Senin, 28 Februari 2011

Empuknya Bisnis Jamur


Siapa yang ingin berpenghasilan besar tapi tak membutuhkan kerja ekstra keras. Lupakan cita cita jadi PNS karena Anda harus bersaing dengan ribuan orang untuk menjadi pegawai rendahan sekalipun. Peluang itu adalah wirausaha. Layaknya komoditas yang menjadi produk Anda, jamur yang empuk, enak dan dicari banyak orang menjanjikan bisnis berlimpah rupiah. Dalam sebulan, dengan modal Rp 500 ribu dapat menghasilkan keuntungan tiga kali lipat. Tak perlu memeras otak dan tenaga karena bisnis jamur tiram mudah dijalankan.

“Buat saya wirausaha yang penting semangatnya”, ujar Safril Hamdi (32 tahun), warga Presak Timur, Kelurahan Pagutan, kota Mataram. Mengapa demikian? Karena menurut Safril jika wirausaha terlalu fokus pada pengembalian modal apalagi untung maka wirausaha aka cepat gulung tikar. Sejak enam bulan lalu, Safril yang mantan pegawai swasta ini mengaku jatuh cinta dengan usaha jamur tiram yang dijalankannya. Mulai dengan hanya sekadar menanam dan menjual hasil panen jamur tiram di lahan miliknya, Safril mulai melirik budidaya jamur tiram agar pasokan produk di pasar dapat selalu tersedia. Dikatakannya, saat ini antara permintaan dan pasokan belum seimbang karena masalah bibit. Sedangkan beberapa pemasok bibit jamur di Mataram terkadang tak mau menjual ataupun mensyaratkan pola kemitraan. Padahal lanjut Safril, pasar produk jamur yang besar membutuhkan ketersediaan produk yang terus menerus.

“Itulah alasannya kenapa saya sekarang mulai melakukan budidaya dengan melakukan pembibitan. Selain untuk kebutuhan sendiri, mudah mudahan kalau berhasil bisa membantu teman teman yang ingin terjun di usaha jamur tiram,” ungkap Safril.

Ia bercerita, dari modal awal sebanyak 300 biji kantong bibit jamur tiram yang ditanamnya selalu habis terjual setiap panen. Dalam waktu sebulan setelah menanam, jamur tiram akan dipanen setiap pagi dan tidak terlalu sulit dipasarkan karena peminat yang masih menjamur di setiap sudut kota. Begitupula dengan perawatan dan budidaya jamur tiram yang mudah dipelajari dan tidak ribet.

“Kalau hanya menanam bibit jamur untuk dijual yang terpenting adalah menjaga suhu lokasi tanaman agar tetap stabil. Tidak perlu setiap waktu karena kalau sudah cukup lembab jamur akan tumbuh. Kalau (suhu) terlalu panas cukup disiram air”, terang Safril.

Sedikit berbeda dengan budidaya jamur tiram, prosesnya dimulai dengan menyiapkan bibit jamur yang akan ditanam. Safril yang selama ini membeli bibit jamur dari pihak lain kesulitan jika tanaman jamurnya tak lagi tumbuh. Dikatakannya, satu kantong bibit jamur hanya dapat dipanen selama empat bulan. Setelah itu, bibit jamur dan wadahnya harus diganti baru untuk mendapatkan panen maksimal. Jadi setiap empat bulan, ia harus membeli bibit baru dari pemasok atau harus memesan dahulu jika tak ingin usahanya mati karena kekurangan bibit. Belum lagi, bibit jamur yang gagal panen karena berbagai hal. Namun demikian ia meyakinkan, tanaman jamur adalah komoditas yang tumbuh secara alami dan tidak memerlukan perawatan berlebihan.

Baginya, jalan keluar masalah bibit jamur adalah dengan membudidayakan bibit jamur sendiri. Dalam dunia perjamuran, dikenal istilah bibit F0 sampai F4. Bibit F0 adalah bibit jamur yang berupa ekstrak atau “biji” jamur tiram berupa gel. Sedangkan F4 adalah bibit jamur tiram yang berupa wadah tanam berbentuk botol dengan potongan bagian bagian jamur tiram yang sudah ditanam dalam wadah botol berisi campuran serut kayu, pupuk dan kalsium sebagai media tanam. Nah, dalam wadah terbungkus plastic inilah, potongan jamur disebar. Tinggal menunggu sebulan lagi, jamur akan tumbuh serupa kapas putih. Setiap kantong bisa menghasilkan sampai seper empat kilogram jamur tiram setiap hari. Jika harga per ons jamur tiram dihargai sampai Rp 2500 tinggal menghitung berapa keuntungan yang didapat dari setiap kantong dikalikan jumlah kantong jamur tiram.

“Tapi untuk panen pertama biasanya hasilnya sedikit. Baru stelah panen berikutnya, hasilnya banyak asalkan suhu tetap stabil,” tegas Safril.

Mengenai budidaya jamur tiram yang sekarang tengah diusahakannya, Safril mengaku menghabiskan modal awal sampai Rp 2 juta. Ini untuk membeli bahan media tanam dan kuali pemanas saja. Kuali berdiameter besar itu digunakan untuk mencampur seluruh bahan media tanam seperti disebutkan diatas dan memanaskannya sampai suhu seratus derajat. Setelah panas, barulah bahan media tanam dimasukkan ke dalam kantong untuk disimpan ke dalam ruangan steril sebelum ditanami jamur tiram. Kalau seluruh proses ini dilakukan kurang cermat, jamur takkan mau tumbuh. Kantong media tanam berikut bibit jamur tiram ini dijual dengan harga Rp 5000 di tempat penjualan bibit.

Soal pemasaran, Safril menegaskan peluang masih terbuka lebar. “Asalkan bisa kontinyu memasok. Paling tidak dua atau tiga pelanggan saja sudah untung”, tegasnya. Zammi Suryadi

1 komentar:

lapaska mengatakan...

pak,, dimna tempat beli bibit yg siap pkey (polybag) di mataram???? krim email ja taufiqmtk08@gmail.com

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers