Kamis, 16 September 2010

Kalau TKI Mudik Lebaran…..


Banyak cerita tentang tenaga kerja diluar negeri yang seringkali membuat miris. Tidak hanya cerita sedih tentang nasib mereka yang lebih banyak diperlakukan tidak layak tapi juga soal gaya hidup para TKI yang terkadang menjadi ukuran kesuksesan mereka di kampung. Maksudnya, banyak juga TKI yang tergolong sukses mendapatkan pekerjaan di negara tujuan dan digaji besar namun karena kurang pandai menjaga diri akhirnya harus pulang `seadanya`. Sialnya, masyarakat cenderung mencap TKI yang baru pulang bekerja sebagai `orang kaya`. Anggapan tersebut mungkin tak salah benar karena para TKI tersebut bekerja sesuai kontrak. Ada yang dua sampai tiga tahun dan bergaji besar pula. Dengan begitu, masyarakat berharap kalaupun tak dapat menyumbang lapangan pekerjaan baru bagi yang lain sepulang ke kampung, setidaknya TKI bersangkutan siap dengan modal yang cukup untuk membuka usaha bagi dirinya sendiri atau sekali lagi mendaftar sebagai TKI.
Amir (40 tahun, bukan nama sebenarnya) warga Presak Timur ini punya kesempatan pulang pada Lebaran tahun ini. Sejak enam tahun lalu, ia bekerja di salah satu kawasan industri di Korea Selatan. Sebagai TKI, kepulangannya kali ini adalah yang kedua setelah tiga tahun lalu ia memutuskan kembali ke Korsel dan kembali memperpanjang kontrak kerja.
Berdasarkan data Posko Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Bandara Selaparang Mataram, jumlah kepulangan TKI menjelang puasa dan lebaran setiap harinya mencapai 200 orang atau selama bulan Ramadhan ini TKI pulang kampung melalui Bandara Selaparang Mataram, mencapai 2.500 orang, sementara mereka yang pulang melalui jalur penerbangan domestik dan darat, tidak terdata, diperkirakan lebih dari 2000 orang .Menurut data BP3TKI jumlah TKI asal Lombok di Luar Negeri tahun ini mencapai 39.661 orang , menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 53.731 orang . Sebagian dari mereka pulang kampung sejak Januari sampai dengan September 2010 ini . (infosketsa.com ).
Lombok Timur (Lotim) merupakan basis pengirim terbanyak bagi NTB. Tidak kurang dari 12.012 orang TKI telah dikirim selama kurun waktu tahun 2010. Menurut catatan BNP2TKI, Desa Bagik Puyung Selatan adalah penyumbang terbanyak TKI yang dikirim ke berbagai negara tujuan. Jumlahnya pada tahun ini saja mencapai 700 orang dengan nilai devisa hampir Rp 160 miliar lebih. Untuk negara tujuan, Malaysia masih menempati posisi teratas. Di tengah isu ketegangan hubungan Malaysia – RI, nyatanya baik pemerintah maupun masyarakat sama sama antusias dengan ekspor tenaga kerja ini. Dikatakan Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat persoalan TKI Malaysia lebih dikarenakan tidak adanya legalitas atau dokumen resmi yang dimiliki para TKI illegal yang notabene tak tercatat di lembaga yang menanganani TKI ini. Padahal selain Malaysia, pemerintah NTB juga telah mengirim TKI NTB ke negara tujuan seperti Amerika Serikat dan Kanada selain Arab Saudi dan Negara Asia lainnya seperti Jepang dan Singapura. Untuk Amerika dan Kanada yang disebut sebagai era baru TKI, pilihan bidang pekerjaan pun kian beragam dengan gaji berkisar antara Rp 15 sampai Rp 35 juta perbulan. (lombokpost.co.id)
Nah seperti juga kebanyakan warga Presak Timur atau Pagutan, Negara tujuan para TKI didominasi Jepang dan Korea Selatan. Seperti pengakuan Jamhur (35 tahun), ia memilih Korea Selatan sebagai tujuan karena relative lebih `tenang` dalam hal penempatan tenaga kerja. Hal inipun diamini Thoriq (34 tahun) warga Presak Timur lainnya yang sama sama bekerja di Korea Selatan. Tentunya bagi mereka yang bekerja disana sebagai TKI resmi. Selain pendapatan yang lebih besar, situasi kerja dan budaya masyarakat di Korea Selatan lebih mengena di hati mereka.
Dikatakan Thoriq, sebagai negara maju, Korea Selatan yang sejajar dengan Jepang dalam hal industri relative lebih tertib dan professional dalam menangani persoalan tenaga kerja. Meski diakuinya pula, banyak juga TKI Indonesia khsusunya Lombok yang berstatus illegal setelah masa kontrak mereka berakhir. Walaupun menjadi masalah namun jarang terdengar perlakuan buruk menimpa TKI yang bekerja di Jepang ataupun Korea Selatan. “Pemerintahnya pun sangat perhatian dan memberikan dukungan yang cukup bagi kami para pekerja migrant.” tegas Thoriq.
Amir, TKI yang setelah libur Lebaran usai memutuskan untuk kembali lagi ke Korea Selatan ini mungkin salah seorang warga yang punya visi berbeda tentang bekerja diluar negeri. Tak sekadar mencari uang, Amir mengaku jatuh cinta dengan kehidupannya di Korea Selatan. Meski dengan begitu, ia harus rela berpisah dengan istri dan anak anaknya karena telah memiliki keluarga lain disana. Bagi Jamhur, yang sempat bekerja selama sepuluh tahun di negeri Ginseng itu merasa cukup dengan yang ia dapatkan sekarang. Ia yang kini tinggal dengan istri di rumah baru dengan membuka usaha kos kosan ingin mengembangkan usahanya. Ada sepuluh kamar kos siap huni dan sedikit tabungan di bank membuatnya enggan kembali ke Korea Selatan. Berbeda dengan Thoriq yang tiba di Lombok menjelang Lebaran kemarin masih menikmati kedatangannya di Lombok. Ia masih sibuk bersilaturrahmi dan tengah mempersiapkan beberapa usaha yang akan dimulainya nanti. Zammi Suryadi

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers