Sebentar lagi kita akan menyambut tahun baru 2011 M, setelah beberapa minggu yang lalu kita memperingati tahun baru 1432 H. Dalam kehidupan sosial kita, betapa kita melihat perbedaan cara memperingati kedatangan tahun baru hijrah dan tahun baru masehi. Tahun baru Hijrah, sistem penanggalan yang nyaris dilupakan oleh ummat Islam, karena hiruk pikuknya penaggalan masehi dalam samudra kehidupan dunia. Penanggalan masehi digunakan untuk urusan dunia sehingga diperingati dengan cara-cara yang memuaskan kesenangan dunia dan melupakan akhirat, bahkan nauzubillah mengikuti jalan syaithan. Ini berarti, kita telah bersekutu dengan musuh agama Allah. Renungkanlah firman Allah Swt :
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(Al-Baqarah : 168)
Sebagai seorang muslim, Marilah dalam kesempatan tahun baru ini, terutama tahun baru hijrah ini, kita gunakan untuk refleksi, muhasabah tentang diri pribadi maupun tentang kehidupan sosial kita dengan pandangan agama. Marilah kita menjadikan titik awal tahun ini sebagai titik berangkat untuk berhijrah seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Untuk itu marilah kita mengkaji beberapa hikmah yang dapat kita gunakan sebagai motivasi dan pendorong untuk melakukan hijrah.
Pertama ; Hijrah adalah sikap hidup seorang Muslim yang memiliki komitmen untuk terus-menerus memperbaiki kualitas hidup baik secara fisik material, sosial maupun spiritual. Dalam konteks ini, hijrah merupakan perintah Allah. Sebagaimana firmanNya :
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri , malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri ". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,(An-Nisa 97)
Ayat ini mendorong kita untuk memandang bumi Allah sangat luas untuk membangun kesejahteraan, dan hal ini hanya akan bisa dicapai dengan semangat jihad yang kuat. Tidak malas dan berpangku tangan mengharap bantuan orang lain. Sementara bantuan Allah yang sangat besar tidak dihiraukan.
Kedua : Hijrah juga merupakan cara pandang muslim terhadap kenyataan atau fenomena peradaban yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan pribadi atau sosial. Kenyataan materialitik, hedonis memuaskan kesenangan duniawi, rangsangan kekuasaan, dan lain-lain yang saat ini menekan kehidupan spiritual ummat. Tekanan, kesulitan, kekurangan dan lain-lain ketidaknyamanan hidup harus dijawab dengan bergerak mencari solusi yang efektif untuk membangunan kenyamanan pribadi dan ketenangan sosial. Pandangan yang dibangun berdasarkan semangat Hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Memperbaiki keadaan dengan tidak merusak keadaan lain, mengamankan diri dengan tidak menyentuh ketentraman orang lain, mencari kebenaran dengan tidak membeberkan aib orang lain, membangun kehormatan diri dengan tidak menista dan menghina orang lain dan membangun kekuasaan dengan tidak menghisap kekuatan orang lain. Demikianlah kita berhijrah.
Ketiga : Hijrah dalam perspektif waktu adalah terminal refleksi dan sekaligus titik berangkat untuk menyambung garis perjalanan kehambaan. Refleksi untuk menghitung-hitung kebermanfaatan penggunaan waktu yang telah kita jalani bagi diri dan bagi masyarakat serta kezaliman yang keluar dari fikiran dan perasaan yang telah mengikis nurani kita. Refleksi : mengoreksi kembali jawaban pertanyaan Mungkar dan Nakir tentang siapa Tuhan kita, siapa Nabi kita, siapa Imam kita, dan siapa saudara kita. Jawabannya bukan jawaban pendek tetapi jawaban esei terbuka yang panjang, sepanjang usia yang kita jalani, sepanjang waktu yang kita arungi untuk mencapai tepian pantai samudra tauhid dimana semua aliran berujung.
Man rabbuka, dijawab dengan sikap hidup tauhid yang tidak menyandarkan diri kepada selain Allah, hidup yang hanya untuk Allah. Sikap hidup Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, sikap hidup Lillahi taala dan sikap Allahusshamad yang membuat seorang mukmin selalu bergerak, dalam rangka hijrah dan jihad. Sikap ini berarti bahwa keseluruhan umur dan waktu yang kita jalani hanya untuk mengabdi kepadaNya yang disiapkan untuk kembali kepadaNya. Hidup yang diisi dengan amal saleh untuk kemaslahatan ummat dan menegakkan agama Allah, sebagaimana firman Nya :
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (An-nisa 124).
Wa man nabiyyuka, yang dijawab dengan perilaku hidup berdasarkan uswah dan sunnah Rasulullah Saw, tidak berdasarkan mode dan kepentingan, tidak ikut-ikutan karena silau oleh kecenderungan zaman. Wa ma imamuka, dijawab dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai suluh atau obor dalam hidup. Tidak menjadikannya sebagai hiasan, atribut atau tanda pengenal sebagai muslim atau bahkan sebagai alat propaganda untuk memperoleh keuntungan duniawi.
Wama ikhwanuka, yang dijawab dengan menguatkan tali silaturrahim dengan sesama muslim. Silaturrahim yang dilandasi saling mencintai dan saling menghargai, saling memahami dan saling menolong dalam kebaikan. Silaturrahim yang kokoh untuk membangun kekuatan melawan peradaban yang tidak islami, melawan kemiskinan yang menghancurkan peradaban Islam Agung, melawan segala macam kezaliman yang menjadi musuh Allah. Rasulullah Saw bersabda :
Sesungguhnya seorang mukmin dengan mukmin yang lain seumpama bangunan yang saling mengokohkan satu dengan lainnya (Muttaqun Alaih)
Hijrah adalah merenungkan jawaban apa yang telah kita persiapkan untuk menjawab pertanyaan Malaikat Mungkar dan Nakir dalam kehidupan sehari yang akan kita persembahkan sebagai karya nyata yang akan bercerita saat pertanyaan itu diajukan kelak, atau mungkin besok atau sesaat lagi. Marilah kita memandang peristiwa hijrah ini sebagai penguatan kebali semangat jihad untuk melawan musuh-musuh Islam yang terselubung dalam peradaban kondisi sosial yang sudah sangat akrab dengan ummat Islam saat ini. Dengan demikian maka kita dapat menyusun strategi jihad yang lebih efektif dalam rangka mempertanggungjawabkannya sejak dari alam kubur sampai hari pengadilan kelak. Jawaban Allahu Rabbi, Muhammad Saw Nabiyyi, Al-Qur’an Imami, wal muslimuna wal muslimati ikhwani harus selalu dievaluasi, dihisab dari sekarang sebagai usaha terus menerus berhijrah dan berjihad dengan semangat baru. Hijrah dalam pandangan sosial adalah keterbuakaan bumi Allah bagi orang-orang berniat menegakkan agama Allah. Keterbukaan hati untuk saling menolong dalam urusan kebaikan dan taqwa : ta’awanu alal birri wattaqwa. Memberi ketenangan dan kenyamanan kepada sesama saudara, menghormati dan menghargai kehadiran orang lain sejauh mereka sadar diri dan menghormati keberadaan kia, sejauh tidak mengusik keyakinan dan keimanan Tauhid kita. SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH, SELAMAT BERHIJRAH KARENA ALLAH DAN RASULNYA MENUJU ALLAH DAN RASULNYA Semoga kita senantiasa diberikan kemudahan dalam segara urusan, dijauhkan dari bencana dan perpecahan.