modern mulai menasihati anak gadis mereka bila pergi berduaan dengan pemuda non-muhrim: ”Anakku, jaga diri dan jangan lupa membawa alat kontrasepsi ya.”

Bahkan dianggap aneh bila ada pemuda ingin menikah dengan pemudi tanpa melewati proses berpacaraan. Mereka berdua akan dianggap nekat karena belum cukup saling mengenal satu sama lain. Padahal begitu banyak lelaki yang telah gonta-ganti pacar dan telah begitu jauh saling ”berkenalan” namun tidak kunjung meningkat ke jenjang pernikahan. Alasannya karena ”belum cukup saling mengenal satu sama lain” atau ”ternyata tidak cocok satu sama lain” sehingga putuslah hubungan antara keduanya. Akibatnya, nilai Islam yang memiliki semangat ”menyegerakan dan memudahkan pernikahan” tidak mendapat dukungan sebagaimana mestinya. Sementara nilai jahiliah yang memiliki semangat ”berpacaran alias berzina” justru dilestarikan dan ditumbuh-suburkan...!!!

Contoh lain ialah apa yang terjadi pada dunia politik. Sedemikian bersemangatnya para politisi Muslim ingin memenangkan permainan demokrasi, sehingga daya kritis mereka terhadap sistem dan mekanisme demokrasi liberal-barat menjadi tumpul. Mereka hanya ikut begitu saja dengan arus permainan yang banyak berlaku di tengah masyarakat. Bila para politisi sekuler mengkampanyekan dirinya tanpa rasa malu dan sikap rendah hati, maka para politisi muslim-pun berkampanye sama dan sebangun dengan cara para politisi sekuler tersebut. Bermunculanlah gambar wajah-wajah di tiang listrik dan pohon-pohon yang dihiasi dengan aneka sanjungan dan pujian terhadap diri sendiri. Jujur-amanah-berani. Siap memperjuangkan aspirasi rakyat. Bersih-peduli-profesional.

Saudaraku, di dalam Islam tidak dikenal adanya kebiasaan memuji diri sendiri. Bahkan seorang sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung berlindung kepada Allah ketika ada orang-orang menyanjungnya.

“Ya Allah, aku mohon ampun (kepadaMu) atas ucapan (sanjungan) mereka dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka.”

Jadi, jangankan seorang muslim memuji dirinya sendiri. Sedangkan jika orang lain memuji dirinya saja sepatutnya ia langsung memohon ampun kepada Allah, sebab orang-orang beriman hanya pantas memuji Allah semata. Segenap kemuliaan, puja dan puji, keagungan dan kebesaran hanyalah milik Allah. Semua manusia pada hakikatnya hanya memperoleh ni’mat dari Allah. Mereka hanya bisa berhasil jika Allah izinkan untuk berhasil. Maka alangkah naifnya bilamana kehidupan perpolitikan suatu masyarakat diwarnai oleh pemberian pujian setiap orang terhadap diri atau kelompoknya sendiri.

Saudaraku, marilah kita senantiasa hidup hanya dan hanya untuk mengejar keridhaan Allah. Jangan hendaknya banyaknya suara dan dukungan menjadi tolok ukur tunggal dalam meraih keberhasilan dalam hidup dan kehidupan di dunia fana ini. Sebab belum tentu yang ramai pendukungnya pasti diridhai Allah. Demikian pula sebaliknya, belum tentu yang sedikit pendukungnya berarti jauh dari rahmat dan ridha Allah. Apalagi ketika kita sadar bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini merupkan zaman penuh fitnah dimana kebanyakan perkara ma’ruf menurut Islam dipandang kuno, jadul dan ketinggalan zaman. Sedangkan banyak kemungkaran menurut Islam justru diartikan sebagai indikasi modernitas, kemajuan dan keluasan wawasan berfikir.

Betapa benarnya firman Allah di dalam Al-Qur’an ketika dikatakan:

“Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (QS Al-Maidah ayat 100)

”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-An’aam ayat 116-117)

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa menghalalkan apa yang Engkau halalkan dan mengharamkan apa yang Engkau haramkan. Ya Allah, janganlah Engkau masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang lebih mengutamakan ridha manusia daripada ridha Engkau. Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam kelompok yang sedikit asalkan dalam ridhaMu daripada masuk ke dalam kelompok yang ramai namun jauh dari rahmat dan ridhaMu.... Amin ya Rabb...

Rabu, 19 Mei 2010

Rembuk Warga Untuk Akses Ke Media


Rembuk warga kembali dilakukan beberapa minggu yang lalu yaitu pada hari rabu (5 /5) yang diadakan di aula Kelurahan Pagutan. Rembuk warga yang diadakan oleh Somasi Yang di Koordinir oleh kader-kader lingkungan Pagutan Presak Timur ini bertemakan "Untuk Meningkatakan Kapasitas Warga Tentang Media".
Bertindak sebagai narasumber dalam rembuk warga ini adalah Pimpinan Redaksi Koran Kampung Yaitu M. Hafiz dan peserta yang mengikuti rembuk ini adalah beberapa semua Kepala RT yang ada di Presak Timur Pagutan.
Ada Beberapa pertanyaan yang muncul dari tema yang di diskusikan itu diantaranya adalah mengapa harus kuat melawan media masa, seberapa pentingkah media masa bagi masyarakat serta bagaimana cara kita agar mendapat perhatian dari media masa.
Banyak persepsi masyarakat bahwa untuk menyampaikan suatu berita dimedia masa harus mengeluarkan uang padahal tidak demikian. Media Masa cukup penting untuk beberapa hal yaitu :
1. Mempengaruhi kebijakan
2. Menarik perhatian pemerintah
3. Menjembatani permasalahan di tingkat lingkungan 
Misalnya di Presak Timur terdapat kasus kotoran hewan peliharaan dari lingkungan tetangga sebelah yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Kasus tersebut telah berlangsung sejak 5 tahun yang telah dikomunikasikan oleh warga lingkungan Presak Timur mulai dari tingkat RT, Kepala Lingkungan, Kelurahan bahkan sampai lingkungan hidup namun sayang belum membuahkan hasil yang maksimal. Kasus tersebut sangat mungkin untuk bisa di tertibkan melalui media agar mendapat perhatian dar pemerintah.
Menurut Bapak Junaidi dan Pakaj Masnu selaku peserta menyatakan, Permasalahan tersebut telah mendapat perhatian dari PU dan LH, namun terkendala karena masalah dana. Selain masalah limbah, juga yang perlu diselesaikan segera adalah masalah saluran air yang sering mampet karena sampah kiriman dari daerah lain.
Menurut narasumber, untuk menarik perhatian pers atau media, ada yang perlu di perhatikan yaitu :
1. Mengenal watak media
2. Topik harus fresh (mengandung sifat kebaruan)
3. Terbiasa membuat surat pembaca dan mengirimkan ke media masa
4. Kepedulian Kita terhadap lingkungan sekitar kita.
Rembuk warga dirasa sangat membantu warga untuk bisa menyampaikan keluhan-keluhan yang ada di masyarakat terutama yang ada di lingkungan Pagutan.

Jumat, 14 Mei 2010

TENTANG MANISNYA IMAN

Sebagian besar dari kita, bahkan hampir semua kita menjadi muslim melalui jalur keturunan. Kita menjadi muslim karena terlahir dari orang tua yang muslim. Dan ini sungguh merupakan nikmat yang tak ternilai harganya. Apatah lagi dengan kita yang terlahir di kampung ini. Kampung yang nuansa beragamanya sangat kental, bahkan kita kerap mendengar kampung kita ini dijuluki dengan istilah “Mekah Kodeq”, sebuah julukan yang menunjukkan nuansa agama yang sangat kental. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan menjamurnya kelompok-kelompok pengajian, dari kelompok pengajian muda sampai kelompok pengajian orang-orang tua. Di kampung ini, Insya Allah, setiap anak sudah mulai akrab dengan al Qur’an sejak dini, sehingga kita jarang menemukan ada anak yang tidak bisa membaca Al Qur’an. Sungguh ini merupakan anugrah dan ni’mat dari Allah yang Maha Agung. Dan nikmat yang besar ini, sudahkah kita benar-benar mensyukurinya ?. Kita memang sudah membaca Al Quran, akan tetapi sudahkan kita merasakan manfaat dari bacaan Al Quran kita ? seberapa jauh iman kita bertambah dengan bacaan kita ? sudahkah kita merasakan nikmatnya menjadi orang yang beriman ?. Jangan-jangan kita hanya baru sampai pada tahap sekedar membaca, sehingga iman kita tidak kunjung bertambah. Jika demikian halnya , maka boleh jadi hal ini mendekati apa yang telah diprediksi kan oleh Baginda Nabi saw, bahwa kelak akan datang suatu masa dimana orang-orang muslim sama-sama membaca Al Quran secara verbal akan tetapi Al Quran itu tidak sampai ketenggorokannya, apalagi akan sampai membawa pengaruh ke dalam hatinya . Bacaannnya tidak membuat keimanannya semakin bertambah, sehingga iapun tidak dapat merasakan manisnya iman. Hal ini disebabkan karena kita tidak sungguh-sungguh meningkatkan keimanan kita. Kita cukup merasa puas dengan keislaman kita yang kita dapatkan dari kedua orang tua kita. Padahal, menjadi muslim tidaklah cukup hanya karena keturunan. Kita harus berusaha meningkatkan keimanan secara maksimal, baru kita akan merasakan manisnya iman. Untuk itu mari sejenak kita renungkan hadis Rasulullah berikut ini, dimana beliau bersabda :

"Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu : Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari yang lain ; mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci untuk kembali kepada keingkaran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka ( Bukhari Muslim)"

Di dalam hadits ini, Baginda Rasulullah menggunakan kata manis, yaitu kata yang biasanya digunakan untuk mensifati benda benda lahiriah seperti madu, gula dll. Hal ini untuk mempermudah kita memahami haditst tersebut. Seperti kita maklumi bersama, bahwa mudah bagi kita untuk merasakan dan menikmati hal-hal yang bersifat lahiriah. Ketika kita mendapatkan uang misalnya, serta merta kegembiraan menyeruak ke dalam hati kita. Dalam kehidupan kita sehari-hari kita dapat merasakan bahwa gula itu manis, demikian juga halnya dengan madu. Namun betapapun manisnya madu tidak akan terasa manis jika kita dalam keadaan sakit. Semakin parah penyakit kita, semakin kita tidak dapat merasakan manisnya madu. Hal ini bisa kita kiaskan kepada kondisi keimanan kita. Jika sampai saat ini kita belum merasakan manisnya iman, boleh jadi hati kita dalam keadaan sakit. Semakin banyak penyakit yang menggerogoti hati kita, semakin sulit kita merasakan manisnya iman. Penyakit-penyakit hati yang bersemayam di hati kita akan mencegah kita untuk merasakan manisnya iman. Semakin banyak penyakit di dalam hati kita semakin jauh kesempatan kita untuk merasakan manisnya iman. Untuk itulah, agar kita bisa meningkatkan iman kita , maka kita harus berusaha menyingkirkan berbagai macam penyakit yang menggeroti hati kita, seperti : iri, dengki, dendam, marah, ketidakmampuan untuk memaafkan dan lain sebagainya. Maka Rasulullah menegaskan : At Thohuururu Syatrul iman ( kesucian itu adalah setengah dari iman). Imam Ghozalai menerangkan maksud kata suci dalam hadits ini, yaitu tidak saja suci secara lahiriah namun juga suci hati dari berbagai macam penyakit hati. Sehingga ketika seseorang akan melaksanakan sholat misalnya, maka ia mendirikan sholat dengan dua kesucian, yaitu suci secara lahiriah atau suci dari hadas dan yang kedua suci hati dari berbagai macam penyakitnya. Dan tatkala ibadah dilaksanakan dengan kedua kesucian ini maka Insya Allah kita akan merasakan kenikmatan ibadah sekaligus bisa merasakan manisnya iman. Namun manakala ibadah kita hanya dilaksanakan dengan satu kesucian saja yaitu suci lahiriah, maka kita tidak dapat merasakan nikmatnya beribadah sekaligus ibadah kita menjadi tidak bermakna dan pada akhirnya juga tidak dapat mersakan manisnya iman. Seseorang yang melaksanakan sholat, namun hatinya masih diliputi amarah, maka bisa dipastikan dalam sholatnya ia akan sedikit mengingat Allah, bahkan mungkin tidak mengingat Allah sama sekali karena hati dan pikiranya tercuri oleh sebab yang menyebabkan dia marah, demikian juga orang yang yang memendam rasa iri, maka pikirannya akan habis tercurah kepada apa yang ia irikan. Dengan demikian iapun tidak bisa khusyu’ dalam ibadahnya sekaligus tidak bisa menikmati ibadahnya. Itu berarti juga ia tidak dapat mersakan manisnya iman. Dan jika dalam hidup kita di dunia sekarang ini kita tidak dapat merasakan manisnya iman, mungkinkah kelak diakhirat kita akan merasakan buah keimanan kita ?

Hadirin rahimakumullah,

Lebih lanjut, Baginda Rasulullah menegaskan sarat untuk merasakan manisnya iman yaitu, agar kita mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari kecintaan kita kepada selain keduanya. Kecintaan kita kepada Allah dibuktikan dengan keikhlasan kita mengikuti Baginda Rasulullah saw. Sebagaimana ditegaskan dalam surat Ali imron ayat 31 :

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Ayat ini menegaskan, betapa kita harus mengikuti Rasulullah sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah. Mengikuti Rasulullah saw, bukan saja dalam perkara-perkara ibadah, namun juga dalam sikap dan perilaku beliau dalam menghadapi berbagi permasalahan yag menimpa. Apakah masalah itu kita senangi atau tidak. Maka kita perlu terus bertanya kepada diri sendiri, sudahkah kita bersikap seperti Rasulullah dalam menghadapi berbagai persoalan hidup yang mendera. Hal ini perlu kita pertanyakan sebab Rausullah bersabda : laa yu’minu ahadukum hatta ya yakuuna hawaahu tab’an limaa ji’tu bihi ( tidak beriman seorang dari kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa).

Selanjutnya, sarat berikutnya untuk mersakan manisnya iman adalah mencintai atau membenci seseorang hanya karena Allah. Menjalin persaudaraan dan dan persahabatan dengan keikhlasan hanya karena Allah. Karena mencintai atau membeci seseorang tidak karena Allah hanya akan melahirkan kegelisahan dan ketidaktenangan yang pada akhirnya juga akan membuat kita tidak bisa menikmati manisnya iman.

Dan yang terkhir , sarat untuk mersakan manisnya iman sebagaimana disebutkan hadis diatas adalan agar kita benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah membuat kita beriman sebesar kebencian kita untuk dimasukkan ke dalam neraka. Kita semua berharap untuk dimasukkan ke sorga dan dibebaskan dari api neraka, maka mari kita hindari hal-hal yang menyebabkan kita dimasukkan ke neraka. Dan mari kita berusaha untuk bertindak dan berbuat dengan perbuatan-perbuatan yang mengantarkan kita ke sorga, dengan mengikuti petunjuk Baginda Rasulullah saw.

Mudah-mudahan Allah memberikan kita taufiq dan hidayah untuk mencintai-Nya, dan mencintai sesesorang karena-Nya, dan mudah-mudahan Allah membuat kita benci kepada kekufuran sebagaimana kita benci untuk dimasukkah ke dalam neraka.

PKK Lingkungan Mulai Di Benahi


Ibu-ibu PKK mulai sibuk beberapa hari terakhir ini. Kesibukan ibu-ibu Pkk ini berkaitan dengan mulai di benahinya struktur PKK yang ada. Ini dilakukan untuk menggerakkan kembali kegiatan PKK yang sebelumnya tidak berjalan maksimal. Selain itu adanya perlombaan PKK lingkungan yang diadakan bulan Mei ini mendorong PKK lingkungan untuk membenahi diri lebih baik lagi.
Bukan kali ini saja PKK mulai di lakukan semua kegiatan yang ada. PKK di lingkungan Kebon Lauk, kegiatan PKK lingkuingan sudah mulai berjalan aktif. Ini terlihat dari banyak kegiatan yang dilakukan oleh kader-kader lingkungan baik dalam hal pengembangan ibu-ibu PKK maupun kegiatan lain yang berhubungan dengan pengembangan ketrampilan warga maupun pembenahan dalam hal data-data lingkungan yang belum lengkap.
Pembenahan PKK ini dapat dilihat dari sudah diadakannya pelatihan bagi warga dan Ibu-ibu PKK beberapa minggu lalu yaitu pada bulan April. Pelatihan yang dilakukan adalah pembuatan Inke dan Home Industri dalam hal ini kegiatannya berupa khursus membuat Kue. Kegiatan pelatihan ini bisa diblilang berhasil karena peserta yang mengikuti pelatihan bisa membuat sendiri kerajinan yang dibuat dengan trampil yang bisa di jual pada masyarakat.
Tidak hanya dalam hal ketrampilan pembenahan PKK lingkungan yang dilakukan. Tetapi yang sedang di lakukan oleh PKK yang ada di Pagutan sekarang adalah pembenahan dalam hal keadaan warga yang ada mulai di data dan di masukan dalam laporan bulanan maupun tahunan. Data yang dimaksud adalah data banyaknya jumlah binaan dalam tiap-tiap RT yang ada di Presak Timur Pagutan. Selain itu untuk mengetahui banyaknya jumlah kelahiran maupun kematian yang terjadi di presak Timur, baik ibu hamil, balita maupun kematian akibat kelahiran bayi.
Kegiatan pembenahan PKK ini disambut baik oleh kader PKK yang ada di Presak Timur Pagutan. Ini terlihat dari mulai sibuknya kader-kader PKK untuk mendata dan memperbaiki data PKK yang masih kurang. Menurut salah satu ketua dasawisma yang di mintai keterangannya mengungkapkan kegiatan yang dilakukan ini merupakan langkah awal untuk memulai kegiatan baru yang nantinya bisa di lakukan bagi pengembangan dan keberhasilan PKK lingkungan kedepannya.

Selasa, 11 Mei 2010

Pustu Dasan Kreket, Banyak Pasien Musim Hujan


Puskesmas Pembantu (Pustu) Dasan Kreket di Lingkungan Karang Genteng, Pagutan, mulai banyak didatangi pasien yang mengalami keluhan akibat datangnya musim hujan. Petugas Pustu, Yuli, mengatakan rata-rata pasien mengeluhkan penyakit demam, namun belum ada laporan demam berdarah.

“Sejauh ini belum ada warga yang terjangkit demam berdarah yang periksa ke sini. Sekadar sakit biasa seperti diare, ispa, demam, batuk dan pilek, yang kesini. Tapi warga harus tetap waspada jangan sampai warga terkena demam berdarah,” terang Yuli.

Beberapa warga yang ditemui Tim Portal mengaku mengetahui musim perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti sewaktu datangnya musim hujan seperti saat ini. Sebagian mulai mengubur benda-benda yang bisa menjadi sarang nyamuk. “Meskipun sebagian warga yang lain belum melakukanya (3M) tapi warga tetap mewaspadai timbulnya penyakit seperti demam berdarah,” kata Fathul salah seorang warga.

Sabtu, 08 Mei 2010

MENCARI RIDHA ALLAH

Jarang orang merumuskan tujuan hidupnya. Merumuskan apa yang dicari dalam hidupnya, apakah hidup nya untuk makan atau makan untuk hidup. Banyak orang sekedar menjalani hidupnya, mengikuti arus kehidupan, terkadang berani melawan arus, dan menyesuaikan diri, tetapi apa yang dicari dalam melawan arus, menyesuaikan diri dengan arus atau dalam pasrah total kepada arus, tidak pernah dirumuskan secara serius. Ada orang yang sepanjang hidupnya bekerja keras mengumpulkan uang, tetapi untuk apa uang itu dan mau ditasrufkan kemana baru dipikirkan setelah uang terkumpul, bukan dirumuskan ketika memutuskan untuk mengumpulkannya. Ada yang ketika mengeluarkan uang tidak sempat merumuskan tujuannya, sehingga hartanya terhambur-hambur tanpa arti. Ini adalah model orang yang hidup tidak punya konsep hidup.

Makna tentang tujuan hidup sampai kapan pun masih tetap penting untuk direnungkan. Bagaimanapun seorang Muslim mesti sadar bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara tidak kekal bahkan terlampau singkat. Kita cuma diberikan kesempatan yang sangat sebentar, bagaikan seorang musafir yang berhenti di sebuah oase, setelah istirahat sebentar dia mempersiapkan perbekalan lalu melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir.

Rumusan tujuan hidup yang didasari pada nilai ajaran agama menempati posisi sentral, yakni untuk hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang diyakininya, melalui pemahaman yang benar dan matang terhadap ajaran agama, Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah, ibtigha mardhatillah. Allah berfirman dalam surat al Baqarah ayat 207

“Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”

Ridha artinya senang. Jadi segala pertimbangan tentang tujuan hidup seorang Muslim, terpulang kepada apakah yang kita lakukan dan apa yang kita gapai itu sesuatu yang disukai atau diridhai Allah SWT atau tidak. Jika kita berusaha memperoleh ridha-Nya, maka apapun yang diberikan Allah kepada kita, kita akan menerimanya dengan ridha (senang) pula, ridha dan diridhai (radhiyatan mardhiyah)

Kita bisa mengetahui sesuatu itu diridhai atau tidak oleh Allah. Tolok ukur pertama adalah syariat atau aturan yang ditetapkan agama, sesuatu yang diharamkan atau dilarang oleh Allah pasti tidak diridhai dan bila kita melakukannya atau melanggarnya kita akan mendapat dosa; dan sesuatu yang halal atau diperintahkan agama pasti diridhai yang apabila kita mengerjakannya kita akan mendapat pahala. Selanjutnya nilai-nilai akhlak akan menjadi tolok ukur tentang kesempurnaan, misalnya memberi kepada orang yang meminta karena kebutuhan adalah sesuatu yang diridhai-Nya; tidak memberi tidak berdosa tetapi kurang disukai.

Indikator ridha Allah juga dapat dilihat dari dimensi horizontal, Nabi bersabda : “Bahwa ridha Allah ada bersama ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada bersama murka kedua orang tua”. Semangat untuk mencari ridha Allah sudah barang tentu hanya dimiliki orang-orang yang beriman .

Metode untuk mengetahui ridla Allah SWT juga diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw dengan cara bertanya kepada hati sendiri, istafti qalbaka. Orang bisa berdusta, berbohong dan mengelabui orang lain, tetapi ia tidak dapat melakukannya kepada hati sendiri. Hanya saja hati orang berbeda-beda. Hati yang gelap, hati yang kosong, dan hati yang mati, sulit dan bahkan tidak bisa ditanya. Hati juga kadang-kadang tidak konsisten, oleh karena pertanyaan paling tepat kepada hati nurani, Nurani berasal arti kata nur, cahaya. Orang yang nuraninya hidup maka ia selalu menyambung dengan ridha Tuhan. Problem hati nurani adalah cahaya nurani sering tertutup oleh keserakahan, egoisme, dan kemaksiatan.

Menurut ajaran Islam, tugas hidup manusia, sepanjang hidupnya hanya satu tugas, yaitu menyembah Allah, Sang Pencipta, atau dalam bahasa harian disebut ibadah. Allah berfirman dalam kitab suci al Qur'an yang artinya "tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku". Menjalankan ibadah bukanlah tujuan hidup, tetapi merupakan tugas yang harus dikerjakan oleh mahluk Allah sepanjang hidupnya. Ibadah mengandung arti untuk menyadari dirinya kecil tak berarti, meyakini kekuasaan Allah Yang Maha Besar, Sang Pencipta, dan disiplin dalam kepatuhan kepada-Nya. Oleh karena itu orang yang menjalankan ibadah mestilah bersikap rendah hati, tidak sombong, menghilangkan egoisme dan Istiqomah untuk terus berupaya agar selalu dalam ridla dan bimbingan-Nya. Itulah etos ibadah. Ibadah ada yang bersifat mahdhah/murni, yakni ibadah yang hanya memiliki satu dimensi, yaitu dimensi vertikal, patuh tunduk kepada Allah Yang Maha Kuasa, seperti shalat dan puasa. Ibadah juga terbagi menjadi dua klasifikasi; ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus adalah ritual yang bersifat baku yang ketentuannya langsung dari wahyu atau dari Nabi Muhammad SAW, sedangkan ibadah umum adalah semua perbuatan yang baik, dikerjakan dengan niat baik dan dilakukan dengan cara yang baik pula.

Ibadah khusus seperti shalat lima waktu sehari semalam adalah tugas, taklif dari Allah SWT yang secara khusus diperuntukkan kepada orang-orang mukmin yang telah baligh. Puasa, Zakat (zakat fitrah, zakat mal) bagi yang telah memenuhi syaratnya, dan ibadah haji bagi yang mampu, memotong hewan kurban bagi yang mampu semuanya adalah taklif.

Dan ibadah ghairu mahdhah, seperti berbisnis, karena inti dari berbisnis adalah membantu mendekatkan orang lain dari kebutuhannya. Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat besar nilainya asal dilakukan dengan niat baik dan cara yang baik pula. Dengan demikian kita dapat melakukan tugas ibadah dalam semua aspek kehidupan kita, sesuai dengan bakat, minat, dan profesi kita. Perbedaan pandangan hidup akan menghasilkan perbedaan nilai dan persepsi. Orang yang tidak mengenal ibadah, mungkin sangat sibuk dan lelah mengerjakan tugas sehari-hari, tetapi dimata Allah tidak punya arti apa-apa dan tida bernilai ibadah, sementara orang yang mengenal ibadah, mungkin sama kesibukannya, tetapi cara pandangnya berbeda dan berbeda pula dalam mensikapi kesibukan, maka secara psikologis/kejiwaan ia tidak merasa lelah karena merasa sedang beribadah.

Manusia memiliki dua peran utama di dunia ini; pertama sebagai hamba Allah, dan peran kedua sebagai khalifah (Wakil) Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah manusia adalah kecil dan tidak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya.

Namun, sebagai khalifah, manusia diberi fungsi, peran yang sangat besar, karena Allah Yang Maha Besar maka manusia sebagai wakil Allah di muka bumi memiliki tanggungjawab dan otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah manusia diberi tugas untuk mengelola alam semesta ini untuk kesejahteraan manusia Oleh karenanya manusia dituntut beramal shaleh, menghindari dosa, menyuruh berbuat baik, melarang berbuat mungkar, jujur dan menghiasi diri dengan sikap yang dianjurkan oleh agama.

Demikianlah, betapa kita harus mampu merumuskan tujuan hidup kita agar hidup kita menjadi lebih bermakna. Dan tujun hidup kita hendaklah agar kita memperoleh ridlo Allah swt. mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing kita untuk melaksanakan hal-hal yang disukai dan diridloi oleh Allah swt.

Rabu, 05 Mei 2010

BUDAYA BEKURIS, UNTUK APA SIH?

Tanggal 12 Rabiul Awal 1431 H yang bersamaan dengan tanggal 25 Pebruari 2010 beberapa bulan yang lalu, diperingati sebagai hari Lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW. Acara yang dikenal dengan sebutan ‘Petangan’ tersebut hamper serentak dirayakan di perkampungan yang ada di Pagutan. Acara petangan yang dilengkapi dengan berbagai hidangan mulai dari makanan sampai buah-buahan tersebut, dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat yang laki-laki tak terkecuali anak-anak. Petangan berlangsung mulai ba’da isya sampai selesai sekitar pukul 11 malam.

Yang lebih meriah lagi adalah hadirnya bayi mungil yang mencapai puluhan bayi setiap tahunnya melakukan ritual bekuris (ngurisang). Suara serakalan dari jamaah masjid menggema mengantarkan para bayi yang hendak dipotong rambutnya. Bagi sebagian orang, bekuris hanyalah sebuah adat atau kebiasaan yang mungkin tak diketahui maknanya secara jelas.

Menurut salah seorang ustadz di Ponpes Darul Falah H. Zaenal Arifin, S.Ag, memotong rambut bayi umumnya dilakukan saat usia bayi 7 hari atau setelah tali pusat putus. “Bekuris atau memotong rambut bayi merupakan suatu acara penebusan kesalahan sang bayi kepada orang tua terutama ibunya, karena bayi itu telah membuat sakit ibunya pada saat ia dilahirkan”, jelasnya saat ditemui di Ponpes DF Kamis pecan lalu. “Yang membuat sakit adalah rambut bayi, sehingga perlu dilakukan acara ‘ngurisang’ atau sering kita dengar orang bilang membuang rambut panas sang bayi”, tambahnya.

MENGISI LIBURAN SEKOLAH, SISWA SD BERMAIN LAYANG-LAYANG


Siswa Sekolah Dasar dari kelas 1 sampai kelas 5 sedang menikmati libur panjang mereka, dikarenakan siswa kelas 6 Sekolah Dasar sedang melaksanakan ujian Nasional dari hari selasa kemarin (04/05).
Banyak cara yang dilakukan untuk mengisi liburan selama 1 minggu penuh. Seperti yang dilakukan oleh sekelompok anak di Presak Timur Pagutan. Mereka mengisi liburan dengan bermain layang-layang. Memang sekarang ini musim layang-layang. Tidak hanya siswa SD saja yang bermain bahkan orang dewasa pun banyak yang bermain layang-layang.
Sekelompok anak ini pun menikmati permainan yang mereka lakukan. Betapa tidak, panasnya sinar matihari tak menyurutkan niat mereka untuk terus bermain layang-layang. Tubuh terbakar sinar mataharipun yang membuat tubuh mereka gosong dan berubah kehitaman tak menyurutkan niat mereka.
Orang tua mereka pun menyambut baik kegiatan anak-anak mereka. Menurut salah satu orang tua mengatakan "mereka lebih baik bermain layang-layang dari pada melakukan kegiatan-kegiatan yang tak bermanfaat. Main layang-layang membuat mereka tampak senang dan gembira".
Sekelompok anak-anak pun menikmati permainan yang mereka lakukan. Selain mengasyikkan, mengejar layang-layang putuspun menjadi pengalaman yang sangat mengesankan bagi mereka. Saking asyiknya bermain layang-layang, kadang cuaca mendung tak beranginpun mereka main layang-layang, hanya untuk bisa berlomba dengan teman-temannya yang lain.
Melihat antusiame naka-anak SD ini, orang tua bahkan remaja pun tak mau kalah untuk menaikkan layang-layang mereka. ah, memang permainan yang menyenangkan.!!

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers