” Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan menganugrahkan pemahaman yang dalam tentang agama.”
Hadits ini mengisyaratkan bahwa kualitas kebaikan seseorang tergantung dari kualitas pemahaman mereka terhadap agama. Derajat keberagamaannya tergantung pada kedalaman pemahaman mereka terhadap ajaran agama. Semakin paham ia tentang agama, semakin besar kebaikan yang dilimpahkan oleh Allah kepadanya dan semakin baik pula tingkat keberagamaannya. Dengan memahami agama secara utuh maka seseorang akan melaksanakan setiap ibadah dengan penuh keyakinan dan tidak diliputi oleh keraguan. Dengan pemahaman yang utuh seseorang akan bisa melaksanakan ibadah sebagaimana mestinya. Mereka shalat dengan benar, berpuasa dengan benar. Demikian juga bemuamalah dengan benar. Namun sebaliknya , ketika pemahaman agama seseorng tidak sempurna, maka besar kemungkinan ia akan menjalankan agamanya juga tidak sempurna. Kita sering melihat ada orang yang menonjol dalam melaksanakan ibadah mahdhah, akan tetapi hubungan muamalah dengan masyrakatnya kurang. Ada orang rajin mendirikan shalat, namun kadang masih suka menyakiti orang lain. Ada orang yang sholeh secara ritual , namun tidak mempunyai keshalehan sosial. Hal ini disebabkan karena pemahaman agama yang kurang sempurna.
Agama sesungguhnya tidak hanya terdiri dari sistim peribadatan saja, atau keimanan saja, namun agama merupakan sebuah aturan yang sempurna yang mengantur sistim keimanan, sistim peribadatan dan juga mengatur pola hubungan dengan sesama manusia maupun dengan alam. Di dalam agama Islam ada tiga pilar yang tidak bisa dipisahkan, yaitu; iman , islam dan ihsan. Dimana iman berfungsi sebagai muharrik atau penggerak. Islam berfungsi sebagai muayyid atau bukti dan ihsan sebagai mukammil atau penyempurna.
Iman sebagai penggerak bermakna, bahwa setiap gerakan dan aktifitas kita agar digerakkan oleh keimanan kita kepada Allah bukan oleh hal-hal yang lain. Ini sebagaimana dilaksanakan oleh para sahabat-sahabat Nabi yang utama. Dimana kehidupan mereka semua bernilai ibadah. Aktifitas mereka dari yang terkecil sampai yang besar mempunyai nilai ibadah. Ini disebabkan karena semua yang mereka kerjakan berangkat dan digerakkan oleh keimanan mereka yang kuat terhadap Allah swt. Mereka mampu menjadikan iman sebagai penggerak segala aktifitas mereka. Ketika mereka berniaga, mereka tidak semata mata mencari keuntungan duniawi. Apatah lagi ketika mereka beribadah. Mereka mengikhlaskan semua aktifitas mereka hanya untuk Allah. Berbeda dengan kondisi kita saat ini, betapa banyak hal yang kita lakukan tidak berangkat dari keimanan kita. Kita tidak menjadikan iman sebagai penggerak kita. Bahkan ibadah kitapun boleh jadi tidak berangkat dari keimanan kita kepada Allah swt. Apalagi aktifitas-aktifitas yang bersifat duniawi. Hal ini seperti yang disinyalir oleh baginda Rasulullah saw, dimana beliau bersabda :
”Betapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak memperoleh apapun dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.”
Pada hadits ini dapat kita pahami dengan jelas betapa apapun yang kita lakukan yang tidak digerakkan oleh keimanan kita hanya akan menjadi sia sia belaka.
Diantara kita ada yang menjadikan uang sebagai penggerak. Sehingga jika tidak ada uang mereka tidak bergerak. Akibatnya banyak terjadi pengangguran, karena orang enggan melakukan sebuah perbuatan jika tidak ada uangnya. Mereka lebih memilih untuk berpangku tangan sambil berharap akan datangnya bantuan, dari pada bergerak dan bekerja. Mereka lupa bahwa Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya menderita. Mereka lupa bahwa Allah pasti memenuhi janji-Nya. Allah swt berfirman dalam surat Al Zilzalah :
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Dalam perniagaan, banyak pedagang hanya digerakkan oleh banyang-bayang akan keutungan materi yang sangat bersifat duniawi dan mengabaikan keuntungan ukhrowi. Apapun akan dilakukan demi memperoleh keuntungan. Seperti yang kita saksikan bersama, ketika terjadi kelangkaan BBM, beberapa pedagang melakukan penimbunan minyak, untuk kemudian dijual kepada masyarakat dengan harga yang tinggi. Tidak dipungkiri bahwa mereka memang mendapat keuntungan tinggi ,namun saat bersamaan mereka sesungguhnya tidak mendapatkan apapun kecuali hinaan dan celaan, sementara keuntungannya tidak mendatangkan berkah apapun. Tidak membuat mereka tambah tenang dan tidak juga membuat mereka tambah bahagia. Ini berbeda dengan pedagang yang digerakakan oleh iman. Mereka meskipun mencari keuntungan, namun lebih mengharapkan ridlo Allah. Sehingga dalam berniaga mereka sangat memperhatikan prosedur standar yang sesuai dengan tuntunan Allah. Dan ketika memperoleh keuntungan, mereka akan mengelola dan menginfakkan harta mereka di jalan Allah.
Dalam dunia politik, kita menyaksikan kerumunan orang yang terlibat dalam dunia politik lebih banyak digerakkan oleh nafsu ingin berkuasa dan untuk memperoleh kepentingan pribadi dan kelompoknya saja. Dukungan terhadap seorang calon pemimpin, lebih digerakkan oleh bayangan keuntungan yang akan diperoleh dari sang calon pemimpin, apakah berupa uang , jabatan atau hal lainnya. Pada akhirnya kitapun nanti akan memperoleh pemimpin yang hanya memandang kita karena uang. Pepatah Arab mengatakan :
“Sebagaimana diri kalian , seperti itulah pemimpin kalian.”
Jika kita mendukung seseorang bukan karena iman, maka iapun akan memperlakukan kita tanpa iman. Sebalikya ketika memilih atau mendukung pemimpin dengan ikhlas, mudah-mudahan Allah berkenan meberikan kita pemimpin yang Ikhlas .
Demikian juga dengan berbagai macam aktifitas di berbagai medan kehidupan. Jika aktifitas-aktifitas tersebut tidak digerakakan oleh iman, maka itu semua hanya akan menjadi amal yang sia sia . Iman menjadi penentu apakah perbuatan itu bernilai ibadah atau tidak. Sebuah perbuatan meskipun nampaknya seperti perbuatan untuk urusan akhirat, jika tidak digerakkan oleh iman, maka perbuatan itu tidak bernilai ibadah, sebaliknya jika sebuah perbuatan , meskipun nampaknya untuk urusan dunia jika digerakkan oleh iman maka akan bernilai ibadah.
Mudah-mudahan Allah berkenan menganugrahkan kepada kita pemahaman yang dalam tentang agama, menganugrahkan keimanan yang sempurna dan keyakinan yang benar. Keimanan yang mampu membuat kita bergerak maksimal untuk mengapai ridlo-Nya. Iman yang mendorong kita untuk giat beramal sholeh, mengerjakan hal-hal yang diridloi oleh Allah. Sehingga kitapun memperoleh apa yang dijanjikan oleh Allah swt sebagaimana dijelaskan dalam Surat al Kahfi ayat 107 :
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,”
0 komentar:
Posting Komentar