Diantara hal yang paling berharga yang dianugrahkan oleh Allah kepada kita adalah anugrah waktu. Sedemikian berharganya nilai waktu sehingga Allah swt berulang kali bersumpah atas nama waktu. Salah satunya terdapat dalam Surat Al ‘Ashr :
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat Al ‘Ashr adalah sebuah surat yang pendek, namun sangat menakjubkan. Meskipun hanya terdiri dari tiga ayat, namun didalamnya terkandung makna yang sangat kaya. Begitu kayanya sehingga Imam Syafi’i berkata :” Seandainya dari Al Quran, hanya turun tiga ayat Al ‘Ashr, maka cukuplah itu menjadi pedoman ummat manusia, seandainya manusia merenungkan surat ini , maka kandungannya akan memenuhi mereka”. Al ‘ashr berarti masa, waktu era atau zaman. Kata ‘ashr dipergunakan untuk menunjukkan waktu dari waktu yang terpendek (jam) sampai waktu yang terpanjang yaitu era. Allah memulai surat ini dengan bersumpah : Demi Waktu, untuk menarik perhatian kita akan apa yang disumpahkan. Allah memerintahkan kita untuk mengamati waktu dalam arti umum. Manusia berubah dalam perjalanan waktu. Dalam waktu tujuh belas tahun , bocah yang tadinya ingusan berubah menjadi remaja yang memesonakan. Lima puluh tahun kemudia ia berubah menjadi orang tua yang menyedihkan. Dalam panggung waktu peristiwa demi peristiwa datang dan pergi silih berganti. Tidak ada waktu yang jelek. Yang jelek adalah orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam cakupan waktu. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra berkata : “Manusia mencela zamannya, padahal tiada cela pada zaman itu kecuali pada kita. kita cela zaman, padahal cela itu ada pada diri kita. sekiranya zaman dapat berkata, ia akan mengecam kita”.
Surat Al Ashr mengajarkan kita untuk memperhatikan dan memahami tanda-tanda zaman. “hasbul mar-u min ‘irfaanihi, ‘ilmuhu bizamaanihi”. ( cukuplah sebagai tanda kearifan seseorang, yaitu pengetahuannya tentang tanda-tanda zaman). Demikian kata sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Seorang mukmin yang arif berusaha memahami tanda-tanda zamannya supaya tidak terpedaya oleh berbagai peristiwa, supaya dapat memberikan makna dan yang lebih penting lagi supya dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap berbagai peristiwa dalam kurun waktu yang tepat. Reaksi yang salah akan membuat manusia rugi. Demi Waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Waktu dalam pandangan Islam tidak terpecah-pecah. Ia merupakan satu kesatuan antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang yang saling berkaitan. Kita semua hidup sekaligus hidup dalam tiga masa- masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Perilaku kita saat ini dipengaruhi oleh perilaku kita pada masa yang lalu dan pada gilirannya akan menentukan prilaku kita pada masa yang akan datang. Al Quran memerintahkan kita untuk memperhatikan dan kemudian mengambil pelajaran dari sejarah umat-umat terdahulu. Bahkan Al Quran memerintahkan kita untuk menengok suatu masa ketika kita merupakan mahkluq yang tidak dikenal. Allah swt berfirman :
“Bukankah Telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Sambil memerintahkan kita untuk mengamati dan berkaca pada masa lalu, Al Quran menyuruh kita untuk memperhatikan persiapan kita bagi masa depan. Allah swt berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat-ayat yang telah disampaikan tadi, maka strategi yang tepat untuk menyongsong masa depan adalah mengambil pelajaran dari masa lalu dan memahami tanda-tanda zaman ini sehingga bisa memberikan reaksi yang tepat dalam menghadapi berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam cakupan zaman. Sebab apapun tanda zaman – yang besar maupun yang kecil – tetap akan membawa kita kepada kerugian, kecuali jika kita bisa memberikan reaksi yang tepat dalam mengisi zaman. surat Al ‘Ashr menyebutkan empat reaksi yang tepat, Yaitu : mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman, bekerja yang baik, berjuang bekerja sama menegakkan kebenaran dan bekerja sama menyebarkan kesabaran.
Iman adalah keyakinan dan pandangan hidup. Iman memberikan arah dan membantu kita memberikan makna terhadap berbagai peristiwa yang kita hadapi. Iman adalah rujukan mutlak yang memberikan kita kepastian. Tanpa iman, manusia akan terapung-apung dalam gelombang zaman. Ia akan menjadi budak bagi kepentingan-kepentingan sesaat yang pada akhirnya membuat ia kehilangan jati dirinya. Peran iman dalam kehidupan manusia dapat menguat dan melemah. Adakalanya manusia meragukan imannya. Zaman tidak akan merugikan orang yang selalu memelihara imannya dan memilih hidup dalam sinar keimanan.
Reaksi tepat yang kedua adalah kerja yang baik atau apa yang disebut ‘amal sholeh. Dalam agama Islam derajat manusia diukur dari kerjanya. Amal menunjukkan sejauh mana manusia telah mengembangkan dirinya. Kehidupan menjadi bermakna bila manusia beramal yang baik untuk mengembangkan potensi dirinya sekaligus mendatangkan manfaat untuk dirinya dan untuk orang lain. Manusia beruntung adalah manusia yang baik dan bisa membuat orang lain menjadi baik, manusia yang suci dan mensucikan orang lain, manusia yang tercerahkan dan mencerahkan orang lain. “khairunnaasi ‘anf’ahum linnaasi” (sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain).Demikian sabda Rasulullah saw.
Karena itu reaksi ketiga dan keempat berkenaan dengan tanggungjawab manusia ditengah –tengah masyrakatnya . ia bukan saja harus hidup di atas kebenaran, tetapi juga mesti berusaha menegakkan kebenaran ditengah-tengah masyarakat. Ia bukan saja harus tabah menjalankan kebenaran yang diyakininya , tetapi juga harus berusaha memasyarakatkan ketabahan itu.
Demikianlah sekilas makna yang terkandung dalam Surat Al ‘Ashr, bahwa seseorang akan bisa selamat dari kerugian yang terdapat dalam bentangan zaman, jika ia mampu memberikan reaksi yang tepat sesuai dengan kandungan Surat Al ‘Ashr tadi. Betapa agungnya makna yang terkandung alam Surat ini, hingga diceritakan, bahwa apabila dua orang sahabat Nabi saw berjumpa , maka sebelum mereka berpisah, salah seorang diantara mereka membacakan Surat Al ‘Ashr kepada yang lain. Sesudah itu seseorang diantara mereka mengucapkan salam.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
.
0 komentar:
Posting Komentar