Seorang penyair berkata :
Jika engkau tak takut akibat di kemudian hari
Dan tidak malu, maka lakukunlah segala hal yang engkau kehendaki
Demi Allah, tiada kebaikan dalam kehidupan di dunia
Bila lenyap rasa malu
Manusia hidup dalam kebaikan selama ia merasa malu
Sebagaimana batang yang terjaga selama ada kulitnya
Rasa malu itu ada tiga macam, yaitu :pertama, malu kepada Allah AWT, kedua, malu kepada manusia dan yang ketiga malu kepada diri sendiri.
Rasa malu yang pertama adalah rasa malu terhadap Allah Ta’alaa Rasa malu ini terwujud dengan mematuhi perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangna-larangan-Nya. Hal ini sebagaimana tergambar dalam dialog Baginda Rasulullah bersama para sahabat dalam sebuah majlis.
Rasulullal bekata :”Malulah terhadap Allah dengan rasa malu yang sebenarnya. Salah seorang shabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana kami merasa malu kepada Allah dengan sebenarnya ?.Beliau mejawab : barang siapa menjaga kepala dengan apa yang dikandungnya, serta menjaga perut dan dengan apa ia mengisinya dan meninggalkan perhiasan dunia serta mengingat mati dan bencana yang akan menghampirinya, maka ia telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya.”
Dari dialog antara Rasulullah dengan para sahabat, Nampak bertapa Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat tentang hakikat malu Karena, malu merupakan salah satu sifat mulia dan terpuji. Bahkan, ia merupakan pangkal keimanan. Sabdanya, ''Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya malu.'' Dalam hadis ini rasa malu kepada Allah dapat diwujudkan dengan beberapa hal :
Pertama, menjaga kepala dan pikiran. Maksudnya adalah menjaga seluruh indra yang dikendalikan oleh kepala. Ia tidak mempergunakan indra-indra itu kecuali dalam hal yang diridhai Allah SWT.
Kedua, menjaga perut dan isinya, artinya ia tidak memakan sesuatu kecuali yang halal karena itulah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 172,
''Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu.''
Ketiga, meninggalkan perhiasan dunia. Artinya, ia tidak teperdaya oleh glamor dunia sehingga ia tidak disibukkan oleh hal-hal itu dari mengingat Allah dan akhirat yang merupakan tempat kembalinya.
Allah SWT berfirman,
''Maka, janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu. Dan janganlah penipu (setan) memperdaya kamu terhadap Allah.'' (QS Luqman [31]: 33).
Keempat, mengingat mati dan kehancuran tubuh setelah mati serta membayangkan kematian selalu ada di depan mata. Rasulullah SAW bersabda, ''Perbanyaklah mengingat si pelumat kenikmatan, yaitu kematian.'' (HR At-Tirmidzi).
Inilah perwujudan rasa malu kepada Allah SWT. Rasa malu seperti ini adalah buah dari kekuatan iman dan keyakinan. Sehingga pada hadis yang lain Rasulullah bersabda: “ Sedikit rasa malu adalah kufur, sedang rasa malu adalah ikatan iman . Jika ikatan dari suatu benda lepas maka bercerai-berai dan berantakanlah segala isinya.”
Rasa malu yang kedua adalah rasa malu terhadap manusia. Hal ini terwujud apabila kita menjaga pandangan dari sesuatu yang tidak halal dari mereka. Seorang bijak ditanya tentang orang fasik, dia menjawab: orang fasik adalah orang yang tidak menjaga pandangannya dari pintu-pintu manusia dan aurat mereka. Rasa malu terhadap manusia juga berarti menampilkam akhlak yang baik terhadap mereka, tidak mengganggunya dengan akhlak yang buruk dan tidak melakukan perbuatan maksiat atau kebiasaan buruk di hadapan mereka, juga tidak berbicara dengan perkataan-perkataan yang tidak pantas di dekatnya, apalagi perkataan yang keji. Termasuk rasa malu terhadap manusia adalah menghargai setiap orang yang memiliki keutamaan dan menghargai orang-orang yang patu dihargai menurut derajat mereka, seperti orang tua, para guru dan orang-orang yang telah bearbuat baik kepada kita.
Rasa malu seperti ini Insya Allah akan mejadikan kita memiliki harga diri, kebenaran, keberanian,kemurahan hati, kebijakan dan kejujuran. Dan sekaligus mencegah kita dari perbuatan-perbuatan rendah seperti kikir, bohong , khianat dan berbagai macam sifat buruk yang lainnya.
Rasa malu yang ketiga adalah rasa malu terhadap diri sendiri. Ini berarti bahwa sebagaimana kita malu untuk melakukan perbuatan buruk dihadapan orang lain maka hendaknya kita lebih malu untuk melakukannya tatkala kita sendirian. Seorang bijak berkata :’ Barangsia yang tidak merasa malu melalukan perbuatan buruk ketika sendirian sedangkan ia malu apabila melakukannya secara terang-terangan, maka sesungguhnya ia tidak menghargai dirinya sendiri. Maka hendakya kita lebih merasa malu terhadap diri sendiri daripada orang lain.
Seorang penyair berkata :
Perbuatanku yang tersembunyi seperti terang-terangan, dan inilah watakku.
Gelapnya malamku seperti terangnya siangku.
Jika kita telah mampu untuk merasa malu pada diri sendiri, maka Insya Allah itu menunjukkan bahwa isi hati kita baik dan sekaligus merupakan pengetahuan akan derajat diri kita. Mudah-mudahan ketiga rasa malu ini terkumpul di dalam diri kita sehingga lengkaplah di dalam diri kita hal-hal yang menimbulkan kebaikan dan lenyaplah hal-hal yang menimblkan keburukan. Disamping itu mudah-mudahan kita memperoleh ridlo dan cinta Allah SWT.