Dalam satu bus, penumpang sedikitnya 30 wisatawan. Kalau seorang membelanjakan uangnya Rp. 1 juta saja, silahkan di hitung berapa duit yang menggelontor dalam sekali kedatangan bus. Selain bus wisatawan, setiap hari empat hingga lima pembeli bermobil juga datang kesini.
Kawasan karang genteng rupanya sudah cukup dikenal sebagai sentra emas dan mutiara. Itu sejak empat tahun belakangan ini. Disana sekarang sedikitnya ada delapan toko perhiasan. Yaitu Toko Lola, Lanasira, Ayu, dan Salsabila. Masih ada lagi, Toko Sahara, Sabina, Ali Mutiara, dan Toko milik Hasan Sabri itu tadi.
Sebelum berbisnis di toko, para pedagang emas dan mutiara di Karang Genteng ini menjual barang dagangan mereka secara direct selling. Berdagang dengan mendatangi rumah pelanggan alias door to door. Lama-lama, banyak pelanggan tetap yang kemudian datang sendiri ke rumah para pedagang keliling ini.
Mengapa tidak membuat showroom saja daripada menerima pembeli diruang tamu rumah-rumah mereka. Begitu mungkin di benak para pedagang emas ini. Maka satu dua toko emas dan mutiara kemudian berdiri disana, hingga diikuti beberapa pengusaha lain.
Bila anda berkunjung kesana, anda akan menemukan deretan showroom emas dan mutiara yang berjejer di kawasan jalan lingkar selatan Mataram. Itu seperti halnya deretan toko emas mutiara di Sekarbela. Satu nilai plus yang dimiliki pedagang di Karang Genteng adalah letak kampungnya yang strategis, masuk kawasan lingkar selatan yang akses jalannya menuju kawasan pantai Ampenan, Makam Loang Balok, dan Taman rekreasi Mapak.
Namun berbeda dengan deretan toko yang sama di kawasan Sekarbela Mataram, pengusaha emas dan mutiara di Karang Genteng bukan perajin emas. Mereka membeli perhiasan yang sudah jadi dan dijual kembali di toko.
Meski begitu, keuntungan yang didapat juga berlipat. H Hasan Sabri menuturkan, rata-rata omzet pemilik toko mencapai Rp 80 jita hingga Rp 125 juta. Berapa harga per perhiasan? ”Mulai dari Rp 200 ribu,” kata Hasan Basri.
Selain sebagai sentra emas mutiara, warga Karang Genteng juga dikenal gigih berniaga. Banyak warga ditempat ini menjadi pedagang keliling yang menjual kaos lombok. Meeka menjajakan kaos bergambar ciri khas lombok itu hingga ke hotel-hotel.
Kaos-kaos itupun terbilang laku. Apalagi wisatawan domestik maupun turis mancanegara menggemari sesuatu yang berbau khas daerah lombok.
Peluang pasar emas mutiara maupun kaos khas lombok dari Karang Genteng akan terbuka luas menyusul rencana visit Lombok-Sumbawa 2012 mendatang.
0 komentar:
Posting Komentar