Sabtu, 25 Februari 2012

KULIAH ASAL MAKLUM ABUMACELL


Kita diciptakan Tuhan dengan segala kesempurnaan, tapi kita sering salah menggunakan kesempurnaan itu. Kejahatan itu tidak ada, yang ada hanya kebaikan yang salah letaknya. Tidur itu sangat penting dan baik untuk kesehatan, namun kalau salah tempat kita tidur bisa berbahaya dan mengganggu orang lain, seperti tidur ditengah jalan. Demikian sedikit dari sekian banyak yang disampaikan oleh Bang Fairuzz alias Abumacell pada penutupan peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1433 H di Lingkungan Presak Timur Pagutan 23 Februari 2012. 

Pada kesempatan itu, dia bapak tiga anak dan Ketua Cabang PB. NU Kota Mataram ini sangat concern terhadap kebersihan, terbukti khusus untuk lomba kebersihan RT, dia sendiri yang menyumbangkan  hadiah. Hadiah ini akan menjadi kas masing-masing RT untuk dapat dipergunakan baik dalam penyediaan fasilitas kebersihan atau lainnya. Memberikan motivasi dengan cara hidup bersih itu sehat, sehat itu harus bersih.

Peringatan Maulid yang setiap tahun kita laksanakan hendaknya dapat dijadikan suri taulandan dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat itu sendiri, layaknya angota badan kita. Tidak ada angota badan yang protes kenapa harus jadi kepala, hidung, tangan, kaki dan lainnya. Kalau kaki tertusuk duri, mulut teriak dan mata menangis, padahal mulut dan mata tidak langsung terkena duri. Demikian juga kehidupan bermasyarakat, kebutuhan akan RT, kepala lingkungan, lurah dan seterusnya untuk memudahkan kita bermasyarakat. Mereka ada pada fungsi masing-masing.

Saat maaf pantat protes terhadap kemaluan yang selalu enak melaksanakan tugas, semetara aku dapat yang bau-bau. Aku hanya berdiri, kamu saja yang dorong dari belakang, lanjut bang Abumacell. Malam kian larut dan masyarakat yang hadir pada kesempatan itu manggut-manggut sambil sesekali senyum-senyum mendengarkan tausiah sambil guyon dari sang Abumacell.

 

Senin, 20 Februari 2012

PLIK DI PAGUTAN MULAI BEROPERASI


Selama tiga hari masyarakat dibebeaskan alias free menggunakan internet. Peralatan PLIK yang dulunya berada di kantor Camat Mataram dapat difungsikan kembali di Kelurahan Pagutan dengan dan PT. Lintas Artha. Warga cukup puas dengan keberadaan PLIK tersebut yang dapat membantu serta sekaligus mengawasi keberadaan anak-anak mereka saat berinteraksi dengan internet.

“anak saya mudah untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya sekarang”, jawab Manir saat ditanya.

PLIK ini sendiri buka dari jam delapan pagi sampai dengan sepuluh malam, dan tutup sementara saat jam-jam sholat dan Magrib hingga Isya tutup, hal ini karena keberadaan PLIK yang berada di sebelah Masjid Pusaka Al-Hamidy Pagutan, seperti yang disampikan Hafiz pengelola PLIK tersebut. Demikian halnya dengan games, hanya diperbolehkan pada hari sabtu dan minggu.

Walau belum launching resmi, PLIK dan perpustakaan masyarakat dibawah bendera WALL (wide area linked library) sengaja dilakukan agar masyarakat lebih mengetahui apa itu rumah belajar tersebut. Lebih lanjut Hafiz dengan berapi-api banyak mengutarakan konsep WALL. Masyarakat dapat saling berinteraksi dengan buku sebagai jembatan, artinya buku yang ada dimasyarakat didata dan seluruh database buku tersebut ada di rumah belajar dan tesebar dalam masyarakat. Disamping masyarakat dapat saling bersilaturahmi / berkunjung untuk meminjam buku seperti yang tertera dalam katalog yang ada.

Saat ditanya jumlah katalog buku yang ada, lebih lanjut Hafiz menyebut bilangan sekitar seribu lima ratusan bahkan lebih, karena masih banyak buku yang ada dimasyarakat belum didata dan mengerti tentang konsep WALL tersebut.

Sabtu, 18 Februari 2012

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK DAN STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.

Asumsi setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.

Terdapat 5 kecenderungan:

Ø Penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman

Ø Kompetisi: konflik memunculkan pemenang

Ø Kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian

Ø Akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan

Ø Kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK

Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :

1. Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.

2. Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.

3. Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4. Kolaborasi

Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran

Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

INTERAKSI WIN –WIN

Berpikir Menang-Menang merupakan sikap hidup, suatu kerangka berpikir yang menyatakan : “Saya dapat menang, dan demikian juga Anda, kita bisa menang”. Berpikir Menang-Menang merupakan dasar untuk dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Berpikir Menang-Menang dimulai dengan kepercayaan bahwa kita adalah setara, tidak ada yang di bawah ataupun di atas orang lain. Hidup bukanlah kompetisi. Mungkin kita memang menjumpai bahwa dunia bisnis, sekolah, keluarga, olah raga adalah dunia yang penuh kompetisi, tetapi sebenarnya kita sendirilah yang menciptakan dunia kompetisi. Hidup sebenarnya adalah relasi dengan orang lain. Berpikir Menang-Menang bukanlah berpikir tentang Menang-Kalah, Kalah-Menang, atau pun Kalah –Kalah.

1. Win-Lose (Menang – Kalah).

Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.

Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk :

Ø Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan diri.

Ø Mencoba untuk berada di atas orang lain.

Ø Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.

Ø Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.

Ø Iri dan dengki ketika orang lain berhasil

2. Lose-Win (Kalah – Menang).

Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.

3. Lose-Lose (Kalah – Kalah)

Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.

4. Win (Menang)

Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.

5. Win-Win (Menang-Menang)

Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.(berbagai sumber)

Bagaimana Seharusnya Memandang Masalah Siswa ?


Menjelang tahun pelajaran baru ini saya begitu ingin sekali memindahkan sekolah anak saya dari sekolah konvensional ke sekolah alam. Sebagai sekolah alternatif, sekolah alam mampu melayani para siswa secara utuh sebagai manusia yang memiliki keunggulannya masing-masing. Sedangkan sekolah konvensional cenderung bersikap diskriminatif dengan memperlakukan istimewa siswa berkemampuan akademik unggul dan mengabaikan siswa yang lemah prestasi akademiknya.

Para guru di sekolah-sekolah konvensional kebanyakan tak sabar memahami karakteristik para siswanya. sehingga mereka seringkali menjadi obyek kemarahan guru dan bukannya dianggap subyek yg mesti diajak bicara mengenai apa yang dirasakan dan diinginkannya.

Para guru, termasuk guru Bimbingan & Konseling (BK) yang mestinya mampu menemani mereka juga terjebak pada penyikapan yang sama sebagaimana orang awam menyikapi remaja yang bertumpu pada anggapan : “Remaja Bermasalah” dan bukannya “Masalah Remaja”.

Siswa membolos, lebih betah bergaul dengan sesamanya di luar rumah daripada tinggal di rumah, suka berpenampilan nyentrik, berkta-kata kasar, merokok, hingga mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain. Kasus-kasus semacam ini langsung digunakan guru untuk memberi label (labelling) terhadap mereka sebagai siswa bermasalah.

Begitu simpel cara para guru memandang permasalahan para siswanya. Terkait dengan simplifikasi masalah ini, ada beberapa kejadian yang pernah saya jumpai sebagai berikut :

1. Siswa meminta uang kepada temannya dengan sedikit memaksa, serta merta dianggap sebagai pemalakan atau pemerasan.

2. Siswa ketahuan sedang bermain-main dengan uang, serta merta ditudingnya sedang melakukan perjudian.

3. Siswa bertengkar dan salah satunya “berhasil” membuat “lawannya” terluka, langsung dituding sebagai pelaku penganiayaan dan kriminal.

4. Siswa mengambil benda milik temannya tanpa ijin, langsung diteriaki seperti pencuri atau maling “profesional”

5. Siswa mencubit pantat teman perempuannya, segera dicap sebagai pelecehan seksual

6. Siswa ketahuan merokok, langsung diceramahi kalau hal itu merupakan pertanda bahwa ia juga akan dengan mudah mengkonsumsi narkoba kelak di kemudian hari.

7. Siswa kedapatan menyimpan video porno, langsung dituduh bahwa ia memang telah terbiasa menontonnya.

8. Dan lain-lain

Tudingan-tudingan tersebut bukan saja tidak perlu tetapi justru mempertegas sikap siswa untuk tetap berperilaku seperti itu. Dengan kata lain, reaksi berlebihan itu sama sekali bukan cara yang tepat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi para siswa. Mestinya sebagai langkah awal untuk memahami persoalan yang sesungguhnya, para guru bisa lebih dulu bersikap empatik (empathy) sehingga mampu menyelami dunia para siswanya yang masih berusia remaja dengan berbagai problemnya. Setelah mereka berhasil “mengambil hati” siswa melalui empati, langkah selanjutnya adalah berusaha mengembangkan komunikasi interpersonal lainnya yang ditandai dengan sikap kesetaraan (equality), sikap positif (possitiveness), keterbukaan (openness), dan sikap mendukung (supportiveness) agar lebih memahami permasalahan siswa yang tersembunyi di balik perilaku luaran-nya yang memang menantang kesabaran para guru yang bijak.

Bagaimanakah menurut anda wujud sikap yang empatik dan rumusan kalimat komunikasi interpersonal lainnya untuk beberapa contoh kasus tersebut di atas?

oleh : Ali Mustahib Elyas

Kamis, 16 Februari 2012

Peringatan Maulid di Masjid Pusaka Al-Hamidy


Memasuki bulan Rabiul Awal atau bulan kelahiran Nabi, peringatan Maulid Nabi Besar muhammad SAW silih berganti disetiap lingkungan atau dusun di Kota Mataram dan Lombok Barat. Berbagai macam lomba yang bersifat religi.

Demikian pula Panitia Peringatan Maulid di Lingkungan Presak Timur Pagutan, sejak tanggal rabu, 15 Agustus 2011 secara simbolis kegiatan ini resmi dibuka oleh H. Saiful Abdi selaku Wakil Ketua dengan Pemukulan beduk, diawali dengan lomba hafalan do’doa yang diikuti oleh peserta dari PAUD dan Taman Kanak-Kanak yang ada di lingkungan tersebut. Namun siswa-siswa dari TK dan PAUD siswa-siswinya tidak hanya berasal dari lingkungan setempat, ada juga dari lingkungan atau kelurahan lain.

Disamping itu, panitia juga mengadakan lomba hafalan ayat-ayat pendek, azan, cerdas cermat, dan lain-lain baik untuk tingkat SD maupun TK/PAUD. Nampak para guru sibuk mengarahkan dan memberi motivasi pada anak didiknya. Tidak sedikit orang tua juga ikut membujuk putra-putrinya untuk jangan malu-malu ikut tampil dipanggung.

Saat ditanya kenapa kebanyakan acara di dominasi oleh anak-anak, “mereka harus kita perkenalkan akan Nabi Muhammad SAW, disamping itu anak-anak juga agar terbiasa datang ke masjid dan berani tampil dipanggung sejak masih kecil” seperti disampaikan oleh Kutubuddin sebagai Koordinator acara.

Acara yang diselenggarakan di halaman masjid Al-Hamidy Pagutan cukup meriah, terbukti dengan animo masyarakat yang datang ke tempat tersebut. Peringatan ini diselenggarakan sampai dengan satu hari sebelum hari H tanggal 22 Februari 2012.

Senin, 13 Februari 2012

TENTANG ZAMAN

Diantara hal yang paling berharga yang dianugrahkan oleh Allah kepada kita adalah anugrah waktu. Sedemikian berharganya nilai waktu sehingga Allah swt berulang kali bersumpah atas nama waktu. Salah satunya terdapat dalam Surat Al ‘Ashr :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat Al ‘Ashr adalah sebuah surat yang pendek, namun sangat menakjubkan. Meskipun hanya terdiri dari tiga ayat, namun didalamnya terkandung makna yang sangat kaya. Begitu kayanya sehingga Imam Syafi’i berkata :” Seandainya dari Al Quran, hanya turun tiga ayat Al ‘Ashr, maka cukuplah itu menjadi pedoman ummat manusia, seandainya manusia merenungkan surat ini , maka kandungannya akan memenuhi mereka”. Al ‘ashr berarti masa, waktu era atau zaman. Kata ‘ashr dipergunakan untuk menunjukkan waktu dari waktu yang terpendek (jam) sampai waktu yang terpanjang yaitu era. Allah memulai surat ini dengan bersumpah : Demi Waktu, untuk menarik perhatian kita akan apa yang disumpahkan. Allah memerintahkan kita untuk mengamati waktu dalam arti umum. Manusia berubah dalam perjalanan waktu. Dalam waktu tujuh belas tahun , bocah yang tadinya ingusan berubah menjadi remaja yang memesonakan. Lima puluh tahun kemudia ia berubah menjadi orang tua yang menyedihkan. Dalam panggung waktu peristiwa demi peristiwa datang dan pergi silih berganti. Tidak ada waktu yang jelek. Yang jelek adalah orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam cakupan waktu. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra berkata : “Manusia mencela zamannya, padahal tiada cela pada zaman itu kecuali pada kita. kita cela zaman, padahal cela itu ada pada diri kita. sekiranya zaman dapat berkata, ia akan mengecam kita”.
Surat Al Ashr mengajarkan kita untuk memperhatikan dan memahami tanda-tanda zaman. “hasbul mar-u min ‘irfaanihi, ‘ilmuhu bizamaanihi”. ( cukuplah sebagai tanda kearifan seseorang, yaitu pengetahuannya tentang tanda-tanda zaman). Demikian kata sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Seorang mukmin yang arif berusaha memahami tanda-tanda zamannya supaya tidak terpedaya oleh berbagai peristiwa, supaya dapat memberikan makna dan yang lebih penting lagi supya dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap berbagai peristiwa dalam kurun waktu yang tepat. Reaksi yang salah akan membuat manusia rugi. Demi Waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Waktu dalam pandangan Islam tidak terpecah-pecah. Ia merupakan satu kesatuan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang yang saling berkaitan. Kita semua hidup sekaligus hidup dalam tiga masa- masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Perilaku kita saat ini dipengaruhi oleh perilaku kita pada masa yang lalu dan pada gilirannya akan menentukan prilaku kita pada masa yang akan datang. Al Quran memerintahkan kita untuk memperhatikan dan kemudian mengambil pelajaran dari sejarah umat-umat terdahulu. Bahkan Al Quran memerintahkan kita untuk menengok suatu masa ketika kita merupakan mahkluq yang tidak dikenal. Allah swt berfirman :
“Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Sambil memerintahkan kita untuk mengamati dan berkaca pada masa lalu, Al Quran menyuruh kita untuk memperhatikan persiapan kita bagi masa depan. Allah swt berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat-ayat yang telah disampaikan tadi, maka strategi yang tepat untuk menyongsong masa depan adalah mengambil pelajaran dari masa lalu dan memahami tanda-tanda zaman ini sehingga bisa memberikan reaksi yang tepat dalam menghadapi berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam cakupan zaman. Sebab apapun tanda zaman – yang besar maupun yang kecil – tetap akan membawa kita kepada kerugian, kecuali jika kita bisa memberikan reaksi yang tepat dalam mengisi zaman. surat Al ‘Ashr menyebutkan empat reaksi yang tepat, Yaitu : mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman, bekerja yang baik, berjuang bekerja sama menegakkan kebenaran dan bekerja sama menyebarkan kesabaran.
Iman adalah keyakinan dan pandangan hidup. Iman memberikan arah dan membantu kita memberikan makna terhadap berbagai peristiwa yang kita hadapi. Iman adalah rujukan mutlak yang memberikan kita kepastian. Tanpa iman, manusia akan terapung-apung dalam gelombang zaman. Ia akan menjadi budak bagi kepentingan-kepentingan sesaat yang pada akhirnya membuat ia kehilangan jati dirinya. Peran iman dalam kehidupan manusia dapat menguat dan melemah. Adakalanya manusia meragukan imannya. Zaman tidak akan merugikan orang yang selalu memelihara imannya dan memilih hidup dalam sinar keimanan.
Reaksi tepat yang kedua adalah kerja yang baik atau apa yang disebut ‘amal sholeh. Dalam agama Islam derajat manusia diukur dari kerjanya. Amal menunjukkan sejauh mana manusia telah mengembangkan dirinya. Kehidupan menjadi bermakna bila manusia beramal yang baik untuk mengembangkan potensi dirinya sekaligus mendatangkan manfaat untuk dirinya dan untuk orang lain. Manusia beruntung adalah manusia yang baik dan bisa membuat orang lain menjadi baik, manusia yang suci dan mensucikan orang lain, manusia yang tercerahkan dan mencerahkan orang lain. “khairunnaasi ‘anf’ahum linnaasi” (sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain).Demikian sabda Rasulullah saw.
Karena itu reaksi ketiga dan keempat berkenaan dengan tanggungjawab manusia ditengah –tengah masyrakatnya . ia bukan saja harus hidup di atas kebenaran, tetapi juga mesti berusaha menegakkan kebenaran ditengah-tengah masyarakat. Ia bukan saja harus tabah menjalankan kebenaran yang diyakininya , tetapi juga harus berusaha memasyarakatkan ketabahan itu.
Demikianlah sekilas makna yang terkandung dalam Surat Al ‘Ashr, bahwa seseorang akan bisa selamat dari kerugian yang terdapat dalam bentangan zaman, jika ia mampu memberikan reaksi yang tepat sesuai dengan kandungan Surat Al ‘Ashr tadi. Betapa agungnya makna yang terkandung alam Surat ini, hingga diceritakan, bahwa apabila dua orang sahabat Nabi saw berjumpa , maka sebelum mereka berpisah, salah seorang diantara mereka membacakan Surat Al ‘Ashr kepada yang lain. Sesudah itu seseorang diantara mereka mengucapkan salam.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Selasa, 07 Februari 2012

MULUD PETANGAN


Memasuki bulan Rabiul Awal, kaum muslim memperingati hari lahir Nabi Besar MuhammadSAW, seluruh masyarakat memperingati perayaan dengan berbagai cara. Masyarakat Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat diawali dengan Mulud Petangan.
Mulud Petangan atau dikenal sebagai maulid kecil diselenggarakan pada tanggal dua belas Rabiul Awal. Demikian juga seperti yang diadakan di Masjid Pusaka Al-Hamidy Pagutan Kota Mataram. Acara berlangsung cukup khidmat. Acara diawali dengan serakalan dan ngurisang, dilanjutkan dengan tausiah dan diakhiri zikir dan do’a.
Dalam tausiah yang disampaikan oleh Ust. Turaihan Azhuri, Bentuk kecintaan Kita kepada Nabi Besar Muhammad SAW dengan meningkatkan ketaqwaan kita, mempererat tali persaudaraan, dan kepedulian sesama. Peringatan ini ditutup dengan zikir dan Do’a. Pelaksanaan peringatan ini biasanya hanya diikuti oleh Jamaah masjid, tidak ada undangan luar kecuali kalau ada ustad atau kyia tuan Guru yang akan menyampaikan Tausiah.
Masyarakat juga mempersiapkan dulang, baik berupa jajan, buah, atau hidangan masakan dalam bentuk dulang (nampan dengan beberapa piring didalamnya).

Minggu, 05 Februari 2012

Ayak dan Gerobaknya

Setiap pagi sekitar jam enam Ayak mempersiapkan segala sesuatu untuk mempersiapkan pekerjaan rutinnya. Dia mulai mengayuh gerobak sepedanya memasuki gang demi gang sambil menanyakan barang rongsokan yang tidak terpakai seperti botol, gelas plastik, kardus dan barang plastik lainnya serta besi bekas. Dengan harga yang sudah disepakati ayak membayar dan menaruh barang tersebut. Hal ini dilakukan saat masuk disetiap gang yang dilalui.

Ibnu Ziad nama yang diberikan orangtua sejak lahir, namun dia dikenal sebagai ayak. Pendidikannya tidak tamat SD, namun soal mencari, memilah barang dan berhitung cukup jeli. Sudah hampir lima tahun pekerjaan ini digeluti. Awalnya dia hanya memanggul karung mencari kesetiap rumah atau acara-acara dimana gelas plastik bekas banyak dijumpai dan tingal pungut tidak perlu keluar uang.

Pengepul dimana biasa dia menjual barangnya, memberikan gerobak untuk mencari barang bekas dan dibekali uang sampai dengan tiga ratus ribu untuk memberi barang-barang bekas. Keuntungan yang didapatkan sekitar dua puluh sampai empat puluh ribu sehari.

Namun sekarang dia sudah memiliki gerobak sendiri yang didapat dari tabungan yang dikumpulkan selama berbulan-bulan. Dari hasil yang didapatkan, dia menyerahkannya kepada ibunya dan sering memberi uang jajan buat adik-adiknya. Semangatnya semakin tinggi sejak memiliki gerobak, walaupun gerobak bekas.

Heru salah satu pengepul yang banyak memberikan masukan bagaimana mencari, memilah barang bekas bahkan bagaimana menyisihkan uang untuk disimpan. Heru sendiri yang sudah cukup banyak makan asam garam seputar barang bekas ini tidak saja menjadi bapak angkat bagi ayak, namun juga dibeberapa tempat di kota Mataram.

Saya ingin menjadi pengepul, jawab ayak saat ditanya bagaimana kelanjutan pekerjaan ini. Harapan Ayak ini tentu tidak berlebihan. Sejak mengenal Heru kemungkinan ini akan mudah terlaksana. Karena pengepul harus memiliki modal yang cukup untuk berbagai kebuthan seperti lahan, becak atau gerobak dan lainnya. Dan Heru berjanji akan meberikan modal tersebut.

Sabtu, 04 Februari 2012

BESARKAN ALLAH, KECILKAN MASALAH

Berbagai musibah dan bencana yang yang bertubi-tubi menimpa bangsa ini, tampaknya bukan hanya memporak-porandakan harta dan dan jiwa saudara-saudara kita, tapi juga berpeluang menghancurkan mental dan motivasi kita. Bukan tidak mungkin ,jika masalah ini terus berlarut-larut, kita bisa merasa lemah dan tidak punya semangat untuk bangkit .
Padahal sebenarnya kitalah yang menciptakan masalah melalui persepsi negative terhadap segala kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita.. Masalah yang besar bisa dikecilkan , jika kita mau mengecilkannya . Masalah yang kecil bisa menjadi besar jika kita menghendakinya menjadi besar.
Jika kita terbiasa membesar-besarkan masalah kecil, maka semua masalah menjadi besar. Jika terbiasa mengecilkan masalah dan membesarkan nama Allah Subhaanahu wa Ta’aala, maka kecillah semua masalah di dunia ini.
Jika kita memandang bangsa Indonesia adalah bangsa yang lemah, tidak memiliki potensi, tidak kredibel, dan tidak memiliki kemampuan untuk bangkit, maka percayalah , setiap hari kita akan menjadi bahan ejekan. Kita akan menjadi bangsa yang rapuh, mudah menyerah dan cepat merasa kalah.
Jika kita berpandangan bahwa bangsa ini memang pantas diberi azab oleh Allah, maka Allah juga akan terus mengazab kita . Kita memang layak diazab karena kita sendiri yang berprasangka buruk kepada Allah. Jika kita beranggapan bahwa musibah dan bencana yang datang silih berganti akhir-akhir ini sebagai isyarat akan hancurnya bangsa ini ,maka Allahpun akan mendatangkan kehancuran pada bangsa ini. Allah telah berfirman di dalam hadits qudsi :
“Aku berada dalam persangkaan hamba-Ku kepada-Ku (HR Bukhori Muslim).
Jika masalah bangsa ini kita bawa sedih , maka kitapun akan sedih. Jika dibawa susah maka kitapun menjadi susah. Dan jika dibawa gembira , menjadi gembiralah kita, semua tergantung dari cara pandang kita.
Oleh karena itu cara pandang yang yang paling sesuai dengan nilai-nilai positif kita sebagai manusia dan nilai-nilai kebenaran syariah, adalah pandangan yang salah satu unsurnya adalah meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini kecil. Dan hanya Allah yang paling besar.
Dan cara pandang yang dibangun di atas keyakinan bahwasanya hanya Allah yang paling besar ,adalah cara pandang orang-orang yang bertaqwa. Dimana ia bisa membesarkan Allah di dalam hati, pikiran dan seluruh prilaku hidupnya . Dan ini dibangun dari interaksi yang mendalam dengan aktifitas ibadah yang sudah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Itulah sebabnya, mengapa di dalam shalat Iedu Fitri dan shalat Iedul Adha kita diperintahkan untuk bertakbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.
Begitu pula setiap hari, kita di-setting untuk bertakbir ketika melaksanaan shalat wajib maupun sunnah . Selama menunaikan shalat lima waktu, setidaknya kita mengucapkan “Allaahu Akbar” tidak kurang dari 102 kali. Seharusnya kalimat itu sudah cukup untuk selalu menyalakan kesadaran akan kebesaran Allah Subhaanahu wa Taala.
Kalimat “Allahu Akbar” yang kita ucapkan setiap kali pindah dari rukun yang satu ke rukun berikutnya adalah isyarat bahwa dalam keseharian kitapun, hendaknya dalam setiap pergantian kegiatan dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain agar diawali dengan keyakinan bahwa Allah Maha Besar, Maha Berkuasa dan kita hanyalah mahluk biasa yang tidak punya kekuatan apapun. Dengan demikian apapun yang kita kerjakan agar disandarkan kepada Allah. Kita hanya melaksanakan ikhtiar pada akhirnya Allah jua yang menentukan.
Dan ketika kita tidak memiliki kesadaran akan kebesaran Allah maka kitapun akan menyandarkan urusan kita kepada selain Allah. Betapa banyak diantara kita yang menyandarkan urusannya kepada harta, mereka merasa tidak mampu melaksanakan kegiatannya jika mereka tidak mempunyai harta. Maka orang –orang seperti ini secara perlahan kemudian menjadikan harta sebagai tuhannya. Dia tidak akan melakukan sebuah pekerjaan yang tidak mendatangkan harta. Ketika mereka kehilangan harta , maka mereka panik dan seakan-akan dunia telah berakhir baginya.
Sementara yang lainnya ada yang menyandarkan urusannya kepada kekuasaan. Ia merasa tidak mampu berbuat jika mereka tidak punya kekuasaan. Maka orang-orang seperti ini berusaha mengejar kekuasaan dengan segala cara. Dan pada akhirnya menjadikan kekuasan sebagai tujuan akhirnya. Ketika kekuasannya dicabut, iapun merasa seakan-akan dunia telah kiamat.
Dilain pihak ada yang menyandarkan urusannya kepada makhluk . Mereka berpikir bahwa mereka bisa memenuhi keinginannnya jika dekat dengan seseorang yang mempunyai kekuasaan. Secara perlahan orang-orang seperti pada akhirnya akan terjebak pada sikap menghambakan diri kepada makhluk . dan pada akhirnya diapun akan kehilangan ‘izzah dan haibah .
Demikianlah , orang-orang yang menyandarkan urusannya kepada selain Allah, tidak akan pernah mencapai apa yang diinginkan dan akan mudah terjebak dalam keputus-asaan.
Berbeda dengan orang yang menyandarkan urusannya kepada Allah, yaitu Zat yanh Maha Kaya, Maha berkuasa dan Maha Mencipta, ia akan senantiasa diliputi oleh sikap optimis ,penuh percaya diri dan bersikap positif terhadap segala sesuatu , bahkan terhadap kegagalan sekalipun. Kegagalan bagi dia bukan berarti kematian, kehancuran atau akhir dari segalanya. Kegagalan justru akan dijadikan pelajaran berharga untuk kehidupan di masa datang.
Demikianlah, ketika mengucapkan takbir , saat itu juga seharusnya kita bisa menghayati kebesaran Allah. Saat itu pula kita melepaskan segala hal yang kecil, yaitu belenggu prasangka buruk yang menghinggapi pikiran kita. Lepaskan dan buang jauh-jauh pikiran negative. Persepsi buruk dan pikiran negative yang seringkali muncul yang tidak didasarkan atas ilmu, sebenarnya merupakan sesuatu yang yang lebih sering membuat kita larut dalam masalah. Dan ketika masalah itu mendominasi kita, maka maka kita sebenarnya telah menganggapnya besar.
Jika kita berpikir positif , kita akan mampu menghargai diri sendiri. Sikap menyalahlkan diri sendiri secara berlebihan hanya akan menimbulkan kelelahan mental dan rasa frustasi yang dalam. Sungguh sikaf ini merupaka kezaliman terhadap diri sendiri.
Allah Subhaanahu wa Taala berfirman :
“Dan tidaklah mereka menganiaya Kami (Allah), akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” ( Al Baqarah : 57)

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers