Selasa, 13 Juli 2010

TENTANG PENDIDIKAN


Ayo Sekolah!

Seorang ibu muda pernah mengeluh soal bagaimana susahnya mengurus anak balita. Dalam sebuah obrolan ia bahkan mengatakan dengan ungkapan lebih baik disuruh menjaga serombongan sapi ketimbang menjaga seorang anak balita. Mungkin bagi ibu yang sudah memiliki dua atau tiga anak, pengalaman mengurusi balita tak seheboh yang diungkap ibu muda tadi. Sebabnya karena setidaknya ia telah memiliki referensi soal bagaimana membesarkan anak, yang bisa diterapkannya kepada anaknya yang lain. Tapi begitupun, setiap anak punya karakter berbeda sehingga perlakuanpun menjadi berbeda pula.

Dengan segala tingkah polahnya, anak usia balita memang membutuhkan perhatian ekstra. Tidak hanya sekadar memberikan makan atau mengganti pakaiannya saat mereka masih bayi, anak usia balita sudah mulai berpikir dan bertindak dengan pengetahuan yang mereka miliki. “Konflik” terjadi manakala sang ibu atau ayah kurang bersabar mengurusi mereka. Sekalipun sang ibu bukanlah seorang wanita karir dan semacamnya sehingga waktu yang dimiliki lebih banyak diberikan bagi sang anak namun konflik akan membesar ketika sang ibu gagal berkomunikasi dengan anak.

Sudah jamak, sebuah keluarga baru tak punya cukup waktu bagi anak. Sebabnya, sang ibu yang seharusnya berada di samping anak sepanjang waktu harus ikut bekerja untuk keluarga. Jalan keluarnya adalah membayar pembantu untuk mengurus anak atau menitipkannya di Taman Penitipan Anak (TPA). Urusan perkembangan anak, cukuplah dipantau di sela sela waktu berangkat tidur. Si anak tertidur pulas karena lelah bermain, sang ibu dengan mata terkantuk kantuk mencoba merajut tali kasih sayang yang sempat terputus sepanjang hari hingga malam.

Sebagai orangtua, memantau perkembangan anak adalah pekerjaan besar. Lantas jika lingkungan kurang mendukung dan orangtua kurang pengetahuan tentang bagaimana mendidik yang baik, apa yang harus dilakukan? Sebelum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dikenal masyarakat, banyak orangtua yang memercayakan perkembangan anak kepada pembantu atau baby sitter. Padahal secara ilmiah, usia 0 sampai sembilan tahun adalah masa emas perkembangan anak. Di beberapa komunitas PAUD di jejaring social seperti Facebook tetap mengingatkan bahwa pendidikan terbaik berawal dari orangtua. Namun para pengelola PAUD juga meyakinkan orangtua bahwa memasukkan anak di PAUD merupakan cara bijaksana mengatasi kesulitan diatas. Dalam perkembangannya, PAUD bukan semata alternative mengatasi kesenjangan tersebut namun kian dibutuhkan sebagai sarana pendidikan dan perkembangan anak. Sejak tahun 2002, PAUD mulai diperhatikan serius oleh pemerintah. Di NTB, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI) Dikpora NTB, Drs. H. Mahsun menyebutkan, tahun 2010 lembaga PAUD di seluruh NTB sebanyak 1.075 lembaga dengan total tenaga pendidiknya mencapai 8.421 orang dan jumlah peserta didik mencapai 72.092 orang. PAUD terdiri dari tiga jenis, yakni Kelompok Bermain (KB) sebanyak 873 lembaga, Satuan Pendidikan Sejenis (SPS) 179 lembaga dan Taman Penitipan Anak (TPA) sebanyak 23 lembaga.

Di Kelurahan Pagutan, ada PAUD Agnia di Presak Timur, PAUD Munayya di Presak Barat dan PAUD Lebah Kecil di Komplek Perumahan BTN Pagutan Permai. Ketiganya telah menerapkan kurikulum standar yang ditetapkan Dinas Pendidikan. Ada juga TK Al Hamidy yang sudah berdiri puluhan tahun. Selebihnya ada beberapa yang masih mencari konsep pendidikan. Sebabnya dibanding dengan perkembangan model dan jenis PAUD di berbagai negara maju dan berkembang lainnya, PAUD di Indonesia memiliki keunikan khusus yang agak berbeda dengan di luar negeri. Karena di luar negeri PAUD pada umumnya hanya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan Day Care, sedang di Indonesia menjadi 4 (empat) macam yaitu :

  1. Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
  2. Kelompok Bermain (Play Group)
  3. Taman Penitipan Anak (Day Care)
  4. PAUD sejenis (Similar with Play Group)

Pendidikan anak usia dini sendiri merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.

Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional, estetika, dan social serta pengasuhan. Sedang di Indonesia potensi kecerdasan tersebut diberikan juga pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Di samping itu, juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di Indonesia disebut penyelenggaran PAUD secara Holistik dan Integratif.

Gubernur TGH. M. Zainul Majdi, MA sendiri saat meresmikan Layanan Terpadu Pendidikan Anak Usia Dini ”Semai Harapan” di Lingkungan Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BBPNFI) Regional VII Mataram, Jl. Gadjah Mada, Jempong, Mataram beberapa waktu lalu mengatakan, pendidikan nonformal dan informal merupakan bagian penting dari keseluruhan sistem pendidikan. Bahkan, secara kuantitas pendidikan nonformal dan informal jauh lebih banyak dibanding pendidikan formal. Disamping memiliki elastisitas dan fleksibelitas, pendidikan nonformal dan informal jangkauannya di masyarakat seringkali jauh lebih dalam, lebih utuh dan lebih menyentuh serta dapat dilaksanakan dimanapun dan oleh siapapun.

Akan tetapi tentu saja beberapa kekurangan masih harus disempurnakan oleh PAUD yang ada di Kelurahan Pagutan. Diantaranya, sarana dan prasarana belajar secara kuantitatif maupun kualitatif masih terbatas. Salah satu penyebabnya karena kurangnya kreativitas guru PAUD untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran dan sumber belajar, kemudian kompetensi sebagian besar guru PAUD masih belum memadai karena sebagian besar tidak berasal dari latar belakang pendidikan PAUD dan belum memperoleh pelatihan yang berkaitan dengan konsep dan ilmu praktis tentang PAUD. Namun yang terpenting, seperti dikatakan Hajjah Rukayah, seorang pengelola PAUD di Karang Bedil Mataram, muatan agama dan mengenalkan agama kepada anak sejak dini adalah pengajaran yang wajib. PAUD ini juga memberikan laporan bulanan kepada orangtua selain konsultasi mengenai perkembangan anak. Nah, selagi tahun ajaran baru dimulai, mari ajak anak bersekolah sejak dini. Gaji pembantu atau baby sitter bisa dibayarkan untuk pendidikan anak. (Zammi Suryadi –dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers