Bismillahirrahmanirrahiim…
Ketulusan adalah sikap ikhlas
yang ditunjukkan oleh seseorang kepada orang lain sebagai refleksi kebaikan dan
kasih sayang yang ada, secara spontan tanpa pamrih dan tanpa beban.
Ketulusan seseorang dengan yang
lainnya tidaklah sama kadarnya. Ini tergantung kepada sikap masing-masing
terhadap kehidupan, terhadap keyakinan akan imannya, terhadap kecintaannya
kepada Tuhannya masing-masing.
Semakin dalam iman seseorang,
semakin tinggi kecintaannya kepada Tuhannya, maka ia akan semakin tulus dan
ikhlas dalam melakukan apapun yang hendak dilakukannya.
Ketulusan ini erat kaitannya
dengan keikhlasan. Karena seseorang tidak akan mampu berbuat tulus jika dalam
hatinya ia tidak ikhlas melakukan suatu perbuatan, dan masih merasa adanya
beban atau masih mempunyai pamrih atas perbuatan yang dilakukannya.
Sebuah tindakan mungkin tidak
berarti atau sangat ringan bahkan tidak terasa dilakukan oleh si A misalnya,
karena ia benar-benar tulus serta ikhlas dalam melakukannya, tanpa beban dan
tanpa mengharap balasan sesuatupun atas apa yang dilakukannya. Namun lain bagi
si B, ia merasa sangat berat, sepertinya tidak mampu melakukan apa yang harus
dilakukan oleh si A, karena didalam hatinya tidak ada keikhlasan, tidak ada
ketulusan, dan ia adalah orang yang selalu menghitung-hitung setiap pemberian
kepada orang lain, selalu mempunyai pamrih dalam setiap apapun yang dia lakukan
kepada orang lain.
Sikap tulus dan ikhlas adalah
kondisi, yang tidak bisa dipunyai seketika atau diperoleh dengan tiba-tiba. Ia
adalah cerminan dari kebersihan jiwa dan kebaikan hati. Ia adalah sikap bawah
sadar yang akan muncul secara spontanitas apabila diperlukan. Ia harus dilatih
sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan kalau perlu.
Sebuah ketulusan dan keikhlasan
bisa menjadi tolok ukur dalam persahabatan manusia. Semakin dalam ketulusan dan
keikhlasan seseorang pada sahabatnya maka akan semakin tinggi pula nilai
persahabatan yang ia miliki kepada sahabatnya.
Sikap tulus ikhlas bisa
dijadikan barometer seberapa jauh nilai-nilai kebaikan yang dimiliki olah
seseorang. Seseorang diyakini sebagai orang baik, orang beriman, jika ia
mempunyai keikhlasan dan ketulusan. Karena orang yang beriman, selalu
mencerminkan kebaikan-kebaikan dalam tingkah lakunya, dalam tutur katanya, dan
pada pikiran-pikirannya juga terkandung kebaikan-kebaikan atau positif thinking.
Orang yang beriman selalu
berhati baik. Orang yang berhati baik sudah bisa dipastikan ia memiliki jiwa
yang tulus dan ikhlas. Karena orang yang beriman selalu takut kepada Tuhannya,
Allah Ta’ala, selalu menghormati dan mencintai Rassulnya, Muhammad Rassulullah
SAW.
Orang yang mencintai selalu
ingin menyenangkan hati yang dicintai. Demikian juga jika kita sebagai Umat
Muslim mencintai Allah Subhannahu Wata’ala dan Rassulnya Muhammad Rassulullah
SAW, tentu kita akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjalani semua perintah
Allah SWT dan Rassul kita Muhammad Rassulullah SAW , dan menjauhi semua apa
yang dilarangNya dengan sepenuh hati dengan tulus dan penuh keikhlasan, tanpa
rasa berat dan tanpa beban. Tanpa pamrih kecuali keridhoanNya dan selalu penuh
syukur dengan setiap nikmat dan karuniaNya yang tanpa batas diberikanNya kepada
kita tiap-tiap saat dan tiap-tiap waktu…
Orang yang yang beriman selalu
tulus dan ikhlas dalam berbuat suatu kebaikan, ia tidak mempunyai pamrih dan
tidak mengharap balasan apapun atas kebaikan yang dilakukannya. Karena ia
sangat meyakini bahwa setiap perbuatan baik sekecil apapun selalu akan mendapat
balasan yang baik dari Allah SWT. Demikian pula dengan perbuatan buruk yang
dilakukan oleh seseorang sekecil apapun tentu akan mendapatkan balas sesuai
dengan apa yang diperbuat oleh masing-masing. Dan Allah Maha Melihat atas
apapun yang dikerjakan oleh tiap-tiap hambaNya.
Jadilah kita hamba yang
beriman, jadilah kita orang yang baik, jadilah kita orang yang tulus dan ikhlas
dalam menjalani hidup kita agar kita ridho terhadap apapun yang Allah berikan
kepada kita, sehingga kita akan menjadi orang yang di Ridhoi oleh Allah SWT.
Semua tak bisa datang dengan
tiba-tiba. Ibarat tanaman mulai dari bibit yang baik kita tanam, kita siapkan
lahan yang baik agar tanaman bisa tumbuh dengan baik, kita rawat agar ia tumbuh
dengan subur dan kelak bisa berbuah lebat, kita singkirkan dari segala hama
yang bisa merusak tanaman dan buahnya. Semua kita lakukan dengan penuh kasih
sayang dan harapan akan rahmat Allah atas tanaman yang kita rawat itu.
Allah telah meniupkan ruh yang
baik yang fitrah dalam tiap-tiap diri manusia, ketika seseorang lahir kedunia
ini maka ia menjadi sosok yang sempurna, yang telah mempunyai jasad dan roh.
Sebagai orang tua kita tinggal merawat, bagaimana bibit yang telah Allah
berikan kepada kita ini kelak tumbuh menjadi manusia yang tetap fitrah hingga
akhir hayatnya. Inilah amanah terbesar bagi kita orang tua muslim.
Mendidik
seorang anak menjadi anak yang sholeh dan sholehah dikemudian hari tentu tidak
mudah. Ibarat kita merawat bibit tanaman, bagaimana kelak ia bisa menjadi
tanaman yang berbuah lebat yang enak dan bermanfaat untuk dimakan. Perlu
kesabaran, perlu ketekunan atau istiqomah, perlu doa dalam harapan. Dan semua
itu hanya bisa kita temukan dalam metode Sang Pencipta, agar ia menjadi ciptaan
sebagaimana yang dikehendakiNya. Metode itu sudah ada dihadapan kita dan sangat
jelas terhampar dalam ayat-ayatNya.
AL’QUR’ANUL KARIM YANG
AGUNG….Subhanallah..Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
Alhamdulillahirrobbil’alamin…
Sumber : Niniek SS.
0 komentar:
Posting Komentar