Sabtu, 28 April 2012

Sosialisasi dan Publikasi Program KPU/ISO


Acara sosialisasi dan publikasi program KPU/ISO di Lombok Raya Hotel, Kamis, 26 April 2012. Acara yang digawangi oleh Pemerintah Kota Mataram ini mengundang semua SKPD, Camat, Lurah, Kepala-kepala sekolah siswa-siswi SMA/SMK dan kampung media yang ada di kota Mataram.
Acara yang dibuka oleh Perwakilan Kementrian Komunikasi dan Informatika bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya juga menggandeng mitra-mitra yang terkait dengan program KPU/ISO seperti, Telkomsel, PT. Jasnita Telekomindo,Lintas Artha,PT. Wira Eka Bhakti,  PT. Tangara Mitrakom, dan Yogya Digital. Dalam kata sambutannya Suparwoto dari Komenkominfo menyatakan, oarng miskin adalah yang yang bukan tidak memiliki uang dan harta benda melainkan orang yang tidak mempunyai akses terhadap orang lain.
Adapun ruang lingkup proyek USO PLIK dengan Lintas Artha antara lain : menyediakan komunikasi data dan infrastruktur IT di 1.515 kecamatan dalam 3 paket pekrjaan, menyediakan 149 lokasi tambahan dalam 3 paket pekerjaan, opersional dan pemeliharaan PLIK, dan Pelaksanaan Operasional Kios(warnet) atas nama kementrian komunikasi dan informatika. Dalam paket ini, NTB mendapatkan 125 lokasi. Sedangkan dari PT. Jasnita menyampaikan penyediaan layanan komunkasi data  yang berkaitan dengan setra produktif yang bertujuan meningkatkan sinergi dan integritas pola pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di bidang teknologi dan komunikasi, Telkomsel dengan proyek Desa Berdering yang masih blind spot area. Dan PT. Tangara Mitrakom dan proyek NIX (Nusantara Internet Exchange) akan penyediakan trafik nasional, mengurangi latency, meningkatkan kecepatan layanan internet, mengefisiensikan routing trafik internet dan mengurangi biaya pengiriman trafik nasional.
Pada kesempatan itu pula dilakukan penyerahan secara simbolis MPLIK ke Pemerintah Kota Mataram yang disaksikan oleh para undangan. Setiap MPLIK akan dilengkapi oleh sopir dan operator yang akan mengoperasikannya.

Hati-hati memberikan bantuan


Seorang teman mengirim SMS yang berisi tentang modus operasi kejahatan dengan menggunakan anak-anak yang menangis di pinggir jalan untuk diantar ke alamat yang diminta, hal ini bisa jadi merupakan modus baru untuk melakukan kejahatan terutama terhadap kaum wanita baik ibu-ibu, pelajar putri maupun mahasiswi.
Saat ditanya mengapa memilih kaum hawa, lebih lanjut dijelaskan, wanita biasanya memiliki rasa iba yang lebih dibanding kaum pria dan agak lemah dalam hal fisik. Kesempatan ini digunakan untuk mengelabui korban dengan menyuruh anak-anak menangis dipinggir jalan dan mengantarnya ke alamat tertentu. Dan di alamat atau dijalan tersebut bisa akan dilakukan tindakan kriminal terhadap korban yang masuk perangkap.
Apakah sudah ada korban di lombok?, belum bisa dipastikan, namun SMS ini lebih kepada tindakan preventif untuk masyarakat untuk lebih berhati-hati saat memberikan bantuan pada orang belum dikenal, atau memang benar anak tersebut membutuhkan bantuan kita

Jumat, 27 April 2012

TENTANG DOA

            Diantara bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah untuk kita laksanakan adalah berdoa. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Al-Quran dalam surat  Al Baqarah ayat 18 Allah berfirman :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Dan juga pada ayat yang lain   Allah berfirman surat Al Mukmin ayat 60 :
“ Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
Perintah Allah agar kita berdoa dalam ayat ini sangatlah jelas, bahkan Allah mengancam bagi siapa saja yang menyombongkan diri atau tidak mau berdoa dengan hukuman akan dimaskkan ke dalam neraka jahannam. Demikian juga baginda Rasulullah menegaskan pentingnya berdoa. Beliau bersabda :
الدعاء مخ العبادة
“Doa adalah inti ibadah”(HR Tirmidzi dari Anas bin Malik)
Syaikh Abu Ali Ad Daqqaq berkata : “ doa adalah kunci bagi setiap kebutuhan , doa adalah tempat beristirahat bagi mereka yang membutuhkan, tempat berteduh bagi yang terhimpit, kelegaan bagi perindu”.
Dari apa yang disampaikan oleh Allah dalam Al Qur-an yang berkaitan dengan doa, dan juga dari beberapa hadits Nabi serta apa yang diterangkan oleh para ulama, betapa doa mempunyai peranan penting dalam kehidupan seorang mukmin. Oleh karenanya sebagai orang yang beriman, tentulah kita sering berdoa, bahkan boleh jadi doa sudah menjadi pekerjaan rutin kita. Karena berdoa , disamping merupakan ibadah yang terpuji juga merupakan sarana kita utuk memohon sesuatu kepada Tuhan yang  Maha Memiliki dan Maha Murah. Dan berdoa baik yang dilakukan secara langsung atau tidak, juga berarti pengakuan hamba akan kelemahan dirinya di hadapan Tuhan penciptanya.
Kalau dikalangan sufi banyak yang menolak untuk berdoa, karena bagi mereka berdoa sama saja artinya dengan meragukan pengetahuan Tuhan terhadap hajat dan aspirasi hamba-hamba-Nya. Namun bagi kita berdoa justru menjadi tradisi yang luar biasa. Boleh jadi karena umumnya kita ini mempunyai banya keinginan dan kepentingan, sementara tangan kita terbatas untuk bisa meraih semua keinginan tersebut. Apalagi di zaman dimana aspirasi semakin sulit untuk disalurkan. Tradisi berdoa kemudia nampak begitu semarak. Dimana-mana kita lihat orang berdoa, tidak hanya sendiri-sendiri tapi juga secara bersama. Mulai dari doa memohon hujan, mohon selamat dari banjir dan bencana alam, memohon kemenangan tim olahraga yang kurang latihan, memhon agar jagonya menang dalam pilkada dan begitu banyak doa lainnya yang kita panjatkan. Jika kita susun daftar permintaan yang kita  ajukan, maka kita akan mendapatkan betapa banyak hal yang kita minta kepada Allah dalam berdoa. Dari hal-hal yang bersifat duniawi sampai hal-hal yang bersifat ukhrowi. Kita minta agar diberi keselamatan di dunia dan di akhirat, kita minta agar diberi badan yang sehat, rizki yang lapang, umur yang panjang. Kita berdoa agar diberi ampunan, dan diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat.  Dan begitu banyak permintaan lainya yang kita panjatkan. Pertanyaan penting yang sering mengusik kemudian adalah,  kita ini sudah berdoa sekian lama , dan banyak pula permintaan yang kita panjatkan, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan umum, namun berapa persenkah doa kita yang dikabulkan ?  sepertinya tidak ada tanda-tanda doa kita dikabulkan, bahkan doa kita nampak seperti angin lalu.
Apakah etika berdoa kita yang belum benar sehingga Allah belum berkenan mendengar doa kita ? atau seperti kata para ulama yang cukup menghibur, bahwa setiap doa pasti dikabulkan, cuman kapan dan berupa apa , hanya  Allah sendiri yang menentukan dan mengetahuinya. Atau mungkin sesungguhnya doa kita telah dikabulkan namun kita tidak menyadarinya karena kita sudah sibuk dengan permintaan yang baru lagi.
Orang-orang Bashrah zaman dulu pernah mengajukan pertanyaan seperti diatas kepada zahid mereka yang terkenal yang bernama Ibrahim bin Adham . tokoh sufi itu  menjawab. Jika doa kita belum dikabulkan itu disebabkan karena hati kalian mati dalam sepuluh hal :
  1. Kalian mengenal Allah, tetapi tidak menunaikan hak-hak-Nya
  2. Kalian membaca kitab Allah tetapi tidak mengamalkannya.
  3. Kalian mengakui mencintai Rasulullah tetapi tidak mengikuti sunnahnya.
  4. Kalian mengaku membenci setan, tetapi selalu menyetujuinya
  5. Kalian yakin mati itu pasti tapi tak pernah mempersiapkannya
  6. Kalian bilang takut neraka,tetapi kalian terus membiarkan diri kalian berjalan menuju kesana.
  7. Kalian bilang mendambakan surga tetapi tak pernah beramal untuknya.
  8. Kalian sibuk dengan aib-aib orang lain dan mengabaikan aiab-aib kalian sendiri
  9. Kalian menikmati anugrah-anugrah Tuhan tetapi tidak mensyukurinya.
  10. Kalian setiap kali mengubur jenazah-jenazah, tetapi tak pernah mengambil pelajaran darinya.
Demikianlah jawaban seorang sufi Bashrah yang bernama  Ibrahim bin Adham, ketika ditanya tentang sebab-sebab doa seorang mukmin tdak dikabulkan. Dari apa yang disebutkan diatas mudah-mudahan mejadi renungan bagi kita sekaligus sebagai pelajaran untuk kita amalkan agar tidak saja doa kita terkabul, namun juga agar kita bisa manata hidup kita agar lebih terarah dan bermakna demi tercapinya kebahagiaan di dunia maupun di akhirat..

PRIBADI MUSLIM BERPRESTASI


            Marilah kita berusaha meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt, dengan memaksimalkan seluruh potensi kita dalam rangka ketaatan kita kepada Allah , sehingga kita bisa mengemban amanat Allah sebagai khalifah di atas muka bumi  ini. Melaksanakan segala perintah-Nya  dan meninggalkan larangan-Nya.
Sekiranya kita hendak berbicara tentang Islam dan kemuliaannya, ternyata tidaklah cukup hanya berbicara mengenai ibadah ritual belaka. Tidaklah cukup hanya berbicara seputar shaum, shalat, zakat, dan haji. Begitupun jikalau kita berbicara tentang peninggalan Rasulullah SAW, maka tidak cukup hanya mengingat indahnya senyum beliau, tidak hanya sekedar mengenang keramah-tamahan dan kelemah-lembutan tutur katanya, tetapi harus kita lengkapi pula dengan bentuk pribadi lain dari Rasulullah, yaitu : beliau adalah orang yang sangat menyukai dan mencintai prestasi!
            Hampir setiap perbuatan yang dilakukan Rasulullah SAW selalu terjaga mutunya. Begitu mempesona kualitasnya. Shalat beliau adalah shalat yang bermutu tinggi, shalat yang prestatif, khusyuk namanya. Amal-amal beliau merupakan amal-amal yang terpelihara kualitasnya, bermutu tinggi, ikhlas namanya. Demikian juga keberaniannya, tafakurnya, dan aneka kiprah hidup keseharian lainnya. Seluruhnya senantiasa dijaga untuk suatu mutu yang tertinggi.
            Ya, beliau adalah pribadi yang sangat menjaga prestasi dan mempertahankan kualitas terbaik dari apa yang sanggup dilakukannya. Tidak heran kalau Allah Azza wa Jalla menegaskan, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah ..." (QS. Al Ahzab [33] : 21)
            Kalau ada yang bertanya, mengapa sekarang umat Islam belum ditakdirkan unggul dalam kaitan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi ini? Seandainya kita mau jujur dan sudi merenung, mungkin ada hal yang tertinggal di dalam meneladani pribadi Nabi SAW. Yakni, kita belum terbiasa dengan kata prestasi. Kita masih terasa asing dengan kata kualitas. Dan kita pun kerapkali terperangah manakala mendengar kata unggul. Padahal, itu merupakan bagian yang sangat penting dari peninggalan Rasulullah SAW yang diwariskan untuk umatnya hingga akhir zaman.
            Akibat tidak terbiasa dengan istilah-istilah tersebut, kita pun jadinya tidak lagi merasa bersalah andaikata tidak tergolong menjadi orang yang berprestasi. Kita tidak merasa kecewa ketika tidak bisa memberikan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan. Lihat saja shalat dan shaum kita, yang merupakan amalan yang paling pokok dalam menjalankan syariat Islam. Kita jarang merasa kecewa andaikata shalat kita tidak khusyuk. Kita jarang merasa kecewa manakala bacaan kita kurang indah dan mengena. Kita pun jarang kecewa sekiranya shaum Ramadhan kita berlalu tanpa kita evaluasi mutunya.
            Kita memang banyak melakukan hal-hal yang ada dalam aturan agama tetapi kadang-kadang tidak tergerak untuk meningkatkan mutunya atau minimal kecewa dengan mutu yang tidak baik. Tentu saja tidak semua dari kita yang memiliki kebiasaan kurang baik semacam ini. Akan tetapi, kalau berani jujur, mungkin kita termasuk salah satu diantara yang jarang mementingkan kualitas.
            Padahal, sudah merupakan sunnatullah bahwa yang mendapatkan predikat terbaik hanyalah orang-orang yang paling berkualitas dalam sisi dan segi apa yang Allah takdirkan ada dalam episode kehidupan dunia ini. Baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, Allah Azza wa Jalla selalu mementingkan penilaian terbaik dari mutu yang bisa dilakukan. Misalnya dalam sholat, Allah swt berfirman dalam Al Mu’minuun [23] : 1-2). Yang artinya
 “Amat sangat berbahagia serta beruntung bagi orang yang khusyuk dalam shalatnya. Artinya, shalat yang terpelihara mutunya, yang dilakukan oleh orang yang benar-benar menjaga kualitas shalatnya. Sebaliknya,  
 (QS. Al Maa’uun [107] : 4-5). “Kecelakaanlah bagi orang-orang yang lalai dalam shalatnya!”
            Amal baru diterima kalau benar-benar bermutu tinggi ikhlasnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus" (QS. Al Bayyinah [98] : 5).
 Allah pun tidak memerintahkan kita, kecuali menyempurnakan amal-amal ini semata-mata karena Allah. Jika masih ada unsur  riya meskipun  sedikit  , maka pahala amalan kita pun tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Ini dalam urusan ukhrawi.
            Demikian juga dalam urusan duniawi produk-produk yang unggul selalu lebih mendapat tempat di masyarakat. Lebih mendapatkan kedudukan dan penghargaan sesuai dengan tingkat keunggulannya. Para pemuda yang unggul juga bisa bermanfaat lebih banyak daripada orang-orang yang tidak memelihara dan meningkatkan mutu keunggulannya.
            Pendek kata, siapapun yang ingin memahami Islam secara lebih cocok dengan apa-apa yang telah dicontohkan Rasul, maka bagian yang harus menjadi pedoman hidup adalah bahwa kita harus tetap tergolong menjadi orang yang menikmati perbuatan dan karya terbaik, yang paling berkulitas. Prestasi dan keunggulan adalah bagian yang harus menjadi lekat menyatu dalam perilaku kita sehari-hari.
            Kita harus menikmati karya terbaik kita, ibadah terbaik kita, serta amalan terbaik yang harus kita tingkatkan. Tubuh memberikan karya terbaik sesuai dengan syariat dunia, sementara hati memberikan keikhlasan terbaik sesuai dengan syariat agama. Insya Allah, di dunia kita akan memperoleh tempat terbaik dan di akhirat pun mudah-mudahan mendapatkan tempat dan balasan terbaik pula.
            Tubuh seratus persen bersimbah peluh berkuah keringat dalam memberikan upaya terbaik, otak seratus persen digunakan untuk mengatur strategi yang paling jitu dan paling mutakhir, dan hati pun seratus persen memberikan tawakal serta ikhlas terbaik, maka kita pun akan puas menjalani hidup yang singkat ini dengan perbuatan yang Insya Allah tertinggi dan bermutu. Inilah justru yang dikhendaki oleh Al Islam, yang telah dicontohkan Rasulullah SAW yang mulia, para sahabatnya yang terhormat, dan orang-orang shaleh sesudahnya. Dengan memaksimalkan segala potensi yang kita miliki, maka kitapun bisa memberikan manfaat yang maksimal bagi hidup dan kehidupan kita bersama. Rasulullah saw bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang   paling bermanfaat bagi manusia lainnya”
            Oleh sebab itu, marilah kita  bangkit dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim yang berprestasi, yang unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada setiap diri hamba-hambanya. Kitalah sebenarnya yang paling berhak menjadi manusia terbaik, yang mampu menggenggam dunia ini, daripada mereka yang ingkar, tidak mengakui bahwa segala potensi dan kesuksesan itu adalah anugerah dan karunia Allah SWT, Zat Maha Pencipta dan Maha Penguasa atas jagat raya alam semesta dan segala isinya ini!
Mari kita renungkan firman Allah swt,
 "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ...!’ (QS. Ali Imran [3] : 110).

Sabtu, 21 April 2012

Jalan Rohani


Marilah kita meningkatkan ketawaan kita kepada Allah swt, dengan memperlakukan diri kita secara adil. Bahwa masing-masing dari kita terdiri dari jasmani dan rohanii. Keadilan terhadap diri sendiri berarti memperhatikan hajat rohanii dan jasmani secara seimbang. Bukan hanya mementingkan unsur jasmani saja, namun juga harus memenuhi hajat rohanii. Karena dengan berlaku adil terhadap rohanii dan jasmani kita akan mencapai kebahagiaan hakiki.
Hadirin rahimakumullah,
 Allah swt. mengajarkan dalam Al Qur’an agar manusia tidak hidup secara fisiknya saja, melainkan lebih dari itu, rohaniinya harus hidup. Menghidupkan rohanii tidak seperti menghidupkan fisik. Rohanii membutuhkan makanan khusus. Untuk memberikan makan kepada rohanii, manusia tidak bisa mengarang sendiri. Manusia membutuhkan tuntunan wahyu. Akal yang Allah swt. berikan kepada manusia tidak sanggup menyediakan makanan rohanii. Karena itu Allah swt. mengutus nabi-nabi, untuk mengajarkan manusia kebutuhan rohanii tersebut.
Sayangnya, banyak manusia yang terlanjur menjadi materialistis. Mereka lupa kepada rohaniinya. Mereka tidak tahu bahwa dalam dirinya ada rohanii yang harus dipenuhi kebutuhannya. Akibatnya mereka hanya sibuk dengan fisiknya. Siang dan malam berkeja keras hanya untuk mengurus materi: kebutuhan perut dan lain sebagainya. Padahal kapasitas perut sangat terbatas. Sekaya apapun seorang manusia itu,   ia  tetap juga makan satu piring. Bila dipaksakan perut akan terasa sakit, dan bahkan akan menimbulkan penyakit.
Dalam surah Asy Syams, ayat 9-10 Allah swt. Berfirman : Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
Jiwa adalah unsur rohanii. Perhatikan ayat ini betapa Allah swt. seringkali menggunkan kata an nafs (jiwa) dalam Al Qur’an dalam menggambarkan kebahagiaan. Bahwa kebahagiaan hakiki tidak terdapat dalam gemerlap harta. Kebahagiaan juga tida dapat diraih hanya dengan memenuhi hajat jasmani saja. Tetai kegahaiaan hakiki terdapat dalam kebersihan jiwa. Bahwa bersih tidaknya jiwa atau rohanii sangat menentukan kebahgaiaan. Silahkan cari dibalik segala kesenangan nafsu, anda tidak akan pernah mencapai kebahagiaan. Silahkan kejar kekayaan yang paling maksimal, itu tidak akan pernah memberikan kebahagiaan. Banyak peristiwa membuktikan bahwa justru orang-orang semakin menderita ketika mencapai puncak kekayaannya.
Allah swt. yang menciptakan manusia, Dialah yang mengetahui kebutuhan hakiki manusia. Karena itu Allah swt. sediakan sarana rohanii berupa ibadah shalat menimal lima kali sehari. Shalat merupakan barometer semua ibadah. Dikatakan baromiter karena bila shalat seseorang baik, pasti ibadah yang lain akan baik. Tidak mungkin orang yang shalatnya baik, zakat, puasa dan hajinya tidak baik. Tidak mungkin orang yang shalatnya baik, akhlaknya tidak baik. Bila ada orang shalat, sementara akhlaknya tidak baik, itu pasti shalatnya tidak baik. Allah berfirman:   
  (sesungguhnya shalat pasti akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar)” Al Ankabuut:45.
Karena itu Rasulullah saw. bersabda: “Bahwa yang pertama kali kelak akan dihisab dari seorang hamba di hari Kiamat adalah shalatnya.”
Mengapa shalat? Sebab shalat merupakan bukti kejujuran iman. Karena itu dalam banyak ayat Allah saw. selalu menekankan bahwa shalat yang diinginkan bukan sekedar shalat, melainkan shalat yang berkualitas. Kalau hanya sekedar shalat itu tidak akan mengantarkan kepada hakikat kepribadian seorang muslim sejati. Karena itu, kita sering menemukan banyak orang muslim yang shalat, tetapi tidak takut berbuat zina, korupsi dan lain sebagainya? Bahkan dengan terang-terangan menentang ajaran Allah swt. Benarkan shalat yang ia lakukan jujur? Tetapi mengapa kemaksiatan terus ia lakukan? Apakah firman Allah swt. salah ketika menegaskan bahwa, “Shalat pasti mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Atau shalatnya yang salah? Ia pura-pura shalat? Secara pasti Allah tidak mungkin salah berfirman. Dengan demikian ketika ada seorang yang shalat, tetapi terus berbuat maksiat, berarti shalatnya yang tidak jujur. Ia hanya shalat asal-asalan.
Karena itu Allah swt. mengancam orang yang shalatnya asal-asalan. Dalam surah Al Ma’uun Allah swt. berfirman:“Fawailul lilmushalliin. alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun (masuk neraka orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shlatanya).” Perhatikan kata saahuun dalam ayat di atas. Syaikh Ibn Asyuur mengatakan bahwa itu menunjukkan orang yang melaksanakan shalat tetapi dengan maksud riya’. Artinya sekedar formalitas ritual atau sekedar memenuhi kewajiban dan tidak mengharapkan pahala dari Allah swt. Akibatnya ia hanya shalat secara fisik saja. Rohaniinya kosong. Karena itu, shalat tersebut tidak memberikan dampak apa-apa dalam dirinya. Ia shalat, tetapi tetap tidak menemukan kebahagiaan. Ia shalat tetapi tetap suka melakukan dosa-dosa. Inilah model manusia yang oleh Allah swt. dikatakan sebagai alladziina hum ‘an shalaatihin saahuun.
Kata “saahuun” artinya lalai. Lalai karena ia tidak tahu apa yang harus dilakukan di luar shalat. Lalai karena hanya memahami shalat sebatas ritual. Lalai karena mamaknai shalat secara sempit, sehingga ruang lingkup tunduk kepada Allah swt. hanya di masjid saja, sementara di luar masjid merasa tidak perlu mentaati Allah swt. Akal yang mana yang mengatakan bahwa tunduk kepada Allah swt. cukup hanya dengan formalitas ritual saja? Nabi yang mana yang mencontohkan bahwa mentaati Allah hanya cukup dalam shalat saja, di masjid saja? 
Maka kelalaian bukan saja berkaitan dengan pelaksanaan shalat, tetapi juga berkaitan dengan aktifitas di luar sholat. Orang yang sholat kemudian masih melaksanakan maksiat berarti orang tsb tidak menghargai sholatnya dan termasuk dalam kategori lalai yang diancam oeh Allah utuk dimasukkan ke dalam neraka.. Orang yang melaksanakan sholat hendaknya  pandai menghargai sholat yang ia laksanakan, dengan menghiasi dirinya dengan ketaatan pada Allah secara maksimal. Antara sholat dan aktifitas keseharian kita di luar sholat harus mempunyai kaitan yang erat. Orang yang berusaha melaksanakan sholat dengan baik akan menjadi orang yang berprilaku baik dan menjalani kehidupannya dalam ketaatan. Dan orang yang senantiasa taat insya Allah sholatnyapun akan baik.. demikianlah betapa sholat menjadi barometer kebaikan seorang muslim. Jika sholatnya baik maka insya Allah ibadah-ibadah yang lainpun akan menjadi baik. Jika semua ibadah telah dilaksanakan dengan baik , itu berarti  kita telah memenuhi hajat rohanii yang menjadi factor utama dalam meraih kebahagiaan hakiki.

Pakaian Daerah di Hari Kartini


Sejak pagi hari anak-anak dan orang tua sibuk mempersiapkan putra-putrinya berangkat sekolah, sangat berbeda dengan hari-hari biasanya. Karena pagi ini tanggal 21 April merupakan hari Kartini. Sekolah meminta siswa-siswi untuk menggunakan pakaian adat atau daerah dalam rangka memperingati hari Kartini seperti tahun-tahun sebelumnya.
Salon Suhardi sejak jam setengah tujuh pagi sudah sibuk melayani pelanggan, tidak kurang sepuluh orang bocah-bocah antri menunggu giliran dirias, berbagai macam pakaian daerah digunakan. Kebanyakan anak dan orang tua menyukai pakaian adat sasak, jawa dan bali. Walau sedikit merepotkan para ibu-ibu merasa senang melihat putra-putri mereka. Kebanyakan yang menggunakan jasa salon adalah pakaian putri, seperti ibu dikatakan Ibu Wina, “saya bisa pasang apakaian, tapi kesulitan untuk merias rambut dan polesan kosmetiknya”. Saat ditanya berapa uang yang dikeluarkan, ibu muda ini menjawab hanya dua puluh ribu sampai tiga puluh lima, itupun sudah termasuk pinjam pakaian
Sementara yang putra kebanyakan dibantu kakak atau orang tuanya karena lebih simpel tinggal menggunakan kain, pegon, dan ikat kepala, seperti diutarakan Orin. Saya sejak tahun lalu sudah membelikan pegon (pakain adat sasak) karena kalau ada pengantin atau kegiatan disekolah tidak perlu repot-repot pinjam..
Sementara itu PAUD Agniya Pagutan selesai upacara mengajak siswa-siswi parade drum band seputar sekolah dengan menggunakan pakaian daerah yang dikenakan. Dengan didampingi orang tua masing-masing, para ibu harus rela terlambat pergi ke pasara karen harus ikut parade.

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers