Rabu, 24 Agustus 2011

MEMELIHARA KEFITRAHAN

Indah fajar syawal yang dinanti. Semarak kebahagiaan lebaran mewarnai ruang hati, setiap muslim di hari nan fitri. Merdu takbir tahmid dan tahlil membahana menyongsong mata hari. Dari lubuk hati persembahkan Puji Syukur kepada Allah Rabbul Izzati. Rabb yang kuasa membolak-balik hati, menuang rahmat bagi hamba yang terpuji dan tetap kasih pada yang tak tahu balas budi. Salawat dan salam tak putus dilayangkan bagi baginda Nabi. Pembawa Risalah kebenaran sejati. Kalimatul Ihlas dan Fitratil Islami. Memayungi ummat menapak hari menuju kehidupan sejati.

Syawal bagi hamba yang amanah dan istiqamah memelihara Ramadhan adalah berkah. Menampung rahmat, ampunan dan kembali fitrah. Fitrah yang sudah ditetapkan dan tak akan berubah sebagai satu-satunya tempat berserah. Firman Allah Azza Wajalla dalam surat Ar-Rum 30

”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ”(Ar-rum 30)

Menyongsong fajar senantiasa ikhlas berserah, menapak kehidupan dalam rangka riyadah memohon ridha Allah. Untuk itu , marilah kita mengikuti uswatun hasanah junjungan alam Rasulullah (saw) untuk setiap pagi memperbaharui sahadah sebagai modal untuk menapak kehidupan dalam mencari ridha Allah. Beliau mengajarkan kita berdoa bermunajat menyampaikan tekad berserah dalam sabdanya yang artinya :

”Ya Allah, Engkau takdirkan bagi hamba pagi tetap dalam fitrah Islam dan menjalaninya dengan kalimah Ikhlas di atas hamparan agama Nabi kekasihMu Muhammad Saw dan milah ayah kami Ibrahim As yang lurus berserah dan tidak dalam musyrik”

Di hadapan kita : zaman dan peradaban telah menista kemanusiaan, dimana syariat agama tidak lagi ditegakkan, nilai-nilai moral dan etika memudar, ketentuan Allah banyak dilanggar, kebenaran semakin ditinggal dan kebatilan terus tersebar. Fitnah merebak di mana-mana, nuranipun terkoyak-koyak dibuatnya. Hawa nafsu diagungkan, jiwa menjadi kering kerontang, sikap pamer dan haus duniawi melanda semua orang dan akhirat dilupakan. Rasulullah Saw menggambarkan kondisi ini jauh sebelumnya dengan sabdanya : ”Masyarakat akan mengalami sebuah zaman yang pada zaman itu orang memegang agama seperti mengangkat batu besar”

Dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan semangat baru, jiwa baru dan tekad baru yang lebih segar untuk menghadapinya. Allahu Akbar, Dia telah memberikan ruang untuk mengevaluasi dan menyiapkan diri melalui Ibadah Puasa yang insya Allah berujung fitrah. Modal dasar untuk mengembangkan segala potensi kebaikan yang ada pada diri dan membentengi potensi syaitahaniah yang telah kita akrabi dalam setahun perjalanan dunia. Kembali kepada kondisi fitrah merupakan suntikan energi segar dari Allah Swt bagi hambaNya yang bertaqwa yang diperoleh dari pelaksanaan rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan dengan iman dan hanya mengharap ridhaNya.

Tantangan itu nyata, dan Alhamdulillah kita masih menyadari bahwa benteng utama untuk membendung pengaruh jahat peradaban seperti yang dikemukakan di atas hanyalah ketakwaan. Takwa ibarat sebuah penyaring yang akan menapis sifat sifat buruk yang menjadi kendaraan dari kezaliman dan maksiat. Takwa merupakan pakaian dari seorang mukmin yang akan menjauhkannya dari perbuatan yang membahayakan diri, keluarga dan agamanya. Sikap takwa ini bagaikan berjalan di jalan berbatu yang ditaburi onak dan duri, hati-hati mencari pijakan sehingga tidak terkena duri, batu tajam atau menginjak batu licin yang menggelincirkan. Dalam kehidupan sehari-hari, wujudnya adalah dengan senantiasa berupaya menjauhkan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat, memelihara diri dari makanan dan minuman haram, memilih teman bergaul yang mendatangkan manfaat, senantiasa mendekatkan diri kepada yang ma’ruf dan menghindari kemungkaran. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

”Jadilah orang pemaaf, suruhlah orang berbuat ma’ruf dan jauhilah orang yang bodoh” (Al-a’raf 199)

Kondisi fitrah yang dianugrahkan oleh Allah Swt merupakan karunia terbesar dalam kehidupan ini harus dipelihara sebagai modal dasar untuk memupuk potensi kebaikan yang ada pada diri kita. Fitrah Islam yang dijalani dengan ikhlas, merupakan pelaksanaan syahadat yaitu sadar menjadi hamba Allah dan bangga menjadi ummat Nabi Muhammad Saw. Dalam hal ini , perwujudan sikap tersebut hendaknya dibuktikan dengan upaya untuk menggelar tulus menebar manfaat kepada sesama makhluk serta menerima segala tiba sebagai wujud ridha sang khaliq : Allah Swt. Inilah sikap dan perilaku Islam sebagai rahmatan lil alamin. Sikap Tauhid mengikuti sunnah Rasul senantiasa tercermin dalam perilaku sehari hari sebagai pengemban berbagai amanah dan kapasitas kekhalifahan dan pewaris risalah Rasul di muka bumi.

Memelihara kefitrahan harus dimulai dengan mensucikan hati dan keyakinan kita dari hal-hal yang berbau kemusyrikan baik yang nyata maupun tersembunyi, dengan memperbanyak bertasbih dan berzikir kepada Nya, sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-A’la :

سبح اسم ربك الأعلى الذى خلق فسوى

”Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tingi, yang menciptakan, dan menyempurnakan” (Al-A’la 1-2)

Selama bulan Ramadhan kita telah dilatih untuk terus menerus mensucikan fikiran, perasaan dan hati kita bahkan memelihara kesucian diri secara pisik dan pada ujungnya mendapat penghargaan kemenangan yaitu kembali fitrah. Orang yang memperoleh kemenangan dan kembali fitrah tersebut adalah orang-orang senantiasa memelihara diri dengan upaya sungguh-sungguh dalam mensucikan akidah, senantiasa berzikir dan membentengi diri dengan menegakkan shalat.

قد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى

”Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri , dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.”(Al-A’la 14-15)

Ada dua macam sikap dan perilaku yang harus diwaspadai dalam memelihara kefitrahan, yaitu sikap mendua dalam memandang kehidupan dan perilaku menggantungkan diri pada sesuatu selain Allah. Sikap dan perilaku ini muncul dalam berbagai bentuk dan tidak kita sadari. Dalam Islam, sikap dan perilaku seperti itu disebut munafik dan syirik. Keduanya menggeret kita keluar dari garis aqidah, dan sekaligus menjadi fatamorgana yang akan menyebabkan kita lari dari Rasulullah Saw. Lemahnya sistem pertahanan iman menyebabkan kita tak sadar, lupa dan tergoda mengikuti alur kehidupan yang keluar garis akidah dan akhirnya mendapat murka Allah Swt.

Untuk itu selama 30 tahun lebih Rasulullah Saw baik di Makkah maupun di Madinah Beliau senantiasa menuntun ummatnya untuk selalu hidup dalam garis kalimah Tauhid. Beliau senantiasa membimbing ummatnya memohon kepada Allah agar terbebas dari 2 penyakit iman tadi. Seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah mengajarkan kita berdo'a sebagai berikut :

اللهم أنت ربى لا إله إلا أنت خلقتنى وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك مااستطعت أعوذ بك من شر ما صنعت أبوء لك بنعمتك على وأبوء بذنبى فاغفرلى فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت

Artinya :

Ya Allah Engkaulah Tuhanku, Tiada tuhan selain Engkau. Engkau menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan selalu setia kepada-Mu semampuku. Aku berlindung hanya pada-Mu dari kekejian yang aku lakukan. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan juga mengakui dosaku kepada-Mu. Ya Allah, ampunilah aku Tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau.

Kenyataannya, masih ada diantara kita yang mengucapkan Sahadat hanya sebagai lisan tanpa jiwa, shalat, puasa dan zakat sebatas "apabila" dan haji menjadi mode atau status sosial. Dan yang paling menyesatkan adalah ada diantara kita yang secara sadar atau tidak masih memelihara perilaku munafik dan syirik. Mereka sebenarnya tahu dan sadar bahwa jalan kebenaran ada dihadapannya, tetapi justeru memilih jalan lain yang juga diketahuinya salah. Tergoda oleh kenikmatan sesaat dan mimpi-mimpi semu yang memabukkan.

Jika menghadapi masalah, sebagian kita memilih jalan keluar semu yang semakin menyesatkan. Keihlasan sirna, terhapus oleh nafsu dan kecewa. Jalan pintas yang ditawarkan nafsu selalu lebih menggoda dan cenderung menggeret kita kepada sikap merusak akidah. Kita merasa tak berdaya untuk melepaskan diri dari jalan semu itu karena semangat jihad dan semangat hijrah yang sangat tipis.

Akibatnya kita terjebak jalan buntu atau kelok-kelok tanpa ujung. Inilah yang menjadi cita-cita utama iblis, membuat kita menjadi munafik dan musyrik. Maka marilah kita istiqamah memeranginya sebagaimana firman Allah ;

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Artinya :

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (Al-Fatir 6)

Kesadaran berjihad yang dilandasi keihlasan inilah yang menjadi kekuatan pendorong seorang muslim untuk maju dan melepaskan diri dari kungkungan syaitan yang bersembunyi pada setiap kondisi kehidupan. Kuatnya semangat jihad inilah yang akan mendorong kita untuk berhijrah terus bergerak berubah untuk mencapai kesempurnaan dan membentengi fitrah dengan amal shalih.

Ingatlah , iman yang kuat akan selalu memberi jalan keluar. Seperti janji Allah Swt, dalam firmanNya dalam surat Al-Anfal ayat 29 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

"Hai orang mukmin, apabila kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan kepadamu, furqan - petunjuk mana yang benar dan mana yang salah, ditutupNya kesalahan-kesalahanmu, dan diampuniNya dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar"


Begini Rasulullah Bersikap Pada Fakir Miskin dan Anak-anak

Dalam sejarah, Rasulullah SAW dikisahkan punya kedekatan hubungan dengan orang-orang miskin, termasuk anak-anak. Bahkan, ketika masuk ke dalam suatu majelis, Rasulullah memilih duduk dalam kelompok orang-orang miskin.


Rasulullah bersabda, “Siapa yang memakaikan seorang anak pakaian yang indah dan mendandaninya pada hari raya, maka Allah SWT akan mendandani/menghiasinya pada hari kiamat. Allah mencintai terutama setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barang siapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga.”

Suatu ketika, pada Hari Raya Idul Fitri, Rasulullah seperti biasanya berkunjung ke rumah-rumah warga. Dalam kunjungannya itu, Rasulullah melihat semua orang bahagia. Anak-anak bermain dengan mengenakan pakaian hari raya. Namun, tiba-tiba pandangan Rasulullah tertuju pada seorang anak kecil yang sedang duduk bersedih.

Anak kecil ini memakai pakaian penuh tambalan dan sepatu rusak. Rasulullah lalu bergegas mengham pirinya. Melihat kedatangan Rasulullah, anak kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis tersedusedu. Rasulullah lantas meletakkan tangannya di atas kepala anak kecil itu dan dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya, “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”

Anak itu menjawab, “Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakan bersama orang tuanya dengan bahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah. Ia bertarung bersama Rasulullah bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?

Mendengar cerita itu, seketika hati Rasulullah diliputi kesedihan. Dengan penuh kasih sayang ia lalu membelai kepala anak kecil dan berkata, Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukata kan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fati mah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?

Anak kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya sebagai tanda menerima tawaran Rasulullah. Kemudian, anak kecil itu bergandengan tangan dengan Rasulullah menuju ke rumah.

Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan anak kecil itu lalu dibersihkan. Ia kemudian diberi pakaian yang indah dan makanan, serta uang. Lalu ia diantar keluar agar dapat bermain bersama anakanak lainnya. Sikap Rasulullah ini menunjukkan Islam sangat menonjolkan kepedulian sosial.

(Dari berbagai sumber)

Selasa, 16 Agustus 2011

CENDOL PENGHANTAR BERBUKA

Menu berbuka puasa yang tidak kalah serunya adalah cendol, dengan campuran es, santan dan gula merah/putih atau syrup cukup untuk menghantar berbuka puasa. Rasa yang manis dan lumayan enak untuk menghantar berbuka dengan makanan ringan tersebut.

Cendol dengan berbagai warna dan corak dapat ditemui di pasar. Sekarang ini cendol sudah dapat ditemui dalam bentuk kemasan ditoko-toko maupun supermarket dengan berbagai rupa.

Lingkungan Presak Timur dan Presak Barat Kelurahan Pagutan merupakan penghasil cendol, khusus pada bulan ramadhan, produksi cendol akan lebih banyak pada bulan ramadhan dibanding bulan lainnya. Beberapa pasar di dominasi oleh cendol buatan kedua kampung tersebut. Pengusaha kecil ini jumlahnya cukup banyak sekitar dua puluhan dan bertambah kalau memasuki bulan puasa.

Inaq irok salah satu pembuat cendol, dia mampu menghasilkan cendol sekitar delapan sampai dua belas bakul sehari yang dipasarkan diberbagai pasar tradisional, baik di bertais, kediri, bahkan sampai ke praya. “saya berangkat ke pasar sehabis sholat subuh ke praya, dan pulang sekitar jam sembilan atau sepuluh” ucap inaq irok.

Pembuatan cendol sendiri sangat mudah, tepung tapioka di kukus kemudian di buat pola dengan cara dipotong-potong sesuai keinginan, baik yang pendek maupun panjang, kemudian di masak. Setelah itu kemudian di masukkan ke kantong plastik ukuran setengah maupun satu kiloan. Cendol ini di pasarkan dalam bentuk mentah maupun matang.

Namun pembuatan cendol ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena keterbatasan peralatan dan tenaga kerja. Apalagi sekarang ini banyak tenaga kerja yang beralih profesi. Saat ditanya zat pewarna “kita tetap menggunakan pewarna yang digunakan untuk makanan” lanjut inaq irok. “Berapa lama cendol ini dapat disimpan ?” tanya pewarta, “cendol ini dapat bertahan sekitar tiga hari dalam bentuk mentah dan disimpan di kulkas” lanjut inaq daham.

Di lain tempat inaq daham mengatakan , “saingan kita ada sekarang ini, mereka sudah bisa membuat cendol dan mulai di pasarkan sejak beberapa tahun terakhir”. Disamping itu kendala yang dihadapi oleh pengusaha cendol ini, kurangnya tenaga kerja, mahalnya bahan baku, dan banyaknya makanan lain, dan modal.

Pemerintah Kota Mataram sebagaimana janji Walikota Mataram H Ahyar Abduh, akan memberikan perhatian kepada pengusaha kecil di kelurahan-kelurahan. Janji tersebut pernah dilontarkan Walikota dalam berbagai kesempatan sewaktu kampanye Pilkada.

Kini, pemerintah kota sedang merintis penguatan usawan kecil dengan program bantaun modal kepada mereka. Belum lama ini Pemkot Mataram meluncurkan 500 usahawan baru. Mereka terdiri dari berbagai jenis usaha, termasuk pula pedagang kaki lima seperti pedagang rujak keliling.

500 usahawan baru tersebut mendapat bantuan modal masing-masing Rp 1 juta. Modal diperoleh dengan pengajuan proposal usaha melalui kecamatan masing-masing.

Dalam tahun mendatang, Pemkot Mataram akan pula mendorong pemunculan usahawan baru. Sehingga sektor usaha kecil yang ditekuni oleh warga dapat berkembang mencapai ribuan pengusaha kecil baru.

Sayangnya, informasi perolehan modal sebagaimana yang sudah diluncurkan itu, kerap jarang diketahui oleh sebagian besar calon pengusaha kecil di Kelurahan Pagutan dan sekitarnya. Meskipun, saat peluncuran 500 usahawan baru itu, beberapa pengusaha kecil yang memperoleh bantuan modal juga berasal dari Kelurahan Pagutan Timur.

PUASA DAN KEMERDEKAAN

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang masih memberikan kita kesempatan untuk menikmati kemuliaan Bulan Ramadlan. Bulan yang sangat istemewa dengan berbagai nikmat dan rahmat yang dilimpahkan oleh Allah kepada kita semua. Berkaitan dengan Bangsa Indonesia, Ramadlan tahun ini menjadi istimewa. Betapa tidak, awal Ramadhan 1432 H bertepatan dengan awal Agustus 2011 M. Sehingga Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 66, 17 Agustus 2011, jatuh pada tanggal 17 Ramadhan 1432 H. Sebagaimana kita tahu bahwa pada 17 Ramadhan adalah peristiwa Nuzul al-Quran (turunnya al-Quran). Sebuah peristiwa langka bagi bangsa Indonesia yang memperingati keagungan turunnya al-Quran sekaligus memperingati Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Hal penting yang dapat diambil pelajaran dari peristiwa ini adalah semangat perjuangan fisik dan ruhani sekaligus dalam membangun bangsa yang bermartabat dan berkemajuan.

Tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H juga bertepatan dengan terjadinya perang Badar al-Kubra di mana pasukan Muslim yang berjumlah 314 orang berhasil mengalahkan pasukan musyrik yang dipimpin oleh Abu Jahal yg berjumlah 950 orang berkat pertolongan Allah Swt. Peristiwa yang berlangsung selama 19 hari itu diabadikan dalam Q.S Ali `Imran/3: 123:

وَلَقَدْ نَصَرَ‌كُمُ اللَّـهُ بِبَدْرٍ‌وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُ‌ونَ ﴿١٢٣

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya". Ramadhan, dengan melaksanakan puasa tidak menghalangi umat Islam dalam melakukan jihad ruhani bahkan jihad fisik sekalipun.

Banyak peristiwa penting turun di bulan Ramadhan. Selain Kitab Suci al-Quran turun di bulan Ramadhan, kitab-kitab suci lainnya juga diturunkan pada bulan Ramadhan. Imam Ahmad sebagaimana dikutip oleh Imam at-Tabari, Imam Ibnu Katsir dan beberapa mufasir lain meriwayatkan dua hadits dari jalur Watsilah Bin Asqa’ dan Jabid bin Abdillah yang menerangkan bahwa semua Kitab Suci diturunkan pada bulan Ramadhan: Suhuf (lembaran-lembarah wahyu) yang diberikan kepada Nabi Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Kitab Taurat (Nabi Musa AS) diturunkan pada malam keenam, Zabur (Nabi Daud AS) malam keduabelas, Injil (Nabi Isa AS) malam ketiga belas dan Quran (Nabi Muhammad SAW) pada malam kedua puluh empat.

Imam Bukhari mengabarkan bahwa momen terindah dalam hidup Nabi Muhammad SAW adalah ketika beliau menjalani puasa Ramadhan. Hal ini karena pada setiap malamnya beliau dapat mempelajari Quran dengan tenang ditemani malaikat Jibril."Rasulullah SAW adalah manusia terbaik, dan saat paling baik adalah ketika Jibril menemuinya di bulan Ramadhan. Jibril menemui beliau pada setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Qur'an." (HR. Bukhari)

Nabi ingin berbagi momen terindah itu kepada umatnya. Karena itu beliau memotivasi kita dengan penuh antusias untuk meluangkan waktu mempelajari Quran. “Setiap huruf Quran yang dibaca,” kata beliau seperti diriwayatkan Imam Tirmidzi, “mendatangkan kebaikan bagi pembacanya. Dan kebaikan itu dilipatgandakan sampai sepuluh kali. Aku tidak mengatakan alif-lam-mim satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf dan mîm satu huruf.” Upaya keras membaca al-Quran, memahami, menghayati kandungannya hingga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian dari jihad. Ramadhan oleh karenanya adalah bulan jihad.

Ayat 185 dalam surat al-Baqarah merupakan satu-satunya ayat dalam Quran yang menyebut bulan Ramadhan. Yang menarik, Ramadhan di sini dikaitkan secara langsung dengan turunnya Kitab Suci dan puasa. Apalagi seperti hadits yang disebutkan terdahulu bahwa semua kitab suci diturunkan kepada manusia pada bulan Ramadhan. Ada beberapa poin penting yang perlu kita cermati terkait hubungan Ramadahan, al-Quran dan puasa.

Pertama, ayat di atas secara implisit menegaskan bahwa keagungan bulan Ramadhan terutama terkait dengan Kitab Suci. Menurut sebagian sebagian mufassir huruf fa dalam kalimat fa-man-syahida minkum dan seterusnya dalam ٍ surat Al Baqarah ayat 2 di atas berfungsi sebagai sababiyah atau litta’aqqub (terkait dengan sebab akibat). Karena pada bulan Ramadhan diturunkan Quran maka mereka yang tidak ada halangan hendaknya berpuasa. Dengan kata lain puasa adalah bentuk penyambutan atau penghormatan terhadap datangnya Tamu Agung, yaitu Quran.

Kedua, karena puasa adalah bentuk penghormatan kepada Kitab Suci maka yang esensial dari ramadhan bukan puasanya tapi al-Quran itu sendiri. Ini tentu tidak dimaksudkan bahwa puasa tidak penting. Bagi Ramadhan, al-Quran dan puasa ibarat dua sisi mata pisau dengan fungsi berbeda. Ramadhan akan tergenapi kebermaknaannya jika puasa dilaksanakan dengan mempelajari Al-Quran sebagai kegiatan utamanya.

Ketiga, puasa adalah cara terbaik yang Allah ajarkan kepada kita dalam mendekatkan diri kepada al-Quran. Puasa adalah metode ilahiyah dalam upaya seseroang mempelajari al- Quran. Perut yang bersih, yang tidak dipenuhi dengan makan yang berlebihan—yang sering sekali menjadi sampah bagi tubuh, dan nilai-nilai lain yang dikandung puasa dapat membantu manusia menangkap dengan jernih pesan-pesan ilahiyah.

Keempat, puasa adalah ajakan untuk diam, berhenti sejenak, bertadabbur, mengintrospeksi diri dan bercermin pada pesan-pesan suci Tuhan. Dan itu hanya terjadi bila kita belajar memahaminya, bukan sekedar membacanya.

Setiap orang memiliki keinginan, cita-cita, dan harapan-harapan yang ingin diraih. Semua itu tidak akan berhasil tanpa usaha keras dan diikuti dengan keprihatinan, menahan dan mengendalikan diri. Seorang tidak akan menjadi pandai kalau tidak mau prihatin, sabar dan menahan diri untuk terus belajar. Seorang yang bercita-cita ingin kaya tidak akan berhasil bila bergaya hidup boros tidak prihatin. Orang yang ingin sukses dalam hidup harus puasa, menahan diri, untuk tidak memperturutkan nafsunya, tapi fokus pada upaya mewujudkan cita-cita yang diinginkan.
Al-Quran turun untuk sebuah cita-cita yang agung. Cita-cita untuk kebahagiaan dan kesejahteraan manusia di dunia dan di akhirat. Al-Quran menjadikan mereka yang bodoh menjadi pandai, yang papa menjadi kaya, dan yang tertindas menjadi merdeka. Cita-cita itu akan terwujud bila umat mempunyai keprihatinan, mampu menahan dan mengendalikan diri untuk hidup wajar, tidak boros dan berfoya-foya. Itulah maka secara simbolik, turunnya al-Quran itu diikuti dengan perintah puasa, sebagai simbol keprihatinan, agar manusia selalu mampu menahan diri dalam hidup dari berbagai serangan hawa nafsu.

Puasa itu adalah bentuk dalam memperingati al-Quran, diperingati selama satu bulan Ramadhan. Kenapa puasa, karena dalam puasa ada upaya prihatin, menahan diri, dan tidak mengumbar nafsu. Hanya dengan prihatin, sebuah cita-cita terwujud. Al-Quran membawa pesan untuk cita-cita agung; kesejahteraan dunia akhirat, kebahagiaan, dan cita-cita bangkitnya peradaban. Maka hanya dengan cara prihatin cita-cita itu terwujud. Maka al-Quran diperingati dengan simbolik puasa, yang semestinya diterjemahkan untuk selalu hidup penuh kewajaran, bukan hidup yang mengobarkan nafsu dan memperturutkan syahwat...

Bulan Ramadhan adalah bulan rahmah (kasih sayang). Allah memberikan kasih sayangnya yang tak terhingga, termasuk dalam konteks kebangsaan adalah rahmah kemerdekaan. Betapa kasih sayang Allah itu diberikan kepada bangsa Indonesia, yang dulu tertindas, terjajah, berada dalam dominasi pihak asing, lantas terbebaskan dari belenggu penjajahan itu. Sebuah kemerdekaan yang tiada taranya yang dirasakan bangsa Indonesia yang harus disyukuri.

Berkat perjuang pada pendahulu, bangsa Indonesia merdeka dari para penjajah. Dengan kobaran api jihad, sebuah cita-cita membuahkan hasil. Gemuruh takbir, Allâhu Akbar, mengusir habis orang-orang yang mengeksploitir potensi Indonesia. Dalam puasa Ramadhan, ada semangat kobaran jihad itu. Kemauan keras menahan lapar adalah jihad. Kemauan keras menahan haus adalah jihad. Kemauan menahan hawa nafsu adalah jihad. Lebih dari itu, kerelaan membagi yang dimiliki, baik makanan, minuman, harta, ilmu, dan kekuasaan, untuk kepentingan orang banyak, adalah jihad. Bila shiyâm (puasa) diikuti dengan jihad, maka yang tumbuh adalah rahmah (kasih sayang) yang disebarkan kepada sesama manusia. Rahmat yang meluas akan mewujudkan kedamaian, ketenangan, keamanan, ketentraman, dan kesejahteraan. Bila itu yang terjadi, maka sesungguhnya kemerdekaan hakiki telah kita dapatkan.

Kita telah merdeka dari penjajahan namun belum merdeka dari kemiskinan, kebodohan, dan kesewenang-wenangan. Kita masih harus banyak berjuang, merebut kemerdekaan yang hakiki. Dan salah satu spirit untuk meraih kemerdekaan hakiki adalah dengan memperingati kemerdekaah bangsa ini dengan semangat ramadlan, dengan semangat puasa, dengan semangat Al Quran. Kita ambil nilai al-Quran yang mengajarkan kasih sayang, dan membangun semangat puasa yang mengajarkan untuk menebarkan kasih sayang dan kedamaian lahir batin, serta mengedepankan tanggung jawab sosial dengan banyak berbagi kepada sesama. Dengan demikian, kitapun Insya Allah akan memperoleh kemerdekaan yang hakiki.

Minggu, 07 Agustus 2011

Kenangan Warga Rekreasi Bersama TNI

Dua minggu sebelum pelaksaaan ibadah puasa, warga Lingkungan Presak Timur, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram melakukan outbound bersama TNI di kawasan sekitar Pantai Malimbu, Lombok Barat.

sekitar lebih dari dua ratus lima pulluhan orang ditambah puluhan personel Kodim 1606 Lombok Barat, berangkat dari jalan umum di muka Masjid Al Hamidy Pagutan, hari Minggu pertengahan Juli lalu. Mereka menumpang empat truk pengangkut personel TNI, sebuah kendaraan patroli, dan beberapa mobil dan sepeda motor.

Persiapan perjalanan warga itu menarik perhatian warga lainnya. Apalagi sejumlah warga usia lanjut juga ikut dalam rombongan. Seperti yang lain, warga usia lanjut itu juga sibuk menyiapkan perbekalan dan keperluan rekreasi lainnya.

Rekreasi menjelang bulan puasa itu menjadi kegiatan rutin warga Presak Timur sejak tiga tahun terakhir. Tahun ini, rekreasi yang juga dimaksudkan sebagai cara memperkuat silaturrahmi itu, didukung pula oleh Kodim 1606 Lobar.

Panitia rekreasi, Ahmad Hasanul Bisri, menjelaskan persiapan rekreasi warga itu dilakukan dengan matang. Biaya dan keperluan lain ditanggung bersama oleh warga dengan cara urunan.

Persiapan matang itu berkaitan juga dengan permintaan sebuah rumah produksi yang hendak mengambil gambar video kegiatan tersebut untuk mengisi salah satu produksi video musik mereka.

Kesan kebersamaan warga juga dirasakan sejumlah pejabat Kodim 1606 Lobar yang ikut dalam rombongan. Salah seorang pejabat menyampaikan rasa gembiranya karena baru sekarang ini ada kerjasama antara TNI dengan warga dalam bentuk rekreasi.

“Saya bangga dan sangat senang kita bisa berkumpul dan bergembira bersama,” ujar salah seorang pejabat Kodim 1606 Lobar.

Keseriusan panitia terlihat pula dengan menyiapkan sejumlah peralatan lomba. Seperti sejumlah klompen panjang untuk lomba klompen raksasa, tambang, dan peralatan untuk lari karung. Mereka juga membawa satu set besar sound-system.

Di lokasi rekreasi, suasana saat lomba benar-benar memancing kegembiraan warga. Mereka bergabung dalam lomba gembira yang juga diikuti personel TNI. “Kemenangan bukan jadi tujuan kami, yang lebih penting kita bisa senang dengan ikut berpartisipasi,kata Saeful Azis salah satu peserta dari kategori orangtua yang mengambil bagian dalam lari karung.

Aneka lomba itu diikuti oleh peserta anak-anak, remaja, dan orangtua.

Di sela lomba, warga juga menyerahkan 20 eksemplar buku kepada Kodim 1606 Lobar. Buku berjudul “Geger Gerakan 30 September Rakyat NTB Melawan Bahaya Merah” itu ditulis oleh Fath Zakaria (alm) salah seorang warga Presak Timur.

Saat menerima penyerahan buku tersebut, pejabat Kodim 1606, mengatakan bahwa buku sejarah mengenai perlawanan rakyat terhadap bahaya laten komunisme, perlu disebarluaskan. Lebih-lebih buku itu menceritakan perlawanan rakyat NTB.

Selain acara utama lomba dan rekreasi, warga juga diminta partisipasi untuk mengisi video musik salah seorang musisi yang juga warga Presak Timur, Kutubudin. Album video musik bertajuk Utuq Religi itu saat ini sudah beredar yang diproduksi oleh Bens Production. Di dalamnya ada suasana shalat berjamaah yang gambarnya diambil saat rekreasi warga tersebut.

Rekreasi warga itu berlangsung hingga sore hari. warga mengungkapkan kegembiraan mereka dengan berbagai cara dan komentar. “Selain bersenang-senang, kegiatan ini juga bertujuan menjalin silaturrahmi antar-warga,” ucap Mila Charmanita Hafiz, ibu dua putra.

Catatan:

1. Lead berita sudah berhasil menunjukkan hal penting dan menarik. Yaitu jumlah peserta rekreasi yang besar, kerjasama warga-TNI, dan suasana persiapan perjalanan yang mengundang keingintahuan warga lainnya.

2. Jika berita ini ditulis sehari setelah rekreasi itu, hal-hal menarik tersebut akan menjadi sudut pandang utama. Tetapi karena timelines-nya sudah hilang, lead yang menyebut “rekreasi menjelang puasa” dan “rekreasi sambil silaturrahmi” cukup penting dan menarik.

3. Isi berita banyak melupakan data-data penting seperti penyerahan buku, pengambilan gambar untuk video musik, dan komen panitia maupun peserta yang mendukung lead yang sudah dibangun. Penulis berita ini mengabaikan hal itu dan memilih menulis hal kurang penting, seperti menyewa ban untuk berenang. Baik menulis hal seperti itu dalam paragraf, tetapi lebih baik mendahulukan hal yang penting.

4. Penulis berita ini tak memiliki catatan mengenai nama sumber-sumber berita.

5. Struktur antar-paragraf juga melompat-lompat. Sebaiknya tidak memenggal paragraf yang sudah tersusun baik dari paragraf satu hingga tiga dengan memasukkan paragraf penjelasan panitia. Hal itu memenggal imajinasi pembaca yang sudah berhasil berkelana ke persiapan perjalanan rekreasi sejak tiga paragraf terakhir.

6. Penulisan angka untuk menyebut jumlah truk seharusnya tidak memakai simbol angka (1,2,3,dst). Melainkan menggunakan huruf. Kecuali untuk angka 10 yang tetap ditulis dengan simbol angka. Selain itu simbol angka (1-9) juga digunakan untuk menjelaskan jarak, berat, dll. Seperti 2 kilogram, 5 meter, dll.

7. Selalu ucapkan bismillahirrahmanirrohim sebelum menulis. (Rustam)

Mitan kemana


Sambil memeriksan belanjaan, Miskah salah satu ibu rumah tangga yang baru pulang dari pasar mengeluh akan naiknya kebutuhan pokok yang dibeli.

“semua pada naik, gimana ni, belum lagi berapa harga minyak tanah sekarang ” keluh miskah.

Beberapa hari memasuki bulan ramadhan, hampir semua kebutuhan pokok naik, yang paling memprihatinkan adalah minyak tanah, disamping langka juga alamak sangat mahal, bahkan bisa mencapai lima belas ribu rupiah.

HET atau harga eceran tertinggi minyak tanah sebesar Rp. 3.500 namun dieceran harga tersebut tidak pernah dirasakan oleh masyarakat, safril, salah satu pengecer yang kami temui, “sudah beberapa hari ini saya tidak menerima kiriman, walau beberapa liter saja dan tidak tahu berapa harganya sekarang.

Kalau miskah seorang pedagang tahu goreng dan mie instan harus mengeluarkan uang sejumlah lima belas sampai dengan dua puluh liter sebulan kalau dikalikan sepuluh ribu rupiah bisa mencapai seratus lima puluh sampai dengan dua ratus ribu hanya untuk minyak tanah “berapa harus saya jual tahu goreng saya” ucap miskah.

Bukan hanya miskah yang kesulitan akan mitan tersebut, hampir seluruh masyarakat merasakan hal yang sama. Terutama kaum ibu yang harus menata ulang uang belanjanya karena harga mitan yang terus melonjak. Informasi dimana ada mitan dan berapa harganya menjadi pertanyaan setiap hari ibu-ibu tersbut.

“Katanya ada kompor gas yang dibagi-bagikan, dimana dan kapan dibagikan” tanya indah. Kompor gas ini harapan lain masyarakat akan kelangkaan mitan, namun lagi-lagi kapan distribusinya. Haris salah satu ketua RT yang mendata warga dalam program konversi gas juga tidak bisa menjawab “saya belum mendapat informasi dari kelurahan, kapan kompor gas akan keluar”, nah,......(Rustam)

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers