Sabtu, 14 April 2012

TENTANG ORANG TUA

Marilah kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah subhaanahu wata’aalaa, dengan senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita dan memanfaatkannya untuk membangun kedekatan dan ketaatan kepada Allah subhaanahu wata’aala, karena kebahagian di dunia maupun di akhirat sangat berkaitan erat dengan ketaatan kita kepada Allah. Sebesar ketaatan kita kepada Allah sebesar itu pula kebahagiaan yang akan kita raih .

Diantara nikmat Allah yang paling berharga dalam hidup kita adalah manakala Allah memberikan kita keturunan atau anak. Al Quran secara tegas menyatakan bahwa harta benda, dan anak-anak adalah hiasan hidup dunia dan harapan masa depan.

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia , tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalal lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”

Pada ayat yang lain Al Quran juga melukiskan betapa setiap orang tua mendambakan anak. Dan hal ini merupakan naluri dasar manusia

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surge”).

Bahkan naluri untuk memiliki anak bukan hanya terdapat pada manusia biasa, para nabipun tidak terkecuali memiliki naluri ini. (Ingatlah kisah) Nabi Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya : “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, dan Engkaulah waris yang paling baik.” Begitulah firman Allah dalam Al Quran surat Al Anbiya ayat 89. Harapan Nabi Zakaria terhadap Allah tidak pernah pupus, walaupun beliau dan istrinya telah berusia lanjut, bahkan istrinya dalam keadaan mandul namun ia tetap berdoa agar dikaruniai anak. Dambaan akan anak membuat orang tua tidak putus-putusnya mendoakan anak-anaknya, bahkan sejak masih dalam kandungan. Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur". (Al A’raf : 189).

Di tempat lain , harapan untuk memperoleh anak dilukiskan oleh al Quran dalam konteks pujian, Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al Furqon : 74)

Harta dan kekuasaan tidak dapat menempati tempat anak dalam kalbu seorang ibu dan ayah. Betapapun kejamnya seorang ayah, panggilan nurani untuk memiliki anak itu tidak dapat dibendung, hingga tidak jarang orang memungut anak untuk dipelihara. Simaklah ucapan istri Fir’aun kepada suaminya ketika Musa ‘alaihissalaam ditemukan terayun oleh riak gelombang di Sungai Nil :”Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.” Juga dengarkan ucapan penguasa Mesir yang bernama Qithfir kepada istrinya Zulaikha berkaitan dengan keberadaan Nabi Yusuf ‘alaihissalaam sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Yusuf ayat 21: "Berikanlah kepadanya(Yusuf) tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak “

Lihatlah betapa Fir’aun yang terbiasa membunuh anak-anak Bani Israil, luluh hatinya ketika diingatkan tentang anak, dan perhatikan pula bagaimana Qithfir Sang penguasa Mesir, memerintahkan istrinya untu memberikan Yusuf pelayanan yang sebaik mungkin, agar sang anak betah tinggal bersama mereka. Cerita tentang kedua penguasa di atas menunjukkan betapa manusia, siapapun dia dan apapun jabatannya tetap mendambakan kehadiran seorang anak sebagai hiasan dalam hidupnya.

Sejalan dengan fitrah manusia yang hiasan hidupnya adalah anak, maka Allah mengingatkan para orang tua akan pentingnya memelihara diri dan keluarga, termasuk anak-anak dari api neraka.

“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” .

Dalam ayat ini dengan tegas Allah memerintahkan setiap orang tua untuk memelihara anak-anaknya dengan sebaik mungkin. Dan pemeliharaan itu dimulai dari pemilihan calon-calon ibu, bahkan sampai kepada tuntunan melakukan hubungan seks, dan doa-doa yang sewajarnya dibaca sebelumnya. Sebab, kondisi psikologis yang dialami seseorang pada saat itu, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa seorang anak.

Dan perhatian orang tua terhadap anak tidak terbatas hanya pada pertumbuhan fisik semata, namun juga harus diperhatikan unsure non fisik yang berkaitan dengan fitrah manusia yang mengakui wujud Tuhan. Fitrah ini kalau tidak dipelihara, tidak diasah dan diasuh dapat menjadikan manusia hidup tanpa pegangan dan kehilangan arah. Untuk itulah maka orang tua berkewajiban memberikan pendidikan anak sebaik-baiknya dengan menciptakan lingkungan yang baik untuk mendukung fitrah keberagamaan seorang anak. Karena orang tua dan lingkungan sangat berperan dalam membentuk sikap beragama seorang anak. Rasululllah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan kesucian fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Demikianlah naluri manusia untuk meiliki seorang anak, yang tidak dapt diganti dengan harta dan kekuasan di dalam kalbu seorang ibu dan ayah. Betapa tinggi nilai nikmat Allah yang berupa anak, maka betpa meruginya orant tua yang diberi anak namun tidak memelihara anaknya sebagaimana tuntutan dan tuntunan Allah rabbul Izzati. Bagi orang tua yang beriman harapan terhadap seorang anak bukan sekedar untuk memenuhi naluri kemanusiaan, namun anak terutama anak yang soleh juga merupakan tumpuan harapan untuk memperoleh keselamatan di akhirat. Untuk itu adalah merupakan kewajiban setiap orang tua memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Bukan saja dari sisi fisik namun juga dari sisi keagamaan dan akhlaknya, sehingga anak-anak tersebut tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang sholeh.

"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers