Rabu, 24 Februari 2010

KANGKUNG PESONGORAN CUMA BISA SAMPAI BERTAIS


Beberapa pengusaha sudah belasan tahun lalu mengirim kangkung lombok ke luar daerah. Ada yang ke Bali, Lamongan, Jigjakarta, sampai ke Jakarta. Tapi tak ada kangkung Pesongoran yang ikut melanglang buana. Meski salah seorang pengusaha itu berasal dari lingkungan pesengoran, Pagutan Barat, tapi kangkung Pesongoran paling jauh di jual Cuma sampai pasar Bertais. Kenapa?

Winardi nama pengusaha yang warga Pesongoran itu bilang, pernah mengajak petani kangkung disekitar tempat tinggalnya untuk ikut mengirim ke luar daerah. Dia jadi pengepul, selain mengirim kangkung yang di petik dari ladangnya sendiri. Tapi para petani lebih suka membidik pasar lokal. “Mungkin mereka sudah puas menjual di pasar saja,” kata Wulandari yang kini sudah punya sebuah suzuki Carry dari hasil menjual kangkung.

Ladang kangkung Winardi sendiri juga bukan di kawasan Pesongoran. Melainkan di Bengkel, Lombok Barat. Dia memilih bertani disana karena harga sewa lahan jauh lebih murah. Di Pesongoran harga sewa perhektar pertahun mencapai Rp. 20 juta pertahun untuk 1 hektar ladang.

Jadilah yang terkirim ke luar itu kangkung Bengkel, meski pengusahanya berasal dari Pesongoran. Ada juga pengusaha lain di Narmada, Lombok Barat yang mengirim ke Bali. Kangkung yang di kirim kesana tentulah kangkung Narmada pula.

Perkara mengirim kangkung, kata Winardi, tak terlalu rumit. Namun mendatangkan uang berlipat. Dia saja bisa menghasilkan Rp. 4 juta sampai 5 juta perbulan dari pengiriman ke Bali. Ke daerah ini Winardi mengirim kangkung 4 kali dalam seminggu. “Perminggu sebanyak 12 sampai 15 bal,” jelasnya sembari menerangkan 1 bal adalah satuan yang banyaknya hampir satu karung.

Ke Jigia, Lamongan, dan Jakarta, dia mengirim sekali seminggu sebanyak 3 hingga 4 bal per kota. Nah, pengiriman ketiga kota ini yang mendatangkan hasil yang banyak pula. Sebaba Winardi mengemas dahulu kangkungnya sebelum dikirim. Kalau ke Bali cukup dengan kemasan kardus, tapi ke Kota-kota di Pulau Jawa ini Winardi mengemas secara khusus. Dengan begitu,, kangkung Lombok yang dipasarkan ke Pulau Jawa ini jadi bisa naik kelas. Mereka bisa nyanggong di coolstorage (kulkas super jumbo) supermarket besar.

Kemasannya juga cantik dan higienis. Berada di dalam plastik kedap udara dengan sampul plastik ber-trademark. Ada merk dagang yang tak ubahnya kemasan industri. Namun, urusan mengemas ini masih diserahkan kepada pengusaha lain di Rembiga Mataram, karena Winardi belum memiliki alat pengemas produknya. Dia membayar Rp 1.000 perkemasan, tapi harga jual kangkungnya juga tinggi. Winardi memasarkan perkemasan seharga Rp 15 ribu.

Winardi juga ingin memperluas pasar. Dia sedang membidik pasar di Pulau Batam dan sedang mencari cara pemasaran lewat internet. “Saya mendengar Batam laku. Tapi kalau memperluas pasar, saya masih harus cari lagi tukang mengemas disini. Saya dibantu 5 orang, dulu ada 8 orang yang kerja,” ceritanya.

Kemana pekerja yang lain? “Berhenti. Saya ndak tahu kenapa berhenti padahal saya gaji 50 ribu sehari. Katanya sih pingin cari kerjaan lain, mungkin maunya kerja kantoran. Anak-anak muda juga kurang mau kerja,” keluh Winardi.

Sayang sekali, potensi besar kangkung Pesongoran tak dikelola secara massal oleh warga. Padahal lebih dari 5 hektar lahan di areal itu adalah lahan kangkung. Setiap pagi dan petang, petani kangkung selalu terlihat memanen hasil mereka.

Kangkung di panen tiap 3 bulan. Sekali menanam bibit, bisa dinikmati hasilnya selama satu tahun dalam 4 kali panen. Ada dua jenis kangkung yang dihasilkan lahan kangkung di Lombok. Pertama kangkung kriting yang juga disebut petani dengan nama kangkung cross. “Yang ini berdaun lebih kecil dengan warna batang lebih muda,” jelas Winardi.

Jenis lainnya adalah kangkung super yang berdaun lebar. Kangkung jenis inilah yang banyak dijual ke luar daerah. Sedangkan kangkung cross di pasarkan di pasar lokal.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers