Minggu, 30 September 2012

REFLEKSI KEISLAMAN


Ada suatu prinsip dalam beragama yang sering kita abaikan, sering dikalahkan untuk memenuhi tuntutan nafsu. Prinsip tersebut adalah pola hubungan antara muslim dengan Tuhannya, Allah Swt. Sebagian orang sangat formal menjalin hubungan dengan Sang Maha Pencipta, seolah-olah ada jarak yang sangat jauh dengan-Nya, seperti kebiasaan manusia membuat jarak karena status sosial. Kita lupa bahwa Allah Swt akan senantiasa dekat dengan hambaNya yang mendekatkan diri. Sebagaimana firmannya, وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, (katakanlah) Aku dekat, Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaKu, Maka ia hendaklah menunaikan perintahku dan hendaklah beriman kepadaKu, agar mereka mendapat petunjuk (Al-Baqarah 186) Bahkan Allah menegaskan betapa dekatnya Dia dengan manusia, hambanya. Sebagaimana firmannya dalam surat Qaaf ayat 16 : وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ "Dan sesungguhnya kami menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang tegores dalam hatinya. Dan Kami lebih dekat kepadannya daripada urat lehernya" Ukuran kedekatan manusia dengan Penciptanya tidak diukur dengan ruang dang waktu. Tak sedetik atau sehelai rambut yang yang dijadikan ukuran, tetapi kedekatan transendental, kedekatan munajat tanpa antara dan tanpa perantara. Ukuran kedekatan adalah kadar kecintaan kita kepada-Nya. Seorang pencinta tak akan pernah lupa, pada sang Kekasihnya. Setiap saat, setiap relung jiwanya secara sadar dan tulus hanya terisi oleh kecintaan terhadap Allah. Seperti firman Nya : أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ Artinya : "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah diperoleh ketentraman hati" (Ar-rad 28) Tak sedetikpun ia ingin berpaling walau dalam keadaan yang paling sulit. Segala yang dilakukan dan yang dihasilkan adalah wujud dan buah kecintaan dan kesetiannya kepada Yang Maha Kasih - Ungkapan dan sikapnya benar-benar manifestasi dari kepasrahan dalam mengemban kalimat "Bismillahirrahmanirrahim" Manis atau pahit perjalanan hidupnya diterima dengan rasa sukur dan tawakkal. Ia tak pernah berburuk sangka terhadap Allah, walaupun ia hanya menerima derita dan kekurangan sebagai buah usaha kerasnya. Ia segera mengembalikan kepada dirinya bahwa kegagalan bukan karena semata-mata kehendak Allah tetapi karena faktor manusia. Sikap kecintaan dan kepasrahan yang total seperti itulah yang harus dibangun jika kita memilih Islam sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Kecintaan dan sikap pasrah yang total ini sekaligus merupakan benteng seorang muslim terhadap segala bentuk godaan karena Allah akan membalas kecintaannya dengan ampunan, sebagaimana firmannya : قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ Artinya : "Katakanlah (Wahai Muhammad), jika engkau mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian" Ali Imran -31. Manifestasi kecintaan kita kepada Allah Swt, disamping taat beribadah, melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangannya juga harus membangun kepribadian yang dapat menerima dan memancarkan kecintaan kepada Allah maupun kepada sesama makhluk. Membangun kepribadian seperti itu harus ditegakkan dengan kerangka keimanan, ketaqwaan, keihlasan dan kesabaran, yang merupakan satu kesatuan yang menjadi citra diri seorang muslim, dalam membuhul hablumminallah dan hablumminanas. Iman yang kuat yang mewujud dalam perilaku akan melahirkan ketaqwaan, ketaqwaan mewujud dalam keihlasan dalam menjalani hidup dan kesabaran menerima segala tiba. Demikian banyak fimran Allah dalam Al-Qur'an yang menunjukkan bagaimana membangun citra diri yang dicintai Allah. Demikian juga ayat-ayat tentang betapa cintanya Allah kepada hambanya yang mampu membangun citra diri yang siap menerima dan memancarkan cinta ilahiyah seperti itu. Untuk itu , marilah kita membuka hati kita untuk mencari cinta dan ridha Allah dengan menggali Al-Qur'an sebagai acuan dalam membangun kepribadian, seperti kepribadian dan akhlaq Rasulullah. Firman Allah dalam surat Maryam ayat 96 : إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal kebajikan Yang Maha Pemurah akan mengaruniai mereka kasih sayang" Siapa yang tidak merindukan kasih sayang Allah, pada dasarnya ia telah terjerembab kedalam kenistaan karena kesombongannya. Nauzubillahi min zalik. karena orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah dari segala sesuatu yang ada didunia. Sebagaimana firmannya : وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ "Dan orang-orang yang beriman lebih besar cintanya kepada Allah" Al-Baqarah 165. Selanjutnya marilah kita perhatikan sabda Rasulullah yang menunjukkan jalan menuju kenikmatan iman dengan cinta Allah : عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ "Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu : Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari yang lain ; mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci untuk kembali kepada keingkaran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka ( Bukhari Muslim)" Maka Islam sebenarnya menyerukan cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul, cinta kepada agama, akidah serta memerintahkan untuk menebarkan cinta kasih kepada sesama manusia dan makhluk secara umum. Untuk menegaskan hal ini, Rasulullah bersabda : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ Artinya : "Demi zat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk surga jika kamu tidak beriman, dan kami tidak beriman dengan sempurna jika kamu tidak saling mencintai. Maukah kamu kutunjukkan jalan untuk saling mencintai ? 'Sebarkanlah salam diantara kalian" (Muslim) Hadis ini jelas menunjukkan bahwa untuk masuk sorga seseorang harus beriman, kualitas keimanan seseorang tergantung pada kualitas cintanya. Maka cinta kepada Allah adalah syarat dalam iman, hukum dalam akidah dan menjadi asas bagi agama.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers