Diantara
bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah untuk kita laksanakan adalah
berdoa. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Al-Quran dalam surat Al Baqarah ayat 18 Allah berfirman :
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran”.
Dan juga pada ayat yang lain Allah
berfirman surat Al Mukmin ayat 60 :
“ Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina".
Perintah Allah agar kita berdoa dalam ayat ini sangatlah jelas, bahkan
Allah mengancam bagi siapa saja yang menyombongkan diri atau tidak mau berdoa
dengan hukuman akan dimaskkan ke dalam neraka jahannam. Demikian juga baginda
Rasulullah menegaskan pentingnya berdoa. Beliau bersabda :
الدعاء مخ العبادة
“Doa adalah inti ibadah”(HR Tirmidzi dari Anas bin Malik)
Syaikh Abu Ali Ad Daqqaq
berkata : “ doa adalah kunci bagi setiap kebutuhan , doa adalah tempat
beristirahat bagi mereka yang membutuhkan, tempat berteduh bagi yang terhimpit,
kelegaan bagi perindu”.
Dari apa yang disampaikan
oleh Allah dalam Al Qur-an yang berkaitan dengan doa, dan juga dari beberapa
hadits Nabi serta apa yang diterangkan oleh para ulama, betapa doa mempunyai
peranan penting dalam kehidupan seorang mukmin. Oleh karenanya sebagai orang
yang beriman, tentulah kita sering berdoa, bahkan boleh jadi doa sudah menjadi
pekerjaan rutin kita. Karena berdoa , disamping merupakan ibadah yang terpuji
juga merupakan sarana kita utuk memohon sesuatu kepada Tuhan yang Maha Memiliki dan Maha Murah. Dan berdoa baik
yang dilakukan secara langsung atau tidak, juga berarti pengakuan hamba akan
kelemahan dirinya di hadapan Tuhan penciptanya.
Kalau dikalangan sufi banyak yang menolak untuk berdoa, karena bagi mereka
berdoa sama saja artinya dengan meragukan pengetahuan Tuhan terhadap hajat dan
aspirasi hamba-hamba-Nya. Namun bagi kita berdoa justru menjadi tradisi yang
luar biasa. Boleh jadi karena umumnya kita ini mempunyai banya keinginan dan
kepentingan, sementara tangan kita terbatas untuk bisa meraih semua keinginan
tersebut. Apalagi di zaman dimana aspirasi semakin sulit untuk disalurkan. Tradisi
berdoa kemudia nampak begitu semarak. Dimana-mana kita lihat orang berdoa,
tidak hanya sendiri-sendiri tapi juga secara bersama. Mulai dari doa memohon
hujan, mohon selamat dari banjir dan bencana alam, memohon kemenangan tim
olahraga yang kurang latihan, memhon agar jagonya menang dalam pilkada dan
begitu banyak doa lainnya yang kita panjatkan. Jika kita susun daftar
permintaan yang kita ajukan, maka kita
akan mendapatkan betapa banyak hal yang kita minta kepada Allah dalam berdoa.
Dari hal-hal yang bersifat duniawi sampai hal-hal yang bersifat ukhrowi. Kita
minta agar diberi keselamatan di dunia dan di akhirat, kita minta agar diberi
badan yang sehat, rizki yang lapang, umur yang panjang. Kita berdoa agar diberi
ampunan, dan diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan begitu banyak permintaan lainya yang kita
panjatkan. Pertanyaan penting yang sering mengusik kemudian adalah, kita ini sudah berdoa sekian lama , dan banyak
pula permintaan yang kita panjatkan, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan umum, namun berapa persenkah doa kita yang dikabulkan ? sepertinya tidak ada tanda-tanda doa kita
dikabulkan, bahkan doa kita nampak seperti angin lalu.
Apakah etika berdoa kita yang belum benar sehingga Allah belum berkenan
mendengar doa kita ? atau seperti kata para ulama yang cukup menghibur, bahwa
setiap doa pasti dikabulkan, cuman kapan dan berupa apa , hanya Allah sendiri yang menentukan dan
mengetahuinya. Atau mungkin sesungguhnya doa kita telah dikabulkan namun kita
tidak menyadarinya karena kita sudah sibuk dengan permintaan yang baru lagi.
Orang-orang Bashrah zaman dulu pernah mengajukan pertanyaan seperti diatas
kepada zahid mereka yang terkenal yang bernama Ibrahim bin Adham . tokoh sufi
itu menjawab. Jika doa kita belum
dikabulkan itu disebabkan karena hati kalian mati dalam sepuluh hal :
- Kalian mengenal Allah, tetapi tidak menunaikan hak-hak-Nya
- Kalian membaca kitab Allah tetapi tidak mengamalkannya.
- Kalian mengakui mencintai Rasulullah tetapi tidak mengikuti sunnahnya.
- Kalian mengaku membenci setan, tetapi selalu menyetujuinya
- Kalian yakin mati itu pasti tapi tak pernah mempersiapkannya
- Kalian bilang takut neraka,tetapi kalian terus membiarkan diri kalian berjalan menuju kesana.
- Kalian bilang mendambakan surga tetapi tak pernah beramal untuknya.
- Kalian sibuk dengan aib-aib orang lain dan mengabaikan aiab-aib kalian sendiri
- Kalian menikmati anugrah-anugrah Tuhan tetapi tidak mensyukurinya.
- Kalian setiap kali mengubur jenazah-jenazah, tetapi tak pernah mengambil pelajaran darinya.
Demikianlah jawaban seorang sufi Bashrah yang bernama Ibrahim bin Adham, ketika ditanya tentang
sebab-sebab doa seorang mukmin tdak dikabulkan. Dari apa yang disebutkan diatas
mudah-mudahan mejadi renungan bagi kita sekaligus sebagai pelajaran untuk kita
amalkan agar tidak saja doa kita terkabul, namun juga agar kita bisa manata
hidup kita agar lebih terarah dan bermakna demi tercapinya kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat..
0 komentar:
Posting Komentar