Senin, 01 Maret 2010


BAWA ANAK KEMBALI SEKOLAH.....

Jemari Amir meliuk-liuk nyaris seperti orang sedang menari, sesekali telapak tangannya memberi isyarat berhenti lalu meliuk-liuk lagi. Begitu terus hingga mobil terparkir rapi. Amir (Nama Samaran), anak berusia 12 tahun lebih memilih jadi tukang parkir daripada mengecap pendidikan seperti anak-anak seusianya.

Ditemui Koran Kampung di tempat dia biasa markir di jalan airlangga, Amir mengaku lebih suka bekerja jadi tukang parkir daripada sekolah. "Capek sekolah. Lebih enak markir dapat uang," kata Amir dengan nada setengah cuek.
Amir berhenti sekolah saat duduk di bangku kelas 5 disebuah sekolah dasar swasta di Mataram. Ibu Amir seorang tukang sate keliling dan bapaknya sehari-hari kerja sebagai supir fuso. Amir tinggal dengan kedua orang tuanya di kelurahan gomong, Mataram.
Menurut pendapatnya, sekolah tidak memberikan dia banyak uang. Dengarlah cita-cita Amir jika dia besar. "Cita-cita saya mau jadi sopir Fuso seperti bapak saya. itu kan tidak perlu sekolah," ungkapnya polos.
Pengakuan yang hampir sama terlontar dari bibir, Udin (nama samaran) sehari hari dia markir berbagi lahan dengan Amir di jalan Airlangga. Tiap hari, Amir dan Udin mampu mengantongi keuntungan bersih rata-rata Rp 40 ribu, jumlah yang cukup banyak untuk seorang anak-anak. "Uangnya saya kasi ibu saya, sebagian lagi saya tabung," tutur Udin. dia putus sekolah saat duduk di kelas 1 SMP.
Menurut Informasi yang diserap Koran Kampung, di Gomong Mataram tidak sedikit anak-anak seperti Amir dan Udin yang memilih bekerja daripada sekolah. Fenomena yang sama juga di perkirakan terjadi di kelurahan lainnya di Kota Mataram. Mereka lebih tergiur meraup rupiah daripada mengisi dengan ilmu pengetahuan dan wawasan.
Pemerintah Kota Mataram memperkirakan ada seribu anak di Kota Mataram yang tidak melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA.
Nah, ditengah maraknya anak-anak yang tidak bersekolah, Lembaga Perlindungan anak atau LPA Kota Mataram saat ini mengampanyekan membawa kembali anak ke sekolah. Hal ini seperti yang dijelaskan Nyanyu Ernawati, ketua LPA Kota Mataram kepada Koran Kampung baru-baru ini.
"Anak-anak kita yang miskin akan difasilitasi agar bersekolah, mereka perlu mendapat pendidikan yang layak," ungkap Nyanyu yang juga anggota komisi II DPRD Kota Mataram.
Bantuan yang diberikan berupa baju seragam dan keperluan sekolah lainnya. Mereka juga akan di fasilitasi mendaftar ke sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta.
Erna mengatakan program ini akan bekerjasama dengan Pemkot Mataram yang terlebih dahulu memiliki program wajib belajar 12 tahun. Untuk menunjukkan keseriusan mereka, LPA mulai menggalakkan pengumpulan dana yang diberi koin peduli anak. Aksi ini mengadposi gerakan koin untuk prita yang sempat ramai dibicarakan beberapa waktu lalu. Kotak-kotak koin itu akan diletakkan di instansi-instansi pemerintahan dan sekolah-sekolah.
"Kita juga ingin mengajarkan siswa agar mau berbagi," kata Erna lagi. Selain itu, LPA juga menggandeng beberapa pengusaha yang ada di Kota MAtaram agar dana yang terhimpun cukup untuk menyekolahkan anank yang putus sekolah.
Lantas bagaimana LPA menarik hati anak-anak seperti Amir dan Udin yang sudah terlanjur asyik bekerja? "Kita akan menyadarkan mereka, kita akan bicarakan dengan baik-baik, dekati dari hati ke hati," ungkap Ernawati saat dihubungi Koran Kampung.
Dia bercerita kasus seperti ini pernah juga ditemukan. Saat itu, ada anak tukang parkir di arena buah. Dua tahun dia menjadi tukang parkir untuk membatu perekonomian keluarganya setelah bapak meninggal dunia. "Kita dekati terus. Sampai akhirnya dia mau bersekolah. Pagi dia sekolah, siang kerja jadi tukang parkir," tuturnya.
Erna mengatakan, anak-anak kita tak bisa dibiarkan tanpa pendidikan. Sebab, dengan bersekolah, masa depan mereka akan cemerlang.

0 komentar:

Posting Komentar

Komunitas Blog Kampung Media

http://www.youtube.com/watch?v=vG8vV27O8mI. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

Followers