Sikap yang harus kita tumbuhkan dalam mengisi Safar
ini, antara lain :
Pertama, meyakini bahwa Safar sama dengan bulan-bulan
lainnya yang telah Allah SWT. jadikan sebagai kesempatan untuk melakukan
amal-amal yang bermanfaat. Menganggap Safar sebagai bulan pembawa sial
merupakan perbuatan haram dan syirik karena tidak ada yang mampu memberikan
manfaat dan menimpakan mudarat kecuali Allah SWT., sebagaimana firmannya,
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu,
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan
kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yunus :107)
Kedua, bila musibah menimpa kepada diri kita di bulan
ini, harus diyakini semua itu merupakan ketetapan Allah SWT. yang penuh dengan
keadilan dan hikmah-Nya. Allah SWT. berfirman,
“Katakanlah, ’Sekali-kali tidak akan menimpa kami,
melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung
kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah : 51)
Ketiga, jika kita membatalkan pekerjaan atau hajat
pada bulan ini, alasannya bukan kerana Safar, melainkan karena alasan logik
yang tidak bertentangan dengan nilai ketauhidan. Rasulullah SAW. bersabda,
“Barangsiapa yang keperluannya tidak dilaksanakan
disebabkan berbuat thiyarah, sungguh ia telah berbuat kesyirikan. Para sahabat
bertanya, ’Bagaimanakah cara menghilangkan anggapan (thiyarah) seperti itu ?’
Beliau bersabda, ’Hendaklah engkau mengucapkan (doa), Ya Allah, tidak ada
kebaikan kecuali itu datang dari Engkau, tidak ada kejelekan kecuali itu adalah
ketetapan dari Engkau, dan tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain
Engkau’.” (HR. Ahmad
dan Ath-Thabrani)
Keempat, menumbuhkan sikap tawakal kepada Allah SWT.
yang disertai usaha dan amal yang tidak bertentangan dengan syariat. Allah SWT.
berfirman,
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang gaib di langit dan
di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, sembahlah Dia
dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Huud :
123)
Kelima, meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
dengan melakukan berbagai ketaatan, baik dalam melaksanakan perintah-Nya maupun
menjauhi larangannya. Dengan ketakwaan, akan menjadi sarana untuk mendapatkan
kebahagiaan, keselamatan, dan mampu membedakan yang benar dan batil (furqan).
Akhirnya, marilah kita perkuatkan asas tauhid
dengan ilmu dan amal dan bermohon kepada Allah SWT. agar membimbing dan
melindungi diri kita dari perbuatan syirik yang akan merugikan kita di
dunia maupun akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar