Selasa, 28 September 2010

Hujan Datang Jalanpun Tergenang

Kampung Presak Timur terindikasi menjadi daerah rawan banjir. Hal ini terungkap dari hasil pemetaan lingkungan pemukiman yang dilakukan tim Penataan Lingkungan Berbasis Komunitas (PLP-BK), Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Sami Karya Pagutan. Dikatakan Jayadi, ketua Tim ahli Pendamping Program (TAPP) BKM Sami Karya Pagutan, hal ini disebabkan karena tingginya sediment atau endapan di dasar aliran Sungai Unus yang membelah Kampung Presak Timur. Drainase primer ini di beberapa titik terdapat pintu pembagi air yang berimbas terlintasnya semua wilayah Pagutan oleh sungai tersebut. Di Kampung Presak Timur, saluran irigasi sungai ini mengalir di kedua sisi utara dan selatan kampong dengan ketinggian rata rata saat ini 1,5 meter dengan lebar rata rata 3 meter.

Menurut keterangan salah seorang warga, Sadik (45 tahun), kedua saluran Sungai Unus yang membelah kampungnya dulunya sekitar 20 tahun lalu saat ia masih anak anak adalah aliran sungai yang cukup dalam. Ia menyayangkan belum ada tindakan dari pihak pihak berwenang mengatasi masalah pengerukan ini. Ia bahkan menceritakan bahwa aliran sungai Unus yang disebelah Selatan pada tahun 2004 silam pernah meluap dan menggenangi ruas jalan lingkungan hingga radius beberapa meter dengan ketinggian mata kaki orang dewasa.

“Sedimen atau endapan ini berasal dari warga sendiri yang masih membuang sampah ke dalam saluran Kali Unus juga sediment yang terbawa dari Hilir. Makanya daerah ini kami waspadai sebagai daerah rawan banjir,” terang Jayadi.

Waspadalah! Kata populer milik salah satu tayangan criminal di sebuah televise swasta itu mungkin bisa mewakili kondisi Mataram saat ini. Namun kali ini, yang perlu diwaspadai bukan trend kriminalitas tapi bencana. Ya, bencana banjir dan angin puting beliung yang baru baru ini terjadi di lingkungan Dasan Kolo Baru, Kelurahan Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela, di pinggiran selatan Kota Mataram membuat petinggi kota seperti kewalahan. Padahal, waspada berarti mencegah sekaligus mengantisipasi datangnya bencana lebih awal. Sehingga korban materi atau mungkin korban nyawa bisa dihindarkan. Menyalahkan datangnya musim hujan dan pancaroba mungkin tak masuk akal meski penyebab terbaru adalah anomaly cuaca (cuaca tak menentu) akibat pemanasan global. Tapi penyebab yang terakhir ini sesungguhnya juga telah diwaspadai jauh jauh hari agar tak menimbulkan masalah.

Namun demikian, bencana memang tak dapat diramalkan atau diatur sedemikian rupa meski musim penghujan yang kerap disertai angin puting beliung itu memiliki siklus tahunan yang teratur.

Pemukiman yang dulunya aman dari banjir, kini tak luput dari genangan banjir, tulis harian LombokPost edisi 26 September. Dari beberapa daerah rawan banjir baru seperti disebutkan LombokPost seperti Kekalik Kijang, Babakan Kebon dan Karang Bata jelas jelas merupakan daerah pinggiran yang berkontur lebih rendah sehingga luapan air yang berasal dari daerah sekitar yang lebih tinggi sudah pasti menyebabkan banjir di daerah daerah ini. Buruknya drainase di kota akibat pembangunan membabi buta menyebabkan air cepat meluap jika curah hujan sedang tinggi. Hal ini juga diakui oleh pihak Bappeda Kota Mataram.

Daerah rawan banjir baru seperti disebutkan diatas mungkin saja akan bertambah daftarnya. Mengingat musim penghujan dan data dari BMKG Mataram masih akan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan. Tak luput, jalan jalan utama seperti jalan Panca Usaha, dan jalan Sriwijaya dipastikan tergenang. Jika melihat kondisinya, jalur jalan utama ini dipenuhi oleh bangunan ruko yang berada lebih tinggi dari bahu jalan. Belum lagi soal drainase yang memang tak berfungsi samasekali. Jika tak hujan, ruas jalan sekitar perempatan Granada sudah dipenuhi lubang baru yang mengganggu kenyamanan sekaligus membahayakan pengguna jalan. Walikota Mataram, H Ahyar Abduh mengatakan pihaknya telah melakukan program jangka pendek penanggulangan banjir dengan membongkar saluran drainase yang tak berfungsi. Namun untuk mengurusi drainase di kota saja, pemerintah kota mengaku memiliki keterbatasan. Apalagi memperhatikan drainase pinggir kota dalam waktu cepat. Padahal program seperti ini haruslah dilakukan jauh jauh hari sebelumnya. Untuk itu, rembuk warga seperti yang dilakukan oleh warga Kampung Presak Timur beberapa waktu lalu terkait drainase patut diberikan dukungan. Zammi Suryadi

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers