Pada tahun 1940, TGH. Abdul Hamid membuat sekitar 400 pondok di lokasi yang baru ini. Sesudah pondok ini rampung, Tuan Guru memindahkan santri-santrinya ke lokasi yang baru. lokasi ini lebih luas, lebih nyaman dan aman. sedangkan TGH. Abdul Hamid pulang pergi antara Pagutan dan Jurang Satek, dua hari dalam seminggu (kamis dan jum'at) berada di Pagutan dan lima hari selebihnya berada di Mantang.
Pada masa pendudukan Jepang sekitar tahun 1942, pondok ini di ambil alih oleh penjajah Jepang sebagai asrama tentara. Separuh di tempati oleh tentara Jepang dan separuhnya ditempati oleh santri.
Ketenangan santri mulai tidak aman lagi dan tahun 1944 asrama tentara yang tidak lain adalah Pondok Pesantren Nurul Qur'an di bombardir oleh tentara sekutu dan semuanya di bumi hanguskan dan rata dengan tanah.
Tuan Guru Haji Abdul Hamid kembali membawa sisa-sisa muridnya ke Pagutan ke lokasi semula. Setelah TGH. Abdul Hamid wawat, pondok ini di wakilkan oleh putra beliau yakni TGH. Ahmad Mali, sementara lokasi pondok tetap dua tempat, sebagian ada di Jurang Satek dan sebagian ada di Pagutan. Pada tahun 1961-1970 pondok ini tidak saja di pimpin oleh TGH. Ahmad Mali, tetapi di bantu oleh putra beliau yakni TGH. Mustadjab.
0 komentar:
Posting Komentar