Bahwa unsur yang terpenting dari manusia adalah hatinya , sehingga Baginda Rasullah menyampaikan, jika hati seseorang baik, maka apapun yang muncul dari orang itu Insya Allah baik. Sebaliknya jika hatinya buruk, maka kemungkinan orang itu juga akan mengerjakan hal-hal yang buruk.
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam hati ada segumpal daging yang kalau dia baik maka akan baik pula seluruh anggota tubuh, dan kalau dia rusak maka akan rusak pula seluruh anggota tubuh, ketahuilah di adalah hati.” (Muttafaqun alaih)
Untuk itulah setiap kita hendaknya berusaha untuk memahami hatinya, sehingga ia bisa mengelola hatinya kearah hal-hal yang dicintai dan diridloi oleh Allah subhanahu wa ta’aalaa.
Memang, memahami hati dan mengelolanya bukanlah hal yang mudah. Hati tidaklah seperti lembaran-lembaran buku yang bisa dibaca dengan mudah. Hati sesuai tabiatnya yang tidak konsisiten termasuk diantara hal-hal yang sulit dipahami. Sehingga kita sering mendengar ungkapan “ dalamnya laut dapat diduga, namun hati orang siapa yang tahu”. Namun demikian, betapapun sulitnya memahami hati, kita tetap harus terus berusaha untuk mengenal hati kita. Sebab jika tidak maka kemungkinan besar kita akan terjerat oleh hawa nafsu. Dan hal ini akan membawa kita kepada jurang kehancuran yang dalam, tidak saja di dunia, bahkan juga di akhirat. Rasulullah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda :
“Musuhmu yang terbesar adalah nafsumu yang berada di antara dua lambungmu”
Bahwa diantara hal yang mempengaruhi hati adalah bisikan nafsu. Tidak bisa dipungkiri bahwa nafsu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi hitam kelam, sehingga ia tak mampu menangkap isyarat petunjuk dari Tuhan. Seseorang yang nafsunya mengalahkan akalnya, akan terus tergiring untuk berbuat dosa. Setiap kali dosa dilakukan itu akan meninggalkan noda dalam hati. Dan semakin banyak dosa yang diperbuat akan membuat hati menjadi semakin kelam. Apa lagi jika kemudian hati dipengaruhi oleh lammah syaitaniyah (bisikan syetan) maka bisa dipastikan kita akan semakin terjerumus dalam kehancuran dan kesesatan. Wal ‘yaadzu billah min dzaalik. Semoga Allah melindungi kita dari hal yang sedemikian itu.
Harapan kita adalah agar hati kita senantiasa memperoleh lammah malakiyah (bisikian malaikat), atau disebut juga ilham atau hidayah, sehingga hati kita menjadi tercerahkan dan terang benderang. Dengan kecemerlangan itu menjadi nampak jelas kebenaran bagi kita dan terbukalah hakekat urusan yang dicari dalam agama. Dan dengan sendirinya kitapun akan mendapat limpahan kebaikan dari Allah Subhaanahu wa ta’aalaa. Rasulullah shallallaahu ‘alai wasallam bersabda :
“Apabila Allah menghendaki untuk memberikan kebajikan pada seseorang, niscaya dijadikannya orang itu memperoleh pelajaran dari hatinya”
HR Abu Manshur Ad Dailamy
Orang arif berkata :
“Barangsiapa mempunyai juru nasihat dari hatinya, maka ia akan mendapatkan Allah sebagai penjaganya”
Hati yang menjadi penasehat bagi pemiliknya adalah hati yang terang , yaitu hatinya orang-orang yang beriman. Sementra hatinya orang-orang yang kafir itu kelam dan terbalik. Rasulullah Shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda :
“Hati itu ada empat macam : hati yang bersih , padanya pelita yang bersinar terang, maka itulah hati orang yang beriman. Hati hitam terbalik, maka itulah hati orang yang kafir. Hati terbungkus yang terikat bungkusannya , itulah hati orang yang munafiq. Dan hati yang melintang padanya keimanan dan kemunafikan.”
Hati orang yang beriman senantiasa terjaga dari gangguan syetan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh Allah di dalam Al quran :
“sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila mereka ditipu oleh syetan yang datang berkunjung, mereka ingat kembali dan ketika itu mereka menjadi orang yang memiliki penglihatan”
Demikianlah gambaran beberapa model hati sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam.. Dan tentulah kita berharap agar hati kita adalah hati orang yang beriman yang bersih dan disinari pelita yang terang sehingga menjadi jelas bagi kita semua petunjuk dari Allah SWT , dan kita terbimbing untuk selalu berjalan di atas petunjuk Allah SWT. Agar kondisi hati kita tetap jernih, maka kita perlu merawatnya, dengan amalan-amalan yang dianjurkan, baik oleh Allah maupun oleh Rasulnya, spt : pertama, membaca Al Quran yang dibarengi dengan tadabbur akan makna yang terkandung di dalamnya, kedua senantiasa berzikir kepada Allah, agar hati kita tetap tentram dan tenang. Ketiga, berusaha untuk terus menambah ilmu yang bermanfaat, karena sesungguhnya orang-orang mempunyai ilmu adalah orang-orang yang paling takut kepada Allah. Keempat, membiasakan diri untuk selalu melakukan muhasabah atas diri kita dan yang kelima, berusaha menghindar dari makanan yang haram dan syubhat.
Mudahan-mudahan Allah memberikan kita kemudahan dalam memahami dan mengelola hati kita, sehingga hati kita tetap disinari lentera ilahi, konsisiten dengan keimanan kita.
0 komentar:
Posting Komentar