Allah SWT berfirman :
Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. dan
berkatalah Ibrahim: "Sesungguhnya Aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); Sesungguhnya dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
Secara bahasa, hijrah berasal dari kata-kata “ ha-ja-ra ” yang berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik. Dalam kajian sejarah hijrah bagi ummat Islam adalah peristiwa yang sangat mulia dimana nabi Muhammad saw berpindah dari kota kelahirannya Makkah al Mukarramah ke Madinah. Hijrah merupakan sunatullah bagi mereka yang menginginkan hidup lebih baik. Jika kita menelusuri sejarah perjalanan ummat manusia maka kita akan dapat melihat bahwa hijrah tersebut merupakan untaian sejarah yang diperlukan bagi perkembangan hidup manusia. Nabi Adam berhijrah dari Surga ke atas permukaan bumi untuk mengemban amanat khalifah. Nabi Nuh berhijrah dengan kapal yang menyelamatkan beliau dan pengikutnya dari bencana banjir. Nabi Ibrahim berhijrah dari negeri Babilonia ke negeri Mesir dan negeri Palestina. Nabi Ismail hijrah dari negeri Palestina ke kota Makkah. Nabi Musa hijrah dari Mesir ke negeri Palestina. Nabi Yusuf hijrah dari Palestina ke negeri Mesir.
Dalam Kitab suci al Quran kita dapati sekian banyak ayat yang mengandung kata-kata hijrah. Diantaranya :
“
Bangunlah orang yang berselimut, lalu berilah peringatan dan agungkanlah
Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan tinggalkan segala perbuatan dosa “ ( Surah
Al Muddasir : 1-5).
Dari ayat ini dapat kita simpulkan
bahwa hijrah juga dapat berarti meninggalkan perbuatan dosa. Di ayat yang lain
dinyatakan
“ Dan bersabarlah
terhadap apa yang mereka ( orang kafir ) ucapkan dan jauhilah mereka dengan
cara yang baik “ ( Surah Al Muzammil: 10 ) .
Dari ayat ini hijrah berarti kita harus
dapat menjauhi kawan dan lingkungan yang tidak baik dan mencari lingkungan yang
lebih baik dengan cara yang baik dan bijaksana.
Dalam surat AlAnkabut, Nabi Ibrahim berkata : “Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat yang diperintahkan Tuhanku “( Surah Al Ankabut : 26 ). Dari ayat ini jelas bahwa hijrah adalah suatu usaha untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh Tuhan. Dalam ayat yang lain disebutkan : “ Mereka (orang kafir ) ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, dan kamu akan sama dengan mereka. Maka janganlah kamu menjadikan mereka sebagai penolongmu hingga mereka berhijrah pada jalan Allah “ ( Surah Annisa : 89 ). Dari ayat ini jelas disebutkan orang kafir akan selalu berusaha menjadikan ummat Islam agar mempunyai sikap hidup, tradisi, budaya, cara berpikir, cara bekerja, cara berdagang, cara berpakaian, cara hidup yang sama dengan cara dan pola mereka.
Jika kita melihat dan memperhatikan kondisi pada saat sekarang ini, bagaimana hebatnya pengaruh barat dalam kehidupan muslim sehinga cara berpikir, gaya hidup dan budaya ummat Islam sama dengan cara berpikir mereka, gaya hidup dan budaya bukan islam. Kita disibukkan oleh hidup keduniaan dengan memakai gaya hidup materialis ( hanya mementingkan materi ) , atau gaya hidup hedonis ( berbuat sesuai dengan hawa nafsu ) dan tidak pernah memikirkan bahwa di akhirat nanti masih ada kehidupan yang lebih abadi. Kegiatan sehari-hari telah terpisah dari nilai - nilai agama ( hidup sekular ) dan sehingga agama hanyalah urusan individu belaka. Kita berekonomi dengan gaya kapitalis yang penuh dengan unsur riba, dan tanpa memperdulikan nilai-nilai agama dan moral. Mereka yang kaya terus bertambah kaya dan yang miskin tetap dibiarkan miskin; tidak ada perhatian si kaya kepada si miskin. Harta adalah milik mutlak pribadi dan tidak lagi mempunyai unsur sosial apalagi unsur ibadah. Nilai-nilai akhlak dan moral tidak lagi menjadi dasar dalam bertindak, tetapi yang menjadi dasar adalah nilai keuntungan dan manfaat.
Dalam bekerja yang menjadi tujuan utama
adalah uang, karier, popularitas. Mencari ilmu juga dengan tujuan sekular, agar
nanti dapat kerja, kedudukan, titel dan lain sebagainya. Hubungan keluarga,
antara anak dan bapak hanya sekedar hubungan darah, sehinga rumah hanya tempat
tinggal, bukan tempat mendapatkan ketenangan hidup. Hubungan kekeluargaan tidak
lagi mempunyai nilai spiritual , sehingga boleh jadi seorang anak tidak hormat kepada orangtuanya, dan seorang bapak
tidak lagi peduli dengan kemaksiatan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Dalam
berpakaian masalah aurat tak lagi diperdulikan,
dan rasa malu tidak lagi dipertimbangkan.. Busana hanyalah hiasan dan fashion
belaka bukan sebagai penutup aurat. Demikian juga dalam berbagai bidang yang yang
lain pedoman agama semakin ditinggalkan. Ini adalah beberapa bentuk sikap hidup yang
tanpa sadar telah banyak mempengaruhi sikap hidup ummat Islam.
Inilah sebabnya setiap pergantian tahun
kita namakan dengan tahun hijrah, sehingga dapat melihat batas-batas keimanan
dan kekafiran dalam hidup setahun yang lalu sehingga dapat merubah cara hidup
itu kepada yang lebih islami. Inilah makna hijrah . Hijrah dari kondisi yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, kepada cara dan pola hidup yang lurus
dengan niat hanya mencari keridhaan Ilahi. Hijrah berarti juga usaha untuk
mengembangkan potensi diri agar diri lebih baik sehingga dapat mengemban amanat
khalifah di muka bumi. Hijrah dalam karier berarti berusaha untuk meningkatkan
karier . Hijrah dalam ilmu juga berarti berusaha untuk mencari ilmu yang lebih
banyak. Hijrah dalam harta berarti berusaha mencari kekayaan yang lebih banyak
dengan cara yang halal. Semua aktifitas tersebut kemudian hanya diniatkan untuk
mencari ridla Allah.. Itulah sebabnya hadis hijrah diletakkan dalam hadis niat
sebagaimana sabda Rasul:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ
مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“
Sesungguhnya setiap pekerjaan itu akan dinilai sesuai dengan niat dan motivasi
dalam melakukannya. Oleh karena itu setiap orang akan mendapat balasan ataupun
hasil sesuai dengan niat dan motivasinya tersebut. Maka barangsiapa yang
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan sampai kepada Allah
dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang melakukan hijrah karena mencari dunia atau
mencari wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya akan sesuai dengan apa
yang diniatkan“.
Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa niat dan motivasi berbuat adalah ukuran dari segalanya. Niat dan motivasi tersebut biasanya berdasarkan pada tiga hal. Pertama, hidup dan berbuat sesuatu dengan niat dan tujuan mencari kepuasaan keduniaan seperti mencari populeritas, mencari kedudukan, mencari kekayaan, dan lain sebagainya. Inilah sikap seorang materialis. Kedua, ada lagi manusia berbuat bukan mencari populeritas, kedudukan atau pangkat tetapi mencari kepuasan hawa nafsu, seperti untuk bersenang-senang , berfoya-foya, dan lain sebagainya. Inilah yang dinamakan hidup hedonis, yaitu hidup hanya untuk mencari kesenangan dan kepuasan belaka. Yang ketiga adalah hidup dan bekerja dengan niat mencari keridhaan Allah dengan cara menjalani petunjuk-Nya dan mengikuti cara hidup yang telah dicontohkan oleh rasul-Nya Muhammad saw. Inilah cara hidup seorang muslim.
Dari keterangan di atas, mari kita
teliti cara hidup kita selama ini. Sudahkah kita hidup, bekerja, berkeluarga,
mendidik anak, memberi makan anak, berdagang, berkarya, berkarier, belajar,
mencari ilmu, menjadi guru, mengajarkan ilmu, menjadi ustadz, menjadi direktur,
menjadi ayah, menjadi pemimpin, menjadi pengurus, menjalankan ibadah shalat,
menunaikan zakat, menunaikan rukun haji, mendatangi majlis pengajian, menjadi
dosen, menikah, berpakaian, berpenampilan, benar-benar dengan niat mencari
keridhaan Allah, dengan niat menjalankan sunnah Rasulullah, atau karena mencari
kepuasan materi dan hawa nafsu..? Sudah selayaknya setiap kita memasuki bulan
Muharram di awal tahun hijriyah ini kita mengadakan hijrah dalam niat dan
motivasi dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, sebagaimaan dikatakan oleh
Umar bin Khatab : Hijrah adalah sesuatu yang memisahkan antara kebenaran dan
kebatilan
0 komentar:
Posting Komentar