Minggu, 26 September 2010

Kalau TKI Mudik Lebaran…(Bagian 2 – Habis)

Menjadi tenaga kerja di negeri orang memang membutuhkan keberanian. Masalah terbesar adalah ketika yang bersangkutan tak mampu beradaptasi dengan budaya kerja maupun budaya masyarakat setempat. Namun demikian, dari sisi regulasi dan kesempatan, bekerja di Korea, Jepang, Malaysia maupun negara tujuan lain semakin mudah. Namun yang paling menarik adalah cerita tentang Seongdong Migrant Center yang ada di Seoul, ibukota Korea Selatan.

“Masalah paling besar adalah soal bahasa karena biasanya TKI hanya diberikan bekal secukupnya saat pelatihan,” jelas Ahmad Amri (40 tahun), seorang TKI warga Presak Timur. Bekal bahasa Korea yang diperoleh TKI umumnya adalah bahasa lisan yang hanya digunakan untuk berkomunikasi seputar pekerjaan dan kegiatan sehari hari. Padahal sebagai negara maju, Korea memberikan banyak hal baru untuk dipelajari kata Amri. Terlebih lagi seperti diungkapkan Amri, jam kerja yang hanya delapan jam sehari dan cuti kerja yang lebih banyak dari pekerja warga Korea sendiri membuat kesempatan mengasah potensi diri lebih besar. “Memang sih, kebanyakan TKI berpikiran mereka datang untuk bekerja dan mencari uang sehingga masa kontrak dimanfaatkan sebaik baiknya. Misalnya dengan mengambil jam lembur lebih banyak atau tidak mengambil cuti tahunan,” kata Amri. Tidak hanya bahasa Korea, bahasa internasional seperti bahasa Inggris bisa dipelajari di Seongdong Migrant Center. Program bagi tenaga kerja asing disebut Education Support Program for foreign workers atau Program Dukungan Pendidikan bagi pekerja asing. Pilihannya, ada Kelas Bahasa dan Kelas Komputer selain kursus singkat untuk kebudayaan, ketenagakerjaan hingga tenaga medis.

Menurut Amri, fasilitas yang disediakan oleh pemerintah Korea Selatan ini sangat besar artinya. Seperti diketahuinya, banyak TKI yang bekerja hanya memiliki pendidikan setinggi tinggi nya SMU. Dengan begitu, selepas kontrak kerja para TKI hanya berpeluang membuka usaha dengan modal sendiri atau mencari kerja. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, para TKI yang pulang ke daerah asal akhirnya kembali menjadi pengangguran.

Di Seongdong Migrant Center, para TKI berkesempatan mengantongi ijazah diploma dengan biaya sangat murah. Cukup membayar buku materi belajar per tiga bulan, peserta pendidikan tidak lagi dipungut biaya jika mengikuti ujian nasional untuk mendapatkan ijazah sarjana.

Sayangnya kata Amri, belum banyak tenaga kerja khususnya rekan se daerah Lombok yang mau mengambil kesempatan ini. Ia yang sudah bekerja di Korea Selatan selama enam tahun ini sekarang tengah menyelesaikan tugas akhir kuliahnya. Bersama enam orang lainnya asal Indonesia, mereka rela menyisakan waktu untuk belajar di Seongdong Migrant Center yang berada di ibukota Seoul. Pekerja migrant sendiri kebanyakan terkonsentrasi di Ansan. Sebuah kota industri yang dinilai Amri lebih mirip home industry. Ini karena satu buah produk mesin misalnya, bagian bagiannya dikerjakan oleh perusahaan berbeda. Seongdong Migrant Center sendiri diikuti oleh mahasiswa tenaga kerja migrant dari sebelas negara.

“Sebisa mungkin saya selalu mengajak teman teman lain untuk belajar karena bagaimanapun ijazah yang didapatkan di Korea bisa menjadi bekal mencari kerja selepas kontrak,” kata Amri menutup perbicangan. Zammi Suryadi

1 komentar:

Unknown mengatakan...

maaf'ganggu ya'ini cuma mau cerita kesuksesanku dalam kerja luar negeri silakan dibaca;,atau saudara tak percaya diabaikan aja.bagi anda mau sukses seperti aq dibantu atas nama ki songo silakan anda hubungi beliau d 085217519919,awalnya aq tak percaya dan takut tapi aq beranikan diri hubungi beliau dan degar arahan dia syukur berkat petunjuk beliau usahaku sukses,atau mau mengenal dia lebih dekat baca arkel dibawah ini di www.paranormal-kisongo.blogspot. com terima kasih

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers