Jumat, 28 Mei 2010

MENYIKAPI PENDIDIKAN

Sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, setiap orang wajib meningkatkan kualitas keberimanannya, kualitas kemanusiaan sebagai amanah kehambaan yang dianugrahkan Allah dan kualitas hidup sebagai wahana untuk menunjukkan kehambaan kepada Allah Swt. Peningkatan itu semua harus dilakukan melalui pendidikan yang secara sadar ditanamkan dan diniatkan. Sikap beriman yang benar tidak akan kita pahami tanpa ilmu, menjadi manusia yang berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa ilmu demikian pula kualitas hidup yang baik sebagai sarana ibadah juga tidak akan terjangkau tanpa ilmu.

Dalam konteks ini jelas sekali Allah Swt menjanjikan kedudukan yang mulia dan kehidupan yang baik bagi orang berilmu sebagaimana firmannya dalam surat Al Mujadilah ayat 11 :

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini secara sosial sangat jelas bisa dibuktikan. Orang yang berilmu dan ilmunya memberi manfaat kepada orang lain, ia akan dihormati, disegani dan diberikan kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat. Apalagi dihadapan Allah. Insya Allah. Ilmu yang dimiliki seseorang akan memudahkan hidupnya. Ilmu agama akan memperbaiki ibadah dan amal shaleh, ilmu dunia akan memudahkan untuk menyesuaikan diri dengan tantangan zaman yang dihadapi dan sekaligus menyebar manfaat untuk orang banyak yang berarti kita telah merengkuh dua hasil sekaligus yaitu kesejahteraan diri dan masyarakat dan pahala berlimpah dari Allah Swt. Sungguh betapa nikmatnya orang berilmu dan mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan bersama. Rasulullah Saw menggambarkan kenikmatan itu dengan sabdanya :

"Barangsiapa yang menjalani perjalanan menuntut ilmu, maka dimudahkan baginya jalan menuju sorga".

Kemudahan yang dijanjikan seperti itu dapat dipahami bahwa menuntut ilmu itu merupakan amal shaleh yang mendapatkan ganjaran pahala dari Allah Swt dan hasil belajar atau ilmu yang diperoleh akan menjadi bekal hidup yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan sehingga dapat melaksanakan ibadah dengan nyaman. Inilah yang merupakan gambaran yang dikemukakan oleh Rasulullah, memudahkan jalan ke sorga.

Permasalahan yang menggejala saat ini adalah sebagian diantara kita yang tidak memahami pendidikan dengan benar, sehingga salah dalam melaksanakan tugas memberi bekal pendidikan yang baik kepada anak – anak maupun untuk diri sendiri. Sebagian kita mempersempit arti pendidikan dengan menyekolahkan anak atau memasukkan anak ke sekolah. Bahkan ada orang yang sangat khawatir ketika anaknya tidak diterima di sekolah tertentu atau tidak lulus ujian, tetapi tidak terlalu khawatir dengan kondisi iman dan akhlaknya. Pola hidup yang demikian menunjukkan betapa kita telah terlalu jauh menggantungkan masa depan anak-anak kita pada ijazah yang dimiliki dan mengabaikan kekuasaan dan takdir Allah Swt.

Pendidikan merupakan tugas dan kewajiban hakiki manusia, sehingga dapat meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam menghambakan diri kepada Allah Swt. Hal ini berarti kewajiban mendidik itu berada di tangan orang tua dengan tujuan :

Pertama, mempertahankan kefitrahan anak.

Kefitrahan adalah amanat Allah yang harus dijaga untuk dikembalikan sebagaimana aslinya. Fitrah dasar adalah keberimanan dalam Islam dengan sempurna. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Ar-Rum ayat 30

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],

fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Menjaga agama diri dan anak-anak kita harus dalam iklim keluarga beragama yang mencerminkan perilaku yang berlandaskan iman dengan amalan syariat yang istiqamah. Dengan demikian seluruh keluarga akan terpayungi dari bahaya kekufuran dan kemusyrikan

Kedua, memelihara akhlakul karimah

Akhlaqul karimah adalah citra dan potret seorang muslim yang memelihara kefitrahan. Salah satu tugas Rasulullah saw disamping untuk menegakkan iman Islam adalah untuk menegakkan akhlak yang mulia, sebagaimana sabdanya : “Innama buistu liutammima makarimal akhlaq” – sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (HR. Tabrani)

Akhlaq mulia ini tidak bisa dipelajari sebagai ilmu pengetahuan, tetapi harus diajarkan dengan perilaku dan contoh yang penuh hikmah sehingga anak-anak dapat meneladaninya dengan ikhlas. Demikianlah Rasulullah Saw memperbaiki akhlaq ummat pada masanya dengan keteladanan yang sempurna.

Ketiga, memberikan kecakapan hidup

Kecakapan hidup adalah kemampuan untuk menjalani kehidupan dengan tepat dan dilandasi oleh kebenaran. Cakap memandang masalah dengan berbaik sangka. Cakap menerima segala kebahagiaan dan kesusahan sebagai takdir Allah yang harus diterima dengan ikhlas. Cakap memahami hidup sebagai hamba Allah yang hidup dalam lingkungan sosial. Cakap saling berbagi dengan sesama. Akhirnya cakap memperjuangkan kualitas hidupnya dengan modal akal, rasa dan keimanan yang dimilikinya.

Keempat, memberikan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan keharusan dalam mengarungi hidup yang terus berkembang. Dalam peradaban yang semakin maju seperti yang sedang kita jalani saat ini, kecenderungan penistaan terhadap kemanusiaan sangat kuat. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, dan jika tidak dilandasi dengan iman akan mewujud menjadi perlaku-perilaku fasad – pengerusakan. Sebaliknya manusia yang beriman, yang shaleh tetapi tidak mengikuti perkembangan peradaban akan sulit menyesuaikan diri dan gagap dalam menghadapi kehidupan. Kegagapan ini akan menyebabkan kita akan semakin terpinggirkan dalam kehidupan, kalah bersaing dan akhirnya gagal melaksanakan tugas dan fungsi sebagai abd lillah dan sebagai khalifah fil ardh.

Pandangan kita tentang kemajuan dan tuntutan kemampuan manusia untuk memberikan jawaban kemaslahatan terhadap kemajuan tersebut mengukuhkan keberadaan pendidikan sebagai sunnatullah. Keduanya, perubahan dan pendidikan sebagai sunnatullah merupakan jawaban terhadap perkembangan kehidupan manusia yang akan semakin sulit. Hal ini telah ditunjukan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an bagaimana ilmu yang diajarkan kepada Adam menyebabkan manusia memiliki kelebihan dari malaikat. Dengan ibadah yang didasari ilmu yang benar , manusia menduduki tempat terhormat baik di hadapan dunia maupun dihadapan Allah swt.,

Keempat tujuan tersebut harus dibangun dari keluarga, sehingga benteng pertama dan terakhir pendidikan bagi ummat Islam adalah keluarga. Seseorang yang telah memiliki landasan kefitrahan, landasan akhlaqul karimah ia akan mampu menjalani hidup dengan sempurna. Ia akan dimuliakan oleh Allah karena iman dan taqwanya, akan dihargai oleh sesama manusia karena akhlaqnya dan menjaga kehormatan diri yang kuat menyebabkan seseorang tidak melakukan hal-hal yang akan menurunkan derajat kemanusiaannya seperti malas, berbuat yang tidak terpuji dan sejenisnya.

Dalam kaitannya dengan kehidupan kekinian, kadang masyarakat tidak mampu mendidik anaknya karena berbagai keterbatasan, maka hendaklah kita menyerahkan pendidikan kepada lembaga yang dapat dipertanggungjawabkan dapat memelihara iman, membina akhlak, memberi kecakapan hidup dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang menunjang.

Semoga kita tergolong orang yang diberikan taufiq untuk bertanggungjawab terhadap pendidikan anak sejak dini dan semoga anak cucu kita tergolong generasi rabbi radhiya sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Maryam ayat 15 :

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers