Minggu, 15 Agustus 2010

BERPIKIR DAN BERZIKIR

Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dan diantara cara kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT adalah dengan berusaha mengenalnya semaksimal mungkin dengan menyelaraskan aktifitas fikir dan zikir. Dengan berfikir dan berzikir kita bisa mengenyahkan berbagai rintangan yang menghalangi kita mencapai pengenalan terhadap Allah SWT. Allah SWT berfirman :

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS Ali Imron:190-191)

Nilai seorang manusia diukur dari hal-hal maknawi yang dipikirkannya, dengan berpikir dia sanggup melampaui kehidupan binatang dan makhluk lainnya. Karenanya, manusia mempunyai kedudukan tertinggi. Tingginya kedudukan dan derajat manusia tak akan terwujud kecuali dengan memikirkan hal-hal yang bersifat abadi. Ini sebagaimana dikatakan seorang pujangga :
“Tolok ukur kepribadianmu adalah dengan memikirkan hal-hal abadi,
Diluar hal itu bukanlah hal yang agung dan mulia.”
Jadi nilai keberadaan seseorang amat bergantung dari apa yang dipikirkannya. Semakin tinggi dan abadi hal-hal yang dipikirkannya, makin membumbung tinggi pula nilai dirinya. Makin sepele dan sesaat hal-hal yang dipikirkannya makin anjlok pula nilainya. Betapa banyak hal yang dapat menjadi obyek dan sasaran berpikir. Berpikir adalah mencari pengetahuan dan keyakinan serta menjadi landasan untuk menemukan hal-hal yang belum diketahui. Oleh sebab itu, jika dilakukan tanpa berpijak pada rumusan yang benar dan jelas , semua itu tak akan membuahkan hasil yang benar, bahkan akan menjerumuskan pelakunya dalam dunia khayal.
Berpikir merupakan jalan menuju kebenaran dan cara membebaskan diri dari kebatilan. Adapun hasil berpikir adalah tercapainya kebenaran, sementara berkhayal hanya akan mengantarkan pelakunya pada kebodohan dan harapan kosong. Dalam kaitan dengan cara berpikir yang benar Rasulullah SAW memasang rambu-rambu agar kita tidak memikirkan Allah , akan tetapi memikirkan ciptaan-Nya sebagai bukti dari kekuasaan an kebesaran-Nya. Beliau bersabda :

“Pikirkanlah ciptaan-Nya dan jangan berpikir akan Pencita (Allah).”

Banyak diantara manusia yang mengetahui seluruh perbuatan yang dilakukan di dunia ini secara lahiriah saja, tetapi mereka lalai terhadap hakikat kehidupan ini serta balasan yan bakal diperoleh di akhirat kelak. Pengetahuan dan ilmu yang mereka miliki seluruhnya hanya bermanfaat dalam kehidupan material dan duniawi semata.
Sebagai contoh , dalam bidang teknologi mereka mampu mengembangkan ilmu sedemikian rupa , yang sebelumnya belum pernah terlintas di dalam benak seseorangpun. Demikian juga dalam bidang kedokteran, mereka mampu melakukan pmbedahan dan pencangkokan jantung. Juga pada bidang-bidang yang lain , kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesatnya. Namun sayang ilmu-ilmu itu hanya mampu menjadikan manusia mengetahui sisi lahiriah kehidupan dunia ini, dan tidak membuat mereka mengetahui hakikat kehidupan ini lebih dalam. Mereka tidak mempercayai bahwa dunia ini bakal hancur, padahal kalangan ilmuwan abad ini berdasarkan temua-temuannya , mengatakan bahwa bumi ini memiliki usia. Jika usianya sudah habis , ia akan hancur. Namun anehnya hal itu tidak menyentuh hati dan menggugah mereka untuk sejenak memikirkan kehidupan sesudah mati. Mereka tidak berpikir bahwa di balik penciptaan alam nan luas ini terkandung sebuah hikmah, bahwa alam yang yang fana ini akan disudahi dan diganti dengan alam yang kekal, yang akan ditempati oleh orang-orang tulus, yang jiwnya terhindar dari jerat kehidupan duniawi yang nisbi. Di akhirat kelak mereka akan memperoleh kebahagian yang sempurna, berupa kesenangan yang tak disela kesedihan, kenikmatan yang tak dijeda kekecewaan, kegembiraan yang tak dicemari kesusahan.
Allah SWT berfirman dalam surat Ar –Rum ayat 8 :

“Dan Mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”
Manusia harus memperhatikan dan memikirkan susunan penciptaaan langit dan bumi beserta segala yang ada didalamnya. Sehingga ia akan mengetahui bahwa dalam penciptaan setiap bagian terkecil di alam ini terkadung tujuan dan hikmah. Alam ini diciptakan untuk manusia , dan manusia diciptakan untuk mengenal dan beribadah kepada Allah. Mengenal dan beribadah kepada-Nya bagaikan dua sayap yang digunakan untuk terbang agar sampai pada kedudukan tinggi di sisi Allah SWT dan sampai pada kehidupan manusia suci, yang penuh kelezatan dan kesenangan yang tak pernah terlihat mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak terlintas dalam benak seorang hamba. Tak seorang hamba salehpun yang mengetahui nikmat yang telah disiapkan untuk dirinya dan balasan amalnya .

Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata : “ Bangunkan hatimu dangan berpikir.” Dan pada kesempatan yang lain beliau berkata :” Seandainya mereka mau memikirkan kebesaran, ,kekuasan dan kenikmatan Allah, niscaya mereka akan kembali pada jalan yang benar (mengenal Allah) dan takut akan siksanya.” Artinya , mereka akan mengetahui bahwa setelah alam ini, ada alam lain, yaitu alam pembalasan, pemberian pahala dan siksa. Dan mereka akan takut terhadap semua itu. Imam Ja’far as Shodiq berkata : “Sebaik-baik ibadah adalah memikirkan ciptaan Allah dan kekuasaan-Nya.” Beliau juga meriwayatkan bahwa ibadah yang sering dilakukan oleh Abu Dzar adalah memikirkan ciptaan Allah dan mengambil teladan. Disamping itu beliau juga mengatakan bahwa berpikir sesaat lebih baik dari beribadah setahun.
Berpikir akan membawa manusia kepada ketaatan dan kebajikan. Dan tentunya yang dimaksud dengan berpikir adalah seluruh bentuk berpikir yang benar.
Memikirkan kebesaran Allah SWT akan membuat manusia selalu takut dan patuh kepada-Nya.
Memikirkan sifat hancur dan rusaknya dunia, akan membuat manusia selalu berusaha meninggalkan dan menyingkirkannya.
Memikirkan dampak orang-orang yang sholeh di masa lalu, membuat manusia selalu berupaya mengikuti jejak dan perbuatan mereka.
Memikirkan siksaan orang-orang yang berdosa dan jahat, membuat manusia selalu bersikap wara’ dan enggan bermaksiat.
Memikirkan kekurangan dan cela diri, membuat manusia selalu berupaya memperbaikinya.
Memikirkan berbagai rahasia dan tujuan ibadah, membuat manusia selalu berusaha melakukan ibadah yang terbaik.
Memikirkan kedudukan tinggi yang mungkin dicapai i akhirat , membuat manusia selalu berusaha menggapainya.
Memikirkan hukum-hukum dan masalah-masalah agama, membuat manusia selalu berupaya mengamalkannya.
Memikirkan akhlak mulia, membuat manusia selalu berupaya menggapainya dan berprilaku sesuai dengannya.
Demikianlah, diantara buah berpikir yang benar, mudah-muahan kita senantiasa menjadi orang yang gemar berpikir , sehingga kita terbebas dari belenggu kebodohan dan bisa memperoleh pengetahuan yang mengantarkan pada derajat ketakwaan yang tinggi di sisi Allah SWT.

“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama .”

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers